Hana terdiam sejenak, lalu menatap Ryan dengan lembut. "Kalau gitu, kita buktikan aja kalau mereka salah."

Ryan tersenyum tipis. "Iya, itu ide yang bagus."

Namun, sebelum percakapan mereka selesai, suara langkah kaki terdengar mendekat.

"Lagi berduaan, nih?"

Hana menoleh dan melihat seseorang berdiri di pintu balkon dengan ekspresi jahil.

"Rafen?"

Rafen menyilangkan tangan di dada, menatap mereka dengan tatapan sulit ditebak. "Kayaknya aku datang di momen yang salah, ya?"

Ryan menghela napas, sementara Hana hanya bisa menatap Rafen dengan sedikit bingung. Kenapa dia muncul di saat seperti ini?

Ryan menatap Rafen dengan ekspresi yang sulit ditebak, sementara Hana masih mencoba mencerna kemunculan tiba-tiba itu.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Ryan akhirnya, suaranya terdengar sedikit waspada.

Rafen mengangkat bahu santai. "Kebetulan lewat dan lihat kalian ngobrol serius. Jadi penasaran aja."

Hana melirik Ryan, seolah bertanya apakah mereka perlu menjelaskan sesuatu. Tapi Ryan malah menghela napas dan menatap Rafen dengan datar.

"Kalau cuma penasaran, nggak perlu ganggu orang lain, kan?" suara Ryan terdengar tenang, tapi ada sedikit ketegangan di dalamnya.

Rafen tertawa kecil, lalu bersandar di dinding. "Tenang aja, aku nggak berniat ganggu kok. Cuma penasaran aja, sejak kapan kalian jadi topik utama di sekolah?"

Hana menahan diri untuk tidak mendesah. "Jadi kamu juga udah denger gosip itu?"

Rafen mengangguk. "Ya, dan sepertinya beberapa orang mulai menebak-nebak, sebenarnya hubungan kalian ini masih seperti dulu atau ada perubahan."

Hana dan Ryan saling pandang sebentar.

"Terus, menurut kamu?" tanya Hana akhirnya.

Rafen menyipitkan mata seolah sedang menilai mereka, lalu tersenyum tipis. "Aku nggak tahu pasti. Tapi yang jelas, ada orang yang diam-diam memperhatikan kalian berdua lebih dari yang kalian kira."

Hana merasa jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Ia tidak suka jadi pusat perhatian, apalagi dalam hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pribadinya.

Ryan menghela napas. "Jadi intinya, ada orang yang sengaja menyebarkan gosip ini?"

Rafen mengangguk ringan. "Mungkin. Atau bisa juga ada yang benar-benar ingin tahu hubungan kalian sekarang."

Hana menatap kosong ke langit. "Kenapa orang-orang nggak bisa fokus ke urusan mereka sendiri?"

"Karena kamu menarik, Hana."

Suara itu datang dari Rafen, dan baik Hana maupun Ryan langsung menoleh ke arahnya.

Rafen hanya tersenyum, lalu melangkah pergi sebelum ada yang sempat membalas.

Setelah kepergian Rafen, Hana menatap Ryan. "Menurutmu, maksudnya apa tadi?"

Ryan menatap lurus ke depan. "Entahlah. Tapi yang jelas, kita nggak bisa terus-terusan memikirkan ini. Kita jalani aja seperti biasa."

Hana mengangguk. Mungkin itu memang pilihan terbaik.

Tapi entah kenapa, ada sesuatu dalam cara Rafen berbicara yang membuatnya merasa... tidak tenang.

Setelah beberapa hari berlalu, gosip tentang Hana dan Ryan masih terus beredar di sekolah. Ada yang mendukung hubungan mereka, ada juga yang sekadar penasaran. Beberapa bahkan mulai memperhatikan setiap interaksi mereka dengan lebih serius.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now