Namun, kedekatan mereka yang semakin terlihat kembali ternyata tidak luput dari perhatian teman-teman di sekitar mereka.

“Ada apa sih sama Hana dan Ryan? Kok kayak makin mesra aja?” bisik salah satu teman di kelas.

“Iya, gue kira mereka udah renggang, tapi malah makin deket,” timpal yang lain.

Rumor tentang hubungan mereka mulai menyebar di antara teman-teman. Beberapa ada yang mendukung, beberapa ada yang hanya ingin tahu, dan tentu saja, ada juga yang merasa iri.

Di saat Hana merasa sudah mulai menemukan keseimbangannya, ia tidak menyangka bahwa perhatian orang-orang justru mulai berfokus kembali padanya dan Ryan.

Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hari itu, suasana di kelas terasa lebih ramai dari biasanya. Bisik-bisik terdengar dari beberapa sudut ruangan, dan Hana mulai merasa ada yang aneh. Setiap kali ia melewati teman-temannya, mereka seolah memperhatikan dan berbisik-bisik pelan.

Saat jam istirahat tiba, Hana baru saja keluar kelas ketika Anissa menarik tangannya dengan ekspresi penasaran.

“Hana! Lo tahu nggak sih kalau sekarang nama lo sama Ryan lagi jadi topik hangat?”

Hana mengernyit. “Maksudnya?”

Ika yang berdiri di samping Anissa ikut menimpali, “Banyak yang ngomongin kalau kalian itu balikan atau emang dari dulu nggak pernah putus. Ada juga yang bilang kalian cuma sengaja jaga jarak biar nggak kelihatan terlalu lengket di depan orang.”

Hana terkejut. “Serius? Kok bisa?”

Risa mendekat sambil melipat tangan di dada. “Ya gimana nggak? Lo sama Ryan akhir-akhir ini makin sering bareng. Kemarin di taman sekolah kalian duduk berdua lumayan lama, terus tiap ketemu tatapan lo sama dia tuh kayak ada sesuatu.”

Hana menghela napas panjang. “Duh, gimana ya… Kita emang deket lagi, tapi bukan berarti kayak yang mereka pikirin.”

Anissa tersenyum menggoda. “Yakin? Lo sendiri sadar nggak sih, Ryan itu keliatan lebih tenang kalau ada lo? Dari dulu emang cuma lo yang bisa ngimbangin dia.”

Hana menunduk, mengingat kembali semua momen yang ia lalui bersama Ryan akhir-akhir ini. Memang benar, mereka kembali dekat. Tapi bukan berarti mereka pacaran lagi seperti yang dikira orang-orang.

Ika menepuk pundaknya. “Kalau lo emang nyaman sama dia, kenapa harus mikirin omongan orang?”

Hana tersenyum kecil. “Bukan masalah nyaman atau nggak. Gue cuma nggak mau ada yang salah paham.”

Risa terkekeh. “Yah, kalau gitu lo harus siap menghadapi rumor ini, Han. Karena semakin lo menyangkal, semakin mereka penasaran.”

Hana menghembuskan napas pelan. Di satu sisi, ia tidak ingin terlalu ambil pusing dengan gosip yang beredar. Tapi di sisi lain, ia tahu bahwa rumor seperti ini bisa saja membawa dampak yang lebih besar.

Saat ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba terdengar suara familiar dari belakang.

“Hana, bisa ngobrol sebentar?”

Hana menoleh, dan mendapati Ryan berdiri di sana dengan ekspresi serius.

Anissa, Ika, dan Risa langsung saling pandang, lalu mundur perlahan.

“Udah deh, biar mereka ngobrol dulu,” bisik Anissa sambil menarik kedua temannya menjauh.

Hana menatap Ryan dengan sedikit canggung. “Ada apa?”

Ryan menghela napas, lalu berkata pelan, “Kayaknya kita harus ngomongin soal rumor yang beredar.”

Hana menatapnya lekat-lekat. Ia tahu, pembicaraan ini tidak akan mudah.

Part Of ClassTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon