Hana membulatkan matanya. Ternyata bukan hanya dirinya yang diundang, tapi juga seluruh keluarganya.
Sambil tersenyum kecil, ia pun mengetik balasan untuk Rafa.
Hana: "Oke, aku ikut. Sampai ketemu nanti malam."
Rafa membalas dengan cepat.
Rafa: "Siap. Sampai ketemu, Hana."
Di rumah, Hana sedang berdiri di depan cermin kamarnya. Ia mengenakan dress midi berwarna pastel yang sopan dan elegan, dengan rambut yang ia tata sedikit lebih rapi dari biasanya. Tidak terlalu berlebihan, tapi tetap terlihat anggun.
Rania dan Raina, adik kembarnya, masuk ke kamar dan langsung terkejut melihat penampilan Hana.
"Wah, Kak Hana cantik banget!" seru Raina.
"Iya, Kak! Mau ketemu siapa sih? Pacar?" goda Rania.
Hana hanya menghela napas sambil tersenyum. "Bukan. Ini cuma makan malam bareng keluarga teman lama."
Namun, dalam hatinya, ia tidak bisa memungkiri bahwa perasaan gugup mulai muncul. Apalagi ini pertama kalinya ia dan keluarganya bertemu kembali dengan keluarga Rafa setelah sekian lama.
"Hana, sudah siap?" terdengar suara mamanya dari luar kamar.
"Iya, Ma! Sebentar!"
Ia mengambil tasnya, memastikan semuanya sudah rapi, lalu keluar menemui mamanya yang juga terlihat anggun dalam pakaian yang elegan namun sederhana.
Malam ini, mereka akan menghadiri makan malam yang mungkin akan menjadi awal dari banyak kenangan baru.
Malam itu, Hana dan keluarganya tiba di Resto Harmoni, salah satu restoran terkenal di kota mereka. Restoran ini dikenal dengan suasana elegan dan makanan khas Nusantara yang lezat.
Begitu mereka masuk, seorang pelayan langsung menyambut dan mengarahkan mereka ke meja tempat keluarga Rafa sudah menunggu.
Rafa yang sedang berbincang dengan ayahnya menoleh dan langsung berdiri begitu melihat Hana dan keluarganya datang. Senyum kecil tersungging di wajahnya. "Hana, akhirnya datang juga."
Hana hanya membalas dengan anggukan dan senyum tipis.
Ibu Rafa lalu berdiri dan langsung menyapa Mama Hana dengan hangat. "Astaga, sudah lama sekali ya kita nggak bertemu. Anak-anak kita sudah besar sekarang."
"Iya, benar sekali," jawab Mama Hana dengan ramah.
Saat itulah Rafa melangkah ke samping Hana dan menatapnya lebih lama. "Kamu kelihatan... berbeda," komentarnya pelan, seolah-olah masih mencoba mengenali Hana dalam tampilan yang lebih rapi dan anggun.
Hana sedikit salah tingkah, tapi sebelum ia sempat membalas, Ibu Rafa menggenggam tangannya dan tersenyum. "Duduklah, Hana. Aku ingin mendengar banyak cerita darimu."
Mereka semua pun duduk, dan makan malam dimulai dengan obrolan santai.
Suasana di Resto Harmoni terasa begitu nyaman. Cahaya lampu yang temaram berpadu dengan alunan musik instrumental yang lembut, menciptakan suasana yang pas untuk reuni kecil ini.
Bu Maya dan Bu Nadie duduk bersebelahan, langsung terhanyut dalam obrolan masa lalu.
"Aku masih ingat," kata Bu Nadie sambil tertawa kecil, "dulu Rafa dan Hana selalu main bareng di taman dekat rumah kita. Mereka sampai susah dipisahkan, kan?"
Bu Maya mengangguk sambil tersenyum. "Iya, benar banget. Mereka berdua itu dulu suka main petak umpet sampai susah dicari. Apalagi kalau sudah main sepeda keliling kompleks, kita yang deg-degan."
Rafa yang duduk di seberang ibunya hanya tersenyum tipis. Ia tidak banyak bicara, tapi dari raut wajahnya, jelas bahwa ia masih mengingat kenangan itu.
Hana, yang semula hanya menyimak, ikut tersenyum saat mendengar cerita itu. "Aku ingat, dulu kita pernah jatuh dari sepeda bareng. Gara-gara kamu ngerem mendadak, aku malah nabrak kamu, dan kita berdua jatuh di semak-semak."
Rafa terkekeh pelan. "Iya, dan kita berdua pulang ke rumah sambil nangis. Waktu itu aku yang kena marah duluan."
Bu Nadie ikut tertawa. "Ya iyalah, kamu yang ngajak Hana balapan sepeda! Tapi akhirnya kalian baikan lagi, malah besoknya main bareng lagi seolah nggak terjadi apa-apa."
Bu Maya menggeleng sambil tertawa. "Anak-anak memang begitu, ya. Sekarang lihat mereka, sudah besar dan hampir lulus SMA."
Obrolan terus mengalir, membahas bagaimana keluarga mereka dulu sering menghabiskan waktu bersama sebelum akhirnya harus berpisah karena pekerjaan keluarga Rafa yang mengharuskan mereka pindah ke luar kota.
"Sejujurnya, aku masih berharap kita bisa tinggal di kota yang sama lebih lama waktu itu," ujar Bu Nadie dengan nada sedikit melankolis. "Tapi ya, hidup terus berjalan. Aku senang akhirnya kita bisa bertemu lagi seperti ini."
Bu Maya mengangguk. "Benar, kita harus sering-sering bertemu lagi. Anak-anak kita juga bisa saling mengenal lebih jauh lagi setelah sekian lama terpisah."
Hana dan Rafa saling berpandangan sebentar setelah mendengar kalimat itu. Keduanya tidak tahu harus merespons bagaimana. Meskipun mereka punya kenangan masa kecil bersama, tetap saja waktu yang telah berlalu membuat segalanya terasa sedikit canggung.
Namun, Rafa yang lebih dulu membuka suara. "Ya, setidaknya sekarang kita punya kesempatan buat ngobrol lagi."
Hana tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, benar."
Suasana makan malam pun terasa semakin hangat, penuh tawa dan nostalgia dari masa lalu yang kembali hadir di antara mereka.
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 41
Start from the beginning
