"Eh, Rafa," Ika akhirnya ikut bicara. "Kenapa kamu pindah ke sekolah ini? Kan sekolah kamu dulu di luar negeri, pasti beda banget sama di sini."
Rafa menatap Ika sejenak, lalu menjawab santai, "Iya, beda sih. Tapi aku pindah karena keluarga. Ayah dan ibu udah memutuskan buat balik ke Indonesia, jadi ya aku ikut."
"Oh gitu," gumam Risa sambil mengangguk paham.
Hana hanya diam mendengar percakapan mereka. Tapi tanpa ia sadari, Rafa sesekali melirik ke arahnya, seolah mencoba membaca reaksinya.
Setelah makan, Rafa pamit lebih dulu. Begitu ia pergi, Ika langsung berbisik, "Hana, dia kayaknya tertarik deh sama kamu."
"Apaan sih," Hana menggeleng cepat.
Risa tertawa pelan. "Tapi dia tadi beneran fokus ke kamu. Jarang lho cowok baru langsung ngajak ngobrol cewek tertentu aja."
Hana tidak menjawab. Ia hanya menyesap minumnya pelan, tapi dalam hati, ia mulai bertanya-tanya. Kenapa Rafa tiba-tiba ingin dekat dengannya?
Setelah kejadian di kantin, Hana mulai menyadari bahwa Rafa memang berbeda. Tidak seperti siswa lain yang membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi, Rafa langsung bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ia cepat akrab dengan banyak orang, bahkan guru-guru pun tampak menyukainya.
Namun, yang membuat Hana sedikit bingung adalah Rafa sering berada di dekatnya.
Setelah kejadian di kantin, Rafa beberapa kali duduk tidak jauh dari Hana saat di kelas. Ketika pelajaran selesai, ia sering melirik atau sekadar menyapa dengan senyum kecil. Bahkan saat jam olahraga, Rafa secara alami memilih tim yang sama dengan Hana, seolah sengaja ingin berinteraksi lebih banyak dengannya.
Hari itu, setelah pelajaran selesai, Hana sedang merapikan bukunya di dalam tas ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat.
“Hana.”
Hana menoleh dan mendapati Rafa berdiri di sebelah mejanya.
“Apa?” tanya Hana dengan sedikit bingung.
Rafa tersenyum tipis. “Pulang bareng, yuk.”
Hana terkejut. “Hah?”
“Aku belum terlalu hafal jalan, tadi aku lihat kamu jalan kaki kan?” ujar Rafa santai. “Boleh kan aku ikut?”
Ika dan Risa yang mendengar itu langsung memasang ekspresi penuh arti. Sementara Hana sendiri merasa sedikit canggung.
“Eh… tapi aku nggak langsung pulang. Aku mau mampir bentar beli sesuatu,” jawab Hana.
“Gak masalah. Aku ikut aja,” kata Rafa ringan.
Hana menatapnya, mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi Rafa hanya menunggu dengan tenang. Akhirnya, Hana menghela napas pelan. “Ya udah, kalau kamu nggak keberatan.”
Rafa tersenyum lebih lebar. “Oke. Aku tunggu di gerbang.”
Setelah Rafa pergi lebih dulu, Ika langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Hana. “Gila, Hana. Dia beneran tertarik sama kamu, deh.”
“Bukan gitu kali,” elak Hana.
Risa tertawa kecil. “Kita lihat aja nanti.”
Hana hanya bisa menghela napas. Dalam hati, ia masih bertanya-tanya. Kenapa Rafa tiba-tiba tertarik untuk selalu dekat dengannya?
Setelah beberapa hari di sekolah, Rafa mulai menjadi pusat perhatian. Banyak siswa yang penasaran dengannya, terutama karena latar belakangnya yang pernah tinggal di luar negeri. Cewek-cewek di sekolah sering mencari alasan untuk mengobrol dengannya, bahkan ada yang terang-terangan mengajaknya duduk bersama saat jam istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 37
Mulai dari awal
