Part 27

287 164 16
                                        

••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                  
                         ••••••💫••••••

Setelah permainan selesai dan kelas kembali tenang, Hana mencoba fokus ke pelajaran, tetapi pikirannya tetap melayang ke apa yang terjadi tadi. Ia merasa aneh sendiri—kenapa harus kepikiran? Kenapa kata-kata Ryan barusan seperti meninggalkan sesuatu di hatinya?

Di sebelahnya, Ika sesekali melirik, seolah ingin menggoda tapi masih menahan diri. Sementara itu, Rafen duduk di tempatnya dengan sikap yang sedikit lebih dingin dari biasanya.

Saat pelajaran berlangsung, Hana sesekali mencuri pandang ke Ryan yang terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal, dia sendiri yang menciptakan suasana tadi.

Ketika bel istirahat berbunyi lagi, semua orang mulai bersiap keluar kelas. Hana baru saja mau beranjak ketika Ryan berdiri dan menoleh ke arahnya. "Hana, bisa ke kantin bentar?"

Hana mengerjapkan mata, sedikit kaget. "Hah? Kenapa?"

Ryan hanya tersenyum tipis. "Udah ikut aja."

Ika langsung menyikut lengan Hana pelan dengan ekspresi penuh arti. "Wah, wah... ada yang ngajak berdua, nih."

"Ika!" Hana mendelik, tapi tidak bisa menutupi wajahnya yang memanas.

Di sisi lain, Rafen yang baru saja berdiri, tiba-tiba berhenti. Tatapannya mengarah ke Ryan dan Hana sebentar sebelum akhirnya berjalan keluar kelas tanpa sepatah kata pun.

Gavin yang memperhatikan semua itu terkekeh pelan. "Wah, wah, menarik ini."
Apa Hana akan pergi ke kantin dengan Ryan? Atau dia memilih alasan untuk menghindar?

Saat Hana dan Ryan tiba di kantin, suasana yang awalnya biasa saja berubah ketika mereka melihat Rafen dan teman-temannya sudah duduk di salah satu meja. Pandangan Rafen langsung tertuju pada mereka, tapi ia cepat-cepat mengalihkan tatapannya, pura-pura fokus ke minuman di tangannya.

Gavin, yang duduk di sebelahnya, langsung menyenggol lengannya pelan sambil nyengir. "Eh, eh, ada yang jalan bareng nih," bisiknya cukup keras agar bisa didengar. "Gimana, Raf? Nggak mau komentar?"

Fathur dan Abi ikut terkekeh pelan, sementara Zayn hanya mengamati situasi dengan tenang.

Ryan, yang jelas mendengar itu, tetap bersikap santai. Ia menarik kursi untuk Hana sebelum duduk di seberangnya. "Mau pesan apa?" tanyanya tanpa memperdulikan tatapan-tatapan dari arah lain.

Hana sedikit canggung, menyadari suasana aneh yang terbentuk di antara mereka. Namun, ia berusaha bersikap biasa saja. "Aku mau teh manis dingin aja."

Saat Ryan memesan minuman, Rafen akhirnya bersuara. "Gavin, lu berisik banget," ucapnya datar, tapi jelas ada nada tersirat di sana.

Gavin malah terkekeh makin lebar. "Bukan gue yang harusnya kesel sih," katanya, sengaja melirik ke arah Hana.

Rafen meneguk minumannya pelan, lalu tiba-tiba berdiri. "Gue duluan," katanya singkat sebelum berjalan keluar dari kantin tanpa menoleh lagi.

Gavin, Fathur, dan Abi langsung saling lirik penuh arti. "Tuh, Hana, lo ditinggal," ujar Abi iseng.

Hana menghela napas dan mencoba mengabaikan mereka, meski hatinya sedikit gelisah.

Ryan menatapnya sebentar sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Udah biasa digituin?" tanyanya pelan.

Hana mengangguk pelan. "Aku juga nggak ngerti kenapa dia begitu," jawabnya jujur.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now