"Jadi aku ngga boleh mencium pacarku sendiri?" tanya James sambil setengah menunduk

Stella menahan napasnya. Rasa sakit itu kembali menubruk jantungnya. Ia menggeleng sambil menepis tangan James dibahunya.

"Aku ngga mau dicium kamu lagi!" tukas Stella tegas, terlupakan dirinya akan rencananya untuk berpura-pura. Sungguh ... kalau Ia bisa, Ia juga mau bertahan, namun Ia tidak lagi mampu menerima perhatian palsu James. Semuanya ... cinta dan perhatian itu terasa begitu nyata membuat Stella takut sendiri.

Laki-laki ini pandai berakting sejak dulu. Ia pasti sedang menyusun rencana kotor dalam otaknya. Tidak ... Stella harus bisa melawan James dengan sekuat tenaganya. Laki-laki itu bisa membuat Stella jatuh dalam perangkapnya kemudian membuat Stella mencintainya, mempercayainya, meletakkan seluruh pengharapan dipundak laki-laki itu dulu namun tidak lagi untuk sekarang. Stella tidak lagi mau mempercayai laki-laki brengsek seperti James.

"Benar? Kamu ngga mau aku cium bibirmu lagi? Jadi kalau aku ciumnya disini?" Tanya James sambil menunjuk tubuh Stella dengan sebelah alis terangkat.

Sialan. Stella merasa terhina. Ia baru hendak membuka bibir untuk membalas James sebelum James lebih dahulu mendaratkan ciuman ditubuh Stella. Stella menggeram. Ia hendak mendorong James menjauh namun James masih bersikukuh ditempatnya.

Laki-laki itu melancarkan aksinya. Ia mencium perut Stella kemudian bergerak keatas menuju payudara Stella. Dikecupnya buah dada itu sambil meremasnya dengan lembut.

James menggerang. Sial. Wanita ini begitu menggoda bahkan masih sedang sakit.

Stella hampir menangis akan kecupan dan sentuhan yang kian membara. Ia tahu ... Ia tahu James mulai tergoda. James mulai bernapsu akan tubuhnya. Semuanya hanya napsu tanpa cinta. Semua sentuhan ini begitu menyiksa batin Stella. Stella menggeleng. Bersamaan dengan itu James naik diatas ranjang dan mulai menciumi bibir Stella dengan dalam.

Tangan James tidak tinggal diam. Disentuhnya setiap inchi tubuh Stella sambil menggeram. Tubuhnya menginginkan Stella. Kedua matanya pun menjadi berkabut. Ia menyobek pakaian Stella kemudian menyusupkan tangannya kedalam bra Stella. Tidak Ia pedulikan berontakan Stella dibawahnya. Ia butuh pelampiasan. Ia butuh menyalurkan gairahnya akan Hannah melalui Stella. Karena Stella lah, Ia harus mengakhiri kegiatannya dengan Hannah dan terpaksa datang kemari. Bagus. Bagus sekali. Stella berhasil memakar gairahnya.

"Aku menginginkanmu ... disini. Sekarang ... didalam diriku." bisik James dengan napas terengah.

Kedua mata James berkabut saat kedua pasang mata mereka beradu. Ketika itu Stella tidak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Hatinya terasa sakit akan penghinaan tersirat itu. Kata-kata James membuat Stella merasa dirinya begitu rendah dan murahan. Semudah itu James mengajaknya bercinta padahal jelas-jelas Stella tidak ingin disentuh James.
Bagaimana mungkin James bisa menyentuhnya setelah menyentuh wanita cantik dibar itu? Tidak cukupkah hanya satu wanita? Ataukah Stella hanyalah pelampiasan bagi James?

"Stella ... katakan ya." bisik James sambil meremas buah dada Stella

Stella mencoba menggelengkan kepala namun tidak mampu. Ia terpaku akan mata James. Bibirnya yang bengkak akan ciuman nan kasar James pun bergetar. Tak sadar sekujur tubuh Stella bergetar hebat. James berhasil ... merendahkan Stella dan membuat Stella takut pada James dalam waktu yang bersamaan.

Ketakutan itu terbaca oleh James. James menyergit. Ia menjauhkan tangan yang sedang meremas buah dada Stella kemudian menyusupkan kepalanya dilekukan leher Stella. Ia menarik napas berkali-kali, mencoba membangunkan dirinya akan gairah.

Isakan tangis Stella mengejutkan James. James menggerakkan kepalanya menatap Stella dengan binggung. Tangannya bergerak, hendak mengusap wajah Stella namun Stella berhasil mengelaknya. Ia memalingkan wajahnya dengan air mata berderai.

KALEIDOSCOPICWhere stories live. Discover now