••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
~✨~
~✨~
~✨~
~✨~
••••••💫••••••
Keesokan harinya, Hana bangun lebih awal. Meskipun tubuhnya masih terasa lelah, matanya tetap terbuka lebar. Ponselnya bergetar, dan Hana tahu bahwa itu adalah notifikasi dari Ryan. Ingatan tentang pesan yang ia terima semalam kembali terlintas di benaknya.
Dengan perasaan campur aduk, Hana membuka layar ponselnya. Langsung terlihat pesan Ryan yang masih menunggu jawabannya:
"Sayyngg?? Kamuu marahh kahh??"
Hana terdiam sejenak, memandangi pesan itu. "Sayang?" Itu adalah pertama kalinya Ryan memanggilnya seperti itu. Perasaan hangat dan canggung campur aduk di dalam dadanya. Dia masih belum sepenuhnya yakin tentang hubungan mereka, tapi pesan itu terasa begitu tulus, membuat hatinya berdebar.
Namun, Hana merasa bingung. Di satu sisi, ia merasa senang karena perhatian Ryan, tapi di sisi lain, ia juga merasa tertekan, terutama setelah kejadian kemarin di sekolah.
Dengan sedikit ragu, Hana akhirnya mengetikkan balasan:
"Tidak, aku tidak marah. Aku cuma butuh waktu untuk berpikir."
Setelah menekan tombol kirim, Hana kembali terdiam, merasa sedikit lega, meskipun ada rasa khawatir yang masih mengendap. Apakah balasan ini cukup? Apakah Ryan akan mengerti?
Setibanya di kelas, suasana terasa agak canggung. Hana bisa merasakan teman-temannya menatapnya dengan rasa penasaran yang jelas terlihat di wajah mereka. Mereka semua tampaknya ingin bertanya tentang kejadian kemarin, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.
Ika, Risa, dan Anissa langsung menghampiri Hana begitu ia duduk di kursinya.
"Hana, kemarin kamu kemana aja? Kok nggak ada di kelas?" tanya Anissa dengan wajah bingung.
Risa ikut bertanya, "Iya, kamu nggak kasih kabar, Hana. Kita semua nyariin loh."
Hana hanya menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku cuma butuh waktu sebentar," jawabnya dengan suara pelan. "Ada beberapa hal yang perlu aku pikirkan."
Ika menatapnya khawatir. "Kamu pasti baik-baik aja kan?"
Namun, suasana semakin riuh saat beberapa teman sekelas mulai memperbincangkan tentang Hana yang tidak ada di kelas kemarin. Mereka penasaran tentang kepergiannya, bahkan ada yang bertanya-tanya apakah Hana pergi bersama Ryan, tapi Hana tidak memberi penjelasan lebih lanjut.
Ketegangan semakin terasa saat Ryan muncul di depan kelas dan berjalan ke arah Hana. Ia duduk di kursi sebelah Hana, membuat teman-teman di sekitar mereka semakin memperhatikan mereka berdua. Hana merasa canggung, tapi Ryan tersenyum sedikit, seolah ingin memberi kesan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Hana," kata Ryan pelan, "Aku rasa kita harus bicara."
Hana menatapnya sejenak, masih teringat pesan yang ia terima tadi pagi. "Aku cuma butuh waktu, Ryan," jawab Hana, merasa sedikit lebih tenang setelah berbicara.
Teman-teman di kelas mulai bertanya-tanya dengan ekspresi penasaran, tapi Hana memilih untuk diam. Mereka berdua tidak memberikan jawaban lebih lanjut, meskipun suasana kelas sedikit gaduh karena kehadiran Ryan yang tiba-tiba datang ke kelas.
Tidak lama setelah itu, teman-teman mulai membahas hal lain, namun bisikan tentang Hana dan Ryan tetap terdengar di sudut kelas. Hana tahu bahwa situasi ini tidak akan hilang begitu saja, tetapi ia merasa sedikit lega bahwa dia dan Ryan sudah mulai menghadapinya dengan lebih terbuka.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
