(2D) IGNEOUS

Mulai dari awal
                                    

Kedua tangan Damar terkepal. Rasanya Ia ingin menyela perkataan kedua orang tuanya namun bibirnya masih terkantup rapat. Isakan tangis mama membuat Damar menutup mata.

Semenderita begitukah mama dengan perceraiannya dan Sonya? Lantas apa yang harus Ia lakukan? Bersujud di hadapan mama dan papa, mencoba merujuk mereka berdua untuk memberi restu baginya dan Riana? Atau kembali memasrahkan semuanya dalam tangan Sonya?

" Damar..."

Kedua mata Damar terbuka ketika mendengar suara Riana. Kepalanya bergerak memandang Riana. Wajahnya tampak muram. Kedua matanya tampak bengkak. Damar membasuh wajahnya menggunakan kedua tangan, seolah beban begitu berat berada didepan mata.

" Riana?"

Riana berusaha tersenyum. Damar berdecak pelan. Ia langsung membawa Riana ke dalam kamar, terlalu takut mama atau papa melihat keberadaan Riana. Damar menjatuhkan dirinya diatas ranjang setelah mengunci pintu kamarnya.

" Kenapa Riana? Bukannya sudah aku katakan aku ke apartemenmu saja?" Tanya Damar.

Kedua mata Riana mengerjap. Entah mengapa Damar dihadapannya terasa begitu asing. Kedua matanya kembali berkaca kaca. Sebelah tangannya mengusap perut ratanya dengan tangan gemetar. Melihat hal itu, Damar kembali digundah rasa sesal dan frustasi.

" Kamu tahu suasana sekarang masih belum stabil. Mama dan papa masih belum bisa menerima kenyataan. Aku sendiri masih berusaha menyakinkan mereka,Riana. Please jangan desak aku dulu. Aku akan menikahimu nanti kalau suasana sudah tenang. Bahkan sekarang Sonya sudah mengugat cerai aku. Aku harus mencari cara agar..."

" Apa kamu nyesal bersama denganku,Dam? Apa kamu merasa bersalah sama istri dan anak kamu itu? Apa kamu mulai punya rasa sama mereka? Iya,Dam?!" Tanya Riana meneteskan air mata.

Damar menutup mata. Dalam hati Ia bersyukur karena tidak memandang langsung wajah Riana yang mungkin kini terlihat menyedihkan.

" Dam, aku lagi mengandung anak kamu. Jadi sekarang aku harus gimana? Mengaborsi anak ini supaya kamu bisa balik lagi sama istri dan anak kamu?" Tanya Riana frustasi.

Damar menggeram. Ia bangkit lalu memandang Riana dengan dingin. Rasanya Ia muak ketika semua orang seolah memintanya untuk kembali bersama wanita yang sudah menghancurkan hidupnya.

" Demi Tuhan, Riana. Aku akan menikahimu nanti. Anak ini tetap anakku. Aku hanya masih belum siap dengan semua ini. Masalah ini harus kuselesaikan dulu dan tolong berhenti menyebutkan nama mereka. Aku muak." Tukas Damar.

Riana tertawa getir. Ia menyeka air mata yang terjatuh sembari memandang Damar dengan kedua mata berkaca kaca. Dadanya berdebar kencang ketika kedua mata mereka beradu. Riana menelan ludahnya dengan susah payah lalu berkata,

" Terserahmu. Kuberi kamu waktu tiga hari untuk memutuskan semua ini. Kalau sampai tiga hari kamu masih memintaku menunggu maka jangan salahkan aku jika aku mengaborsi bayi ini. Maaf, aku wanita yang butuh di mengerti. Aku juga butuh hidup selayaknya." Ucap Riana tegas.

Kedua mata Riana mengerjap. Perubahan wajah Damar meremas dada Riana. Seagaknya tatapan Damar mengisyaratkan semuanya. Damar belum sanggup melepaskan istri dan anaknya.

Riana meneteskan air mata, berusaha membuang jauh pemikiran buruknya. Kedua jemari tangannya menyentuh perut ratanya sembari meringis dalam hati. Kita harus bagaimana,nak?

" Maaf membuatmu memilih,Dam. Kuharap kamu bisa sedikit lebih bijak dalam memilih diantara kami. Buka mata dan pikiranmu, lihat siapa yang masih akan bersamamu disaat seperti ini. Aku yang masih disini atau dia yang sudah meninggalkanmu?" ucap Riana berjalan meninggalkan Damar yang terpaku mendengar kata demi kata Riana.

KALEIDOSCOPICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang