Part 41

170 100 11
                                        

••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                  
                         ••••••💫••••••

Setelah Hana dan Ryan mengumumkan hubungan mereka secara terbuka, reaksi teman-teman mereka pun beragam.

Di kelas, Ika langsung tersenyum lebar saat melihat Hana masuk ke dalam ruangan. "Wah, akhirnya kalian publish juga, ya? Kirain mau terus diem-dieman!" katanya sambil menepuk bahu Hana.

Risa dan Anissa yang duduk di dekat jendela juga ikut tersenyum. "Beneran, Han. Aku kira kalian nggak bakal ngumumin ke siapa-siapa," ujar Anissa.

Hana hanya tersenyum tipis, sedikit canggung dengan perhatian yang tiba-tiba tertuju padanya. "Ya... daripada ada yang salah paham, kan?" jawabnya singkat.

Di sisi lain, beberapa teman lain mulai berbisik-bisik, ada yang terkejut, ada yang biasa saja, dan ada pula yang terlihat tidak terlalu peduli.

Namun, reaksi yang paling dinantikan justru datang dari Selina.

Saat istirahat, Hana dan Ryan berjalan menuju kantin bersama. Ketika mereka melewati sekelompok siswa dari kelas sebelah, Selina yang sedang duduk dengan teman-temannya menatap mereka sekilas, lalu tersenyum tipis.

"Jadi ini alasan kenapa kamu tiba-tiba menghindar, ya, Ryan?" katanya dengan nada yang sulit ditebak.

Ryan menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahnya. "Bukan menghindar, Sel. Aku cuma nggak mau ada kesalahpahaman."

Selina mengangkat bahunya seolah tak ambil pusing. "Santai aja, aku nggak masalah kok. Aku cuma penasaran, kenapa baru ngumumin sekarang?"

Hana yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Karena aku nggak mau ada orang lain yang salah paham atau berharap sesuatu yang nggak mungkin terjadi."

Mata Selina menatap Hana dengan ekspresi yang sulit dibaca. Lalu, dengan senyum kecil, ia berkata, "Baiklah. Kalau gitu, selamat, ya. Semoga langgeng."

Setelah itu, dia kembali fokus ke teman-temannya, seolah tidak ada yang terjadi.

Namun, saat Hana dan Ryan beranjak pergi, Hana bisa merasakan ada sesuatu dalam cara Selina berbicara tadi. Entah benar-benar tulus, atau hanya pura-pura menerima keadaan.

Ryan menggenggam tangan Hana dengan lembut. "Kamu nggak perlu mikirin dia," katanya pelan.

Hana mengangguk, meskipun dalam hatinya, ia tahu bahwa ini belum benar-benar selesai.

Rafa tetap menjalani hidupnya dengan tenang, tanpa terlalu peduli dengan hubungan Hana dan Ryan.

Setelah pengumuman itu, Rafa sama sekali tidak bereaksi berlebihan seperti teman-teman lainnya. Ia tetap fokus pada aktivitas yang membuatnya bahagia—bermain basket, berkumpul dengan teman-teman ekskulnya, dan mengembangkan minatnya dalam dunia desain grafis.

Namun, meskipun ia terlihat santai, bukan berarti ia tidak memperhatikan perubahan di sekitarnya. Saat istirahat, ketika ia sedang duduk di taman sekolah sambil membuka laptopnya, salah satu temannya nyeletuk, "Eh, lo tahu nggak? Hana akhirnya ngumumin pacarannya sama Ryan."

Rafa mengangkat alis sekilas, lalu hanya memberikan respons singkat, "Oh, gitu ya?"

Temannya menatapnya heran. "Loh? Kok reaksinya biasa aja?"

Rafa tersenyum tipis. "Emang kenapa? Itu kan urusan mereka."

Dalam hati, Rafa memang sudah lama tidak mengharapkan apa pun dari Hana. Sejak awal, ia dan Hana hanya sebatas teman yang kebetulan nyaman mengobrol. Ia sadar kalau Hana punya dunia dan perasaannya sendiri dan ia tidak ingin menjadi orang yang mengganggu itu.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now