Setelah rumor tentang dirinya dan Hana semakin menyebar di sekolah, Ryan mulai merasa tidak nyaman. Awalnya, ia tidak terlalu memikirkan hal itu, tetapi setiap kali ia berjalan di lorong atau duduk di kantin, selalu ada yang membicarakan mereka.

"Ryan sama Hana tuh udah pacaran beneran nggak sih?"

"Mereka kayak pasangan diem-diem gitu, ya?"

"Hana kan udah punya Ryan, kenapa masih deket sama Rafa juga?"

Meskipun Hana sendiri terlihat santai, Ryan mulai berpikir kalau rumor ini bisa membuat Hana merasa terbebani. Ia tidak ingin Hana jadi bahan gosip terus-menerus.

Sejak saat itu, Ryan mulai menjaga jarak.

Di kelasnya sendiri, dia lebih banyak diam dan fokus pada pelajaran. Ketika berpapasan dengan Hana di kantin, dia hanya tersenyum tipis lalu pergi begitu saja tanpa banyak bicara. Bahkan, saat mereka ada di situasi yang biasanya mereka akan ngobrol, Ryan hanya memberikan jawaban singkat sebelum berlalu.

Hana yang awalnya tidak terlalu peduli dengan rumor, mulai merasa ada yang aneh.

"Kenapa Ryan jadi berubah gini?" pikirnya.

Sore harinya, seperti biasa Hana pergi ke lapangan untuk berlari. Ia sudah bertekad untuk lebih aktif dalam olahraga dan mengikuti rutinitas lari sore sejak ia memutuskan untuk berubah.

Saat ia sedang melakukan pemanasan, matanya tanpa sadar menangkap sosok Ryan yang sedang duduk di bangku taman sekolah. Ia tampak serius menatap ponselnya, dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Hana sempat ragu untuk menghampirinya. Namun, sebelum ia sempat melangkah, Ryan sudah berdiri dan pergi begitu saja, seakan tidak menyadari keberadaannya.

Hana menghela napas.

"Dia benar-benar menghindar, ya?"

Beberapa hari kemudian, sekolah mengadakan kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar. Semua siswa diwajibkan ikut, dan setiap kelas dibagi dalam kelompok kecil.

Hana dan Ryan kebetulan masuk dalam kelompok yang sama. Meskipun mereka biasanya bisa bekerja sama dengan mudah, kali ini terasa canggung. Ryan hanya bicara jika diperlukan, dan lebih sering berinteraksi dengan teman lain daripada dengan Hana.

Pada satu momen, Hana akhirnya tidak tahan lagi. Saat mereka berdua sedang mengangkat bangku ke gudang sekolah, Hana akhirnya bertanya dengan suara pelan.

"Ryan, kamu kenapa?"

Ryan terdiam sejenak, lalu mengangkat bahu. "Nggak kenapa-kenapa."

"Bohong," kata Hana tajam. "Kita biasanya ngobrol biasa aja, tapi sekarang kamu malah menghindar."

Ryan mendesah, lalu akhirnya menatap Hana dengan ekspresi serius. "Aku cuma nggak mau kamu terbebani sama rumor-rumor itu."

Hana terkejut mendengar jawabannya. Ia tidak menyangka kalau alasan Ryan menjaga jarak adalah karena peduli padanya.

"Kamu pikir aku keberatan?" tanyanya.

Ryan menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Aku nggak tahu. Tapi gue juga nggak mau orang-orang terus ngomongin kita kayak gitu."

Hana terdiam. Sebagian dari dirinya ingin mengatakan kalau ia tidak peduli dengan gosip itu. Tapi di sisi lain, ia juga mengerti perasaan Ryan.

Akhirnya, ia hanya berkata pelan, "Kalau kamu nggak suka, ya udah. Tapi jangan tiba-tiba pergi gitu aja."

Ryan mengangguk. Meskipun ia masih ragu, setidaknya ia tahu kalau Hana mengerti maksudnya.

Setelah percakapan mereka di gudang sekolah, suasana antara Hana dan Ryan mulai sedikit mencair. Meskipun Ryan masih menjaga jarak, setidaknya ia tidak lagi menghindari Hana seperti sebelumnya.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now