Sementara dirinya?

Hanya pelampiasan.

Dera kembali meneteskan air mata sembari mengigit bibirnya. Ia mulai tidak tahan. Air matanya seolah saling berkejaran dan ia mulai frustasi. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

"Der, lo kenapa? Lo ....."

"Gue ..... baru kehilangan anak ..g...ue."

Langkah Tire terhenti. Kali ini giliran Tire yang terkejut bahkan Tire menutup bibirnya dan mundur beberapa langkah. Dera tersenyum getir penuh konyol. Ia mencoba mengusap air matanya yang jatuh sambil membasahi bibir.

"Dan diselingkuhin. Bukan... Dipermainkan. Menurut lo ... kisah mana yang lebih tragis? Lo .... Atau gue?" Dera menghadap Tire sambil tersenyum. Kemudian ia ambruk dalam pelukan sahabat. Mereka berdua menangis bersama pada sore itu sampai hujan berhenti.

***

Dera kesal setengah mati pada mama. Pagi-pagi hari mama langsung menyeret Dera ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian mama memerintahkan Pak Sam mengantar Dera ke kantor tanpa terkecuali.

Dera tidak mau masuk kantor! Berkali-kali Dera memohon pada mama dengan alasan jika dia sedang tidak enak badan tetapi mama tetap tidak mau mendengar. Mama terlihat aneh. Tatapan mama dingin dan memaksa, mengingatkan Dera saat Dera masih SMP dulu, dimana Dera hampir mati ditabrak mobil karena memaksa untuk ikut festival.

"Mama ngga mau tahu. Jika mama dapat laporan dari Trian .... Habis kamu!" ujar mama kesal

Dera berdiam di dalam mobil, enggan keluar sama sekali, walau sudah sampai di kantor. sementara pak Sam sudah membuka pintu sedari tadi. Dera menjadi semakin kesal. Wajahnya semerah tomat saat dua security kantor menghampirinya.

"Dera! Gila! Lo dari mana aja!" Yaya berteriak histeris begitu Dera memasuki kantor. Saat bersamaan Trian memasuki kantor. Tubuh laki-laki itu menegang. Sontak kehadiran Trian membuat beberapa orang yang mengelilingi Dera pun bubar. Dera sedikit gugup, jujur saja. Mereka baru bertengkar hebat semalam. Dan bagaimana mungkin takdir mempertemukan mereka kembali secepat itu?

Dera mundur, memberi jarak diantara mereka. Bahkan Dera segera melarikan diri ke kamar mandi saat Pak Jur, manager finance, menghampiri Trian. Hampir setengah jam Dera bersembunyi di dalam sana. Persetan dengan anggapan orang-orang tetapi Dera butuh keamanan diri. Ia butuh bersembunyi dan menguatkan dirinya sendiri.

"Kamu kira kamu bisa melarikan diri lagi?"

Dera tersontak. Jantungnya hampir meledak dan ia hampir menangis ketakutan. Namun secepat itu Dera mengontrol perasaannya dan memasang wajah datar.

"Maksud bapak?"

Trian tertawa mendengar formalitas Dera sembari mengusap dagunya. Laki-laki itu seperti hampir marah tetapi apa peduli Dera? Dera sama sekali tidak mau peduli lagi.

"Maaf jika tidak ada yang penting mau disampaikan, saya mau ...."

"Ke ruanganku sekarang sebelum semuanya menjadi kacau."

Dera baru mau berkomentar tetapi Trian sudah pergi. Rasanya Dera ingin berteriak dan mencaci maki Trian tetapi tidak mungkin. Ia mulai menjadi pusat perhatian tanpa disadari. Beberapa orang mulai melirik Dera dengan tatapan curiga.

"Gila! Boss nungguin lo sampai setengah jam!" Yaya menghampiri Dera sambil menepuk bahu Dera. Dera jatuh karena pukulan itu. Sontak Yaya menjadi terkejut dan berteriak dengan refleks.

"Dera! Lo ngga pa-pa?"

Langkah Trian melambat. Laki-laki itu berhenti di tengah jalan tetapi tidak berbalik. Saat beberapa orang mulai mendekati Dera, laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya dan menghilang dari pandangan Dera.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now