••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
~✨~
~✨~
~✨~
~✨~
••••••💫••••••
Setelah kehebohan yang disebabkan oleh teriakan Nayara, kelompok Hana kembali melanjutkan eksplorasi museum. Mereka berjalan melewati berbagai artefak bersejarah, mulai dari senjata kuno, prasasti batu, hingga pakaian adat dari zaman kerajaan.
Zayn mengamati sekeliling dengan tatapan malas. "Ada yang menarik di sini nggak sih?" tanyanya pelan.
"Kalau kamu serius ngamatin, pasti ada," jawab Fadlan sambil melirik papan informasi di sampingnya. "Ini peninggalan kerajaan dari abad ke-14, salah satu bukti sejarah penting."
Rafen berdiri di dekat lemari kaca yang berisi pedang kuno. "Dulu pedang ini dipakai buat perang, kan?" gumamnya lebih ke arah dirinya sendiri.
Hana ikut menatap pedang tersebut. "Kayaknya sih iya. Tapi lihat gagangnya, ada ukiran unik," ujarnya pelan.
Tanpa sadar, mereka berdiri cukup dekat, dan momen itu tidak luput dari perhatian Nayara. Dengan smirk khasnya, dia berdeham keras, membuat Hana langsung menjauh dan pura-pura membaca informasi lain.
"Hmm... ada sesuatu di sini," goda Nayara.
"Apa, sih?" Hana berusaha tidak menanggapi.
Fadlan tertawa kecil. "Santai, Nay. Fokus ke tugas dulu lah."
Mereka melanjutkan observasi, sementara suasana di kelompok lain juga mulai menarik perhatian. Di sisi lain museum, kelompok Risa tampak lebih santai.
Anisa melirik Risa yang berjalan di samping Rizfan. Mereka tampak asyik berbincang, membuat Melva yang melihatnya tersenyum geli. "Rasanya kayak nonton drama sekolah, nggak, sih?" bisiknya pada Anisa.
"Nggak juga," jawab Anisa santai. "Tapi, kalau Abi mulai jahil, baru bisa jadi drama."
Seakan mendengar namanya disebut, Abi tiba-tiba berdiri di belakang Risa dan Rizfan tanpa suara. Setelah cukup dekat, dia bersuara pelan, "Eh, kalian jalan berdua gitu, mesra amat."
Risa yang kaget langsung menoleh dengan mata melebar. "Astaga, Abi! Ngagetin aja!"
Abi tertawa kecil, lalu berjalan santai mendahului mereka. "Nggak ngagetin, cuma ngasih tahu fakta aja," katanya dengan nada bercanda.
Rizfan hanya mengusap tengkuknya sambil tersenyum canggung, sementara Risa mengerucutkan bibirnya kesal.
Di bagian lain museum, Reno berjalan berdampingan dengan Ika sambil sesekali membaca papan informasi di dinding.
"Tempat ini lumayan menarik juga, ya," ujar Reno sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
Ika menoleh ke arahnya. "Kamu tertarik sama sejarah?"
"Agak, sih," Reno mengangkat bahu. "Tapi lebih suka kalau sejarahnya dikaitin sama sesuatu yang nyata. Kayak benda-benda di sini, misalnya. Kalau cuma baca teori doang di buku, rasanya kurang berasa."
Ika mengangguk setuju. "Aku juga gitu. Makanya, lebih suka lihat langsung daripada cuma baca materi di kelas."
Reno terkekeh. "Berarti ini pengalaman yang lumayan buat kita, ya?"
Ika tersenyum kecil. "Bisa dibilang begitu."
Mereka berdua kembali fokus mengamati artefak di depan mereka, sementara suara riuh dari kelompok lain sesekali terdengar di sekitar museum.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
