(6E) PLETHORA

Start bij het begin
                                    

Tindakan Joanna berhasil membakar amarah Darren. Tangan tangannya yang masih berada di pipi Joanna pun bergerak menyerupai pola melingkar di pipi Joanna kemudian menunduk, menatap ke dalam mata Joanna, menghapus jarak diantara mereka dan mengecup sesaat bibir Joanna dengan dingin.

"Seorang istri harus mengikuti semua kemauan suaminya. Kau mengerti?!" Tanya Darren sambil tersenyum sinis, membuat sekujur tubuh Joanna merinding namun sekuat tenaga berusaha terlihat kuat dihadapan Darren.

Tangan tangannya yang saling terkepal langsung bergerak menyentuh bibirnya, mencoba menghapus jejak basah ciuman Darren tadi. Joanna membalas kilatan amarah yang terpancar di mata Darren dengan amarah yang sama.

"Kamu tidak berhak mengaturku dan jangan pernah sekali pun menciumku lagi breng ...." Ucap Joanna terhenti ketika Darren menciumnya dengan kasar.

Terdengar geraman Darren ketika Ia semakin merapatkan tubuh mereka, mendekap tubuh Joanna

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Terdengar geraman Darren ketika Ia semakin merapatkan tubuh mereka, mendekap tubuh Joanna. Kedua mata Joanna terasa perih. Rasanya Ia ingin menangis saat ini namun sekuat tenaga Ia mencoba melawan rasa sesak dalam dada, Ia mencoba menahan tangisnya dihadapan Darren bahkan ketika tangan tangannya tak lagi mampu mendorong tubuh Darren.

Joanna memilih menutup matanya ketika mendapati beberapa pengunjung melihat mereka dengan jijik. Budaya asia memang begitu kental di Indonesia dan ... dan mengapa tak ada satu pun security yang menahan mereka? Setidaknya mendorong harus Darren menjauh atau mengusir mereka bukan hanya menatap mereka dengan datar.

"Aku suamimu. Aku berhak atas dirimu, atas ciumanmu, tubuhmu, hatimu, segalanya. Segalanya ! Jangan pernah sekalipun kau membatasiku untuk memilikimu sepenuhnya. Camkan itu Joanna atau kau akan menyesal." Geram Darren kemudian mengambil sapu tangan di saku celananya dan membekap mulut Joanna, membuat Joanna meronta sesaat kemudian jatuh lemas.

Darren langsung menahan tubuh Joanna. Ia pun menunduk, hendak mengendong Joanna namun tertahankan dengan air mata di sudut mata Joanna. Darren mengerjap ragu ketika tangan tangannya dengan sendirinya bergerak mengusap air mata Joanna yang terasa memukul jantungnya dengan keras.

Air mata ini ... untuknya kah?

Darren menahan napasnya, mencoba membentengi dirinya kembali, kemudian segera mengendong Joanna yang telah terlelap bersamanya ke bandara sementara itu tiga pria berbalut jas hitam yang sedari tadi berada di sekeliling toko tersebut pun langsung melangkah pergi mengikuti langkah atasan mereka, meninggalkan pekerja toko dengan tatapan takut namun tertahankan dengan uang yang terletak dihadapannya serta sebuah kartu nama yang familiar, yang tak lain merupakan sang pemilik toko tas mereka, Darren.

*

Joanna mendapati dirinya berada dikamarnya dulu, kamar dengan ukuran kecil di rumah Darren ketika membuka kedua matanya. Seketika itu Joanna langsung bangkit dari pembaringannya dan berlari menuju pintu kamar yang telah dikunci. Sial.

Joanna memukul pintu kamarnya sambil berteriak dengan keras namun tak ada jawaban sama sekali dari luar sana, membuat Joanna menggeram kesal. Joanna pun menendang keras pintu tersebut tanpa memperdulikan rasa sakit yang menjalar dikakinya sambil menyeka air matanya yang tiba tiba jatuh. Sialan. Semua ini pasti karena ulah Darren. Demi apapun Ia masih ingat benar saat Darren datang ke toko tersebut dan mempermalukannya dengan menciumnya dengan kasar layaknya wanita murahan dan sekarang seenaknya Darren membawanya kembali kemari tanpa meminta persetujuannya atau bahkan persetujuan orang tuanya.

KALEIDOSCOPICWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu