Part 2

650 263 41
                                        

••••••~~ HAPPY READING GUYS ~~••••••
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~
                                ~✨~

                          ••••••💫••••••

Rafen dan circle-nya selalu punya cerita unik di kelas 11. Ada Abi, si kreatif yang selalu punya solusi, meski sering bingung menghadapi ide aneh Rafen. Fatur, si bijak yang pendiam, tapi selalu jadi penengah saat ada masalah.

Lalu Hana, yang dulunya pendiam, kini berubah sejak berteman dengan Ika. Berkat Ika, Hana jadi lebih percaya diri, tapi juga dikenal galak teman-teman sering ciut kalau Hana mulai bicara tegas saat kelas ribut. Ika sendiri adalah si ceria yang jadi pengikat kelompok ini, selalu membawa energi positif di mana pun mereka berada.

Meskipun ada drama dan perbedaan, circle ini selalu berhasil bikin setiap hari di kelas 11 jadi penuh warna dan tak terlupakan. Satu bulan telah berlalu dan kami mulai mengenal teman satu sama lain walaupun rasanya cukup sulit untuk berinteraksi.

Tepat pada tanggal 17 Agustus di sekolah tahun itu terasa berbeda. Tidak ada lomba balap karung, tarik tambang, atau estafet kelereng seperti tahun-tahun sebelumnya. Acara tahun ini lebih santai, lebih fokus ke hiburan, dan yang paling ditunggu-tunggu penampilan dari band sekolah.

Sebagai ketua kelas, seharusnya Rafen ikut sibuk mengurus anak-anak kelasnya. Tapi sejak pagi, dia malah mondar-mandir di belakang panggung, sibuk menyetem gitarnya. "Sekali seumur hidup nih, gue bisa tampil di depan sekolah!" katanya penuh semangat ke Abi, yang hanya menghela napas melihat tingkah temannya.

Ika, yang sedang mengatur bangku untuk kelas mereka, menggeleng pelan. "Ketua kelas macam apa yang malah sibuk sendiri pas acara begini?" gumamnya.

Hana, yang berdiri di sebelahnya, tersenyum kecil. "Kalau Pak Aryo sampai lihat, siap-siap aja kena tegur."

Saat akhirnya band sekolah mulai memainkan lagu pertama, suasana lapangan jadi meriah. Siswa-siswi ikut bernyanyi, beberapa bahkan berjoget di tempat. Rafen, berdiri di tengah dengan gitarnya, menikmati momen itu sepenuhnya.

Tapi semuanya berubah saat acara selesai dan mereka kembali ke kelas. Begitu Rafen masuk, Pak Aryo sudah berdiri di depan dengan tatapan dingin. Suasana kelas yang awalnya ramai langsung hening.

"Ke mana saja ketua kelas kita saat acara berlangsung?" tanyanya dengan nada datar.

Semua orang diam, tak ada yang berani menjawab. Sampai akhirnya, Awa teman dekat Rafen mengangkat tangan dengan ragu. "Maaf, Pa Rafen tadi sibuk di panggung. Dia lagi nge-band, Pak."

Pak Aryo mengangguk pelan, lalu menatap Rafen yang berdiri canggung di depan kelas, masih terlihat kelelahan. "Seharusnya kamu bisa kondisikan kelas dulu baru ke lapangan untuk nge-band. Dan juga, kamu sebagai ketua kelas harus bisa bagi waktu."

Rafen menelan ludah. " Baik Pak" jawabnya pelan, tak bisa membantah.

Hana, yang duduk di barisan depan, melirik Rafen sambil menahan senyum. "Gimana rasanya jadi bintang tapi tetap nggak bisa kabur dari tugas?"

Sementara yang lain menahan tawa, Rafen hanya bisa menghela napas panjang. Hari itu, dia memang bersinar di panggung, tapi tetap saja, sebagai ketua kelas, tanggung jawabnya nggak bisa dihindari.

Rafen berjalan ke bangku belakang dan duduk dengan lesu. Baru kali ini dia merasakan beratnya menjadi ketua kelas. Dia melepas jasnya perlahan, berusaha tetap terlihat santai, meskipun hatinya terasa sesak.

Begitu Pak Aryo keluar, suasana kelas kembali ramai. Teman-teman asyik mengobrol dan bercanda, seakan tak terjadi apa-apa.
Hana berdiri di dekat pintu, pandangannya tertuju pada Rafen. Ada sesuatu dalam ekspresi temannya itu yang membuatnya terdiam sejenak. Tatapan mata Rafen yang biasanya penuh semangat kini terlihat redup, seolah sedang berusaha menahan sesuatu.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now