••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
~✨~
~✨~
~✨~
~✨~
••••••💫••••••
Hari ini, ia berencana pergi ke tempat latihan vokal yang sudah lama tidak ia kunjungi. Latihan ini bukan sesuatu yang terlalu serius lebih ke sekadar hobi dan cara untuk melepas stres. Setelah latihan, ia juga ingin mampir ke taman dekat situ, mencari udara segar sebelum pulang.
Dengan langkah ringan, ia pun keluar rumah dan menuju tempat tujuannya.
Hana tiba di tempat latihan vokal yang tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman. Ruangan itu memiliki beberapa peralatan musik sederhana, termasuk mikrofon, speaker, dan sebuah gitar yang disandarkan di pojok ruangan.
Saat masuk, Hana melihat seseorang sedang duduk di kursi sambil memetik senar gitar. Seorang cowok dengan rambut sedikit berantakan, mengenakan hoodie hitam, terlihat fokus memainkan sebuah melodi.
Awalnya, Hana tidak terlalu memperhatikan, tetapi saat cowok itu mendongak dan menatapnya, ekspresi terkejut muncul di wajahnya.
“Hah? Kamu anak kelasnya Rafen, kan?” tanyanya tiba-tiba.
Hana berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menyadari siapa yang ada di depannya. Ini Ryan, salah satu teman lama Rafen dari SMP. Meskipun mereka sekarang berada di kelas yang berbeda, kabarnya Ryan dan Rafen masih berteman, mungkin karena mereka punya minat yang sama di musik.
“Iyaa kamu Ryan, kan?” Hana mencoba memastikan.
Aksa mengangguk sambil tersenyum tipis. “Iya. Nggak nyangka ketemu di sini. Kamu latihan vokal juga?”
Hana mengangguk kecil. “Iya, buat hiburan aja sih.”
Ryan tertawa pelan sambil kembali memainkan gitarnya. “Sama, aku juga sering ke sini buat latihan gitar. Biasanya sih bareng teman-teman, tapi hari ini lagi sendirian.”
Hana mengamati cara Ryan memetik gitar. Nadanya terdengar halus dan cukup profesional, menunjukkan bahwa dia memang terbiasa bermain.
“Kamu sering main bareng Rafen juga?” tanya Hana spontan.
Ryan mengangkat bahu. “Dulu iya, waktu SMP. Sekarang udah jarang, sih. Tapi aku masih suka ngobrol sama dia kalau ketemu.”
Hana mengangguk paham. Ada sedikit keinginan untuk bertanya lebih lanjut tentang Rafen, tapi ia juga tidak ingin terlihat terlalu penasaran.
“Kalau kamu mau latihan vokal, mungkin aku bisa nemenin pakai gitar,” tawar Ryan dengan santai.
Hana sedikit terkejut, tapi ia tersenyum. “Boleh juga.”
Dan begitu saja, tanpa direncanakan, Hana akhirnya menghabiskan waktu di tempat latihan dengan bernyanyi diiringi petikan gitar Ryan.
Setelah beberapa lagu, Hana menyadari perutnya mulai kosong. Ia melirik jam di ponselnya sudah hampir sore, dan ia sama sekali belum makan sejak pulang sekolah tadi.
Ryan, yang juga baru selesai memainkan gitarnya, tampaknya memperhatikan ekspresi Hana yang mulai lelah. “Laper, ya?” tanyanya sambil tersenyum tipis.
Hana tertawa kecil, merasa sedikit malu. “Iya, belum makan dari tadi siang.”
Ryan bangkit dari duduknya dan merentangkan tangannya sejenak. “Kalau gitu, ke taman dekat sini aja. Ada beberapa tempat makan yang enak.”
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
