Part 31

198 130 10
                                        

••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                  
                         ••••••💫••••••

Setelah momen canggung di sekolah dan berbagai pertanyaan yang terus menghantui pikirannya, Hana akhirnya memutuskan untuk menghubungi Ryan. Malam itu, ia merasa keputusan harus diambil, apapun konsekuensinya.

Saat Ryan membalas pesannya dengan sabar, Hana menatap layar ponselnya, lalu dengan hati-hati menulis balasan.

Hana: “Ryan, aku sudah memikirkan semuanya. Aku ingin mencoba untuk kita lebih dekat, tapi pelan-pelan. Aku nggak mau buru-buru, dan aku nggak mau kalau ini malah merusak pertemanan kita.”

Pesan itu terkirim, dan Hana menunggu balasan Ryan dengan detak jantung yang semakin cepat. Tidak lama kemudian, balasan Ryan pun datang.

Ryan: “Aku ngerti kok, Hana. Aku nggak mau buru-buru juga. Kita jalani aja pelan-pelan, aku janji akan sabar.”

Hana tersenyum tipis, merasa sedikit lega. Meskipun perasaannya tidak sepenuhnya pasti, setidaknya ia tahu bahwa Ryan tidak akan memaksanya.

Hari demi hari, Ryan semakin sering datang ke kelas Hana. Awalnya hanya untuk mengantarkan tugas atau sekadar berbincang, tetapi lama-kelamaan, kedatangan Ryan menjadi perhatian banyak teman-teman Hana. Di suatu pagi, saat Hana sedang sibuk menulis catatan, Ryan muncul di pintu kelas dengan senyuman lebar.

"Hana, ini tugas yang kamu minta," kata Ryan, sambil menyerahkan kertas yang sudah ia siapkan.

Hana menatapnya, sedikit terkejut. "Ryan, kenapa sih kamu sering datang ke sini? Kan kamu beda kelas."

Ryan tersenyum, sedikit menggoda. "Apa, kamu nggak suka? Aku kira, kita jadi lebih sering ngobrol kalau aku datang ke sini."

Hana merasa sedikit canggung, tapi berusaha tersenyum. "Enggak kok, cuma... teman-teman bisa jadi penasaran."

Ryan hanya mengangguk. "Aku nggak masalah kalau mereka penasaran. Yang penting, kita bisa saling ngobrol lebih sering, kan?"

Meskipun kata-katanya terdengar ringan, Hana bisa merasakan betapa seriusnya Ryan. Ia kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya, namun pikirannya tak lepas dari kata-kata Ryan.

Di luar percakapan mereka yang ringan, teman-teman Hana mulai merasa penasaran dengan kehadiran Ryan yang begitu sering datang ke kelas. Beberapa dari mereka mulai menggoda Hana tentang kedekatannya dengan Ryan.

"Aduh, Hana, ada apa nih? Kok Ryan sering banget ke sini? Pacaran diam-diam, ya?" tanya Risa sambil tersenyum nakal.

Hana hanya bisa tertawa kecil, merasa sedikit canggung. "Ah, enggak kok. Kami cuma teman. Lagian dia sering bantuin tugas-tugas aku."

Namun, tidak semua teman Hana langsung percaya begitu saja. Beberapa bahkan mulai memandang Hana dan Ryan dengan pandangan yang penuh arti, dan kadang-kadang itu membuat Hana merasa tidak nyaman.

Hana merasa semakin sulit menjaga hubungan ini tetap normal. Di satu sisi, ia ingin tetap mendekat dengan Ryan, namun di sisi lain, ia merasa takut jika hubungan mereka mulai menjadi bahan perbincangan di sekolah.

Di lain hari, saat Hana sedang duduk dengan Ika, tiba-tiba Ryan muncul di pintu kelas lagi, kali ini dengan tujuan yang tampaknya lebih pribadi. "Hana, ada waktu sebentar?" tanyanya, sedikit ragu.

Hana memandang Ryan, lalu menoleh ke Ika yang sedang memperhatikannya. "Ika, aku... sebentar ya?" katanya, mencoba tersenyum meskipun hatinya berdebar.

Ika hanya mengangguk, meski ada ekspresi yang sulit disembunyikan di wajahnya. "Iya, hati-hati."
Hana berdiri dan berjalan keluar kelas, diikuti Ryan yang tampak lebih serius dari biasanya.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now