Part 12

202 174 14
                                        

••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                  

                         ••••••💫••••••

Pagi itu, suasana sekolah terasa seperti biasa. Hana berjalan bersama Ika dan Reno menuju kelas, sesekali tertawa kecil melihat tingkah Reno yang selalu punya cara untuk membuat Ika kesal.

“Kamu kenapa sih dari tadi nyengir mulu?” Ika melirik Reno dengan tatapan curiga.

Reno hanya mengangkat bahu, lalu dengan santai berkata, “Nggak ada apa-apa. Cuma seneng aja bisa jalan sama kamu.”

Ika langsung memutar bola matanya, sementara Hana hanya tersenyum tipis melihat interaksi mereka yang sudah seperti kebiasaan sehari-hari. Mereka bertiga terus berjalan sampai akhirnya tiba di depan kelas.

Namun, baru saja Hana hendak duduk, tiba-tiba Rafen muncul dari belakang dan tanpa basa-basi menarik pergelangan tangannya.

“Hana, ikut gue sebentar.”

Hana terkejut, begitu juga Ika dan Reno.

“Hah? Kenapa?” Hana menatap Rafen dengan bingung.

Rafen tidak menjawab, hanya menariknya keluar kelas dengan ekspresi yang sulit ditebak. Hana berusaha melepaskan tangannya, tapi genggaman Rafen cukup kuat.

“Eh, Rafen, lo kenapa sih?!”

Setelah sampai di koridor yang sedikit sepi, Rafen akhirnya berhenti dan melepaskan genggamannya. Hana mengusap pergelangan tangannya yang agak sakit, lalu menatap Rafen dengan tatapan tidak suka.

“Apa maksud lo narik gue kayak gitu?”

Rafen menatap Hana dengan sorot mata tajam. “Lo kenapa sih akhir-akhir ini deket banget sama Ryan?”

Hana tertegun. “Hah? Maksud lo?”

“Jangan pura-pura nggak ngerti, Hana,” suara Rafen terdengar sedikit menekan. “Gue lihat sendiri lo sering pulang sama dia, ketawa-ketawa berdua… Sekarang apa? Kalian udah jadian?”

Hana mengerutkan kening, merasa tuduhan itu sama sekali tidak masuk akal. Dadanya mulai terasa sesak, apalagi mengingat masalah yang ia hadapi di rumah.

“Lo serius nanya itu ke gue?” suara Hana mulai bergetar, antara kesal dan kecewa. “Lo pikir gue sama Ryan ada hubungan lebih? Lo pikir gue segampang itu suka sama orang?”

“Terus kenapa lo selalu bareng dia?”

Hana mengepalkan tangannya. “Gue juga punya hak buat temenan sama siapa aja! Apa masalahnya buat lo?”

Mereka saling menatap tajam, sama-sama emosi. Suasana semakin panas, sampai beberapa teman sekelas mulai memperhatikan mereka.

“Udah, udah, Han,” suara Risa tiba-tiba terdengar, mencoba menenangkan situasi. “Jangan di sini, dilihat banyak orang, loh.”

Tapi Hana tidak peduli. Matanya terasa panas, dadanya sesak, dan pikirannya semakin kacau.

“Lo nggak tahu apa-apa, Rafen,” ucap Hana dengan suara bergetar. “Lo nggak ngerti gimana perasaan gue.”

Tanpa menunggu jawaban, Hana langsung berbalik dan berjalan cepat keluar dari kelas.

Sementara itu, kabar tentang pertengkaran Hana dan Rafen mulai menyebar dengan cepat. Bahkan, Ryan yang ada di kelas lain sampai mendengarnya.

Part Of ClassOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz