Hana tersenyum haru. Ia tidak menyangka Ryan akan menyiapkan sesuatu seperti ini.
Mereka berdua duduk, menikmati makanan yang sudah disiapkan, sambil berbincang ringan tentang hari-hari mereka.
Namun, di sela-sela obrolan mereka, Hana akhirnya bertanya sesuatu yang sejak tadi ada di pikirannya.
"Ryan, kenapa kamu suka aku?" tanyanya pelan.
Ryan menatapnya sesaat, sebelum tersenyum kecil. "Karena kamu itu… spesial."
"Spesial gimana?"
Ryan menghela napas, lalu menatap Hana dengan serius. "Kamu itu beda, Hana. Dari dulu, aku selalu merasa nyaman kalau ngobrol sama kamu. Kamu nggak pernah berpura-pura jadi orang lain, dan itu yang bikin aku jatuh hati."
Hana merasa pipinya mulai memanas. Ia tidak menyangka Ryan bisa berbicara sejujur itu.
"Aku juga suka kamu," balas Hana pelan.
Ryan tersenyum lebih lebar. "Aku tahu."
Mereka tertawa kecil, lalu melanjutkan makan mereka sambil menikmati sore yang semakin indah.
Di kejauhan, matahari mulai tenggelam, meninggalkan langit dengan gradasi warna jingga yang begitu cantik.
Saat itu, Hana menyadari satu hal bersama Ryan, ia merasa lebih bahagia dari sebelumnya.
Setelah kejadian di taman belakang sekolah, hubungan Hana dan Ryan semakin dikenal oleh teman-teman mereka. Setiap hari, pasti ada saja yang menggoda atau sekadar meledek mereka berdua.
Namun, hari ini terasa sedikit berbeda.
Saat bel pulang berbunyi, Hana sedang merapikan bukunya di meja ketika tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponselnya.
Ryan: "Aku jemput kamu di depan gerbang, jangan pulang dulu ya."
Hana mengerutkan kening. "Kenapa? Ada apa?"
Ryan: "Udah, ikut aja. Ada sesuatu buat kamu."
Hana penasaran, tapi tetap menuruti permintaan Ryan. Setelah berpamitan dengan Ika dan Risa, ia berjalan ke gerbang sekolah, di mana Ryan sudah menunggu di atas motornya.
"Kita mau ke mana?" tanya Hana begitu ia naik ke belakang Ryan.
Ryan hanya tersenyum. "Rahasia."
Mereka berdua akhirnya melaju meninggalkan sekolah, dengan angin sore yang menambah kesejukan di perjalanan mereka.
Tak butuh waktu lama, Ryan membawa Hana ke sebuah tempat yang cukup familiar—sebuah taman kecil di dekat bukit, tempat mereka pernah menghabiskan waktu bersama saat masih berteman biasa.
Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda.
Di tengah taman, ada sebuah meja kecil dengan beberapa makanan ringan dan minuman yang sudah tertata rapi. Beberapa lampu kecil tergantung di dahan pohon, menciptakan suasana yang begitu hangat.
Hana terkejut. "Ryan… ini semua?"
Ryan mengangguk santai. "Aku pengen kita punya waktu berdua yang tenang, nggak di sekolah, nggak diganggu teman-teman. Cuma kita."
Hana tersenyum haru. Ia tidak menyangka Ryan akan menyiapkan sesuatu seperti ini.
Mereka berdua duduk, menikmati makanan yang sudah disiapkan, sambil berbincang ringan tentang hari-hari mereka.
Namun, di sela-sela obrolan mereka, Hana akhirnya bertanya sesuatu yang sejak tadi ada di pikirannya.
"Ryan, kenapa kamu suka aku?" tanyanya pelan.
Ryan menatapnya sesaat, sebelum tersenyum kecil. "Karena kamu itu… spesial."
"Spesial gimana?"
Ryan menghela napas, lalu menatap Hana dengan serius. "Kamu itu beda, Hana. Dari dulu, aku selalu merasa nyaman kalau ngobrol sama kamu. Kamu nggak pernah berpura-pura jadi orang lain, dan itu yang bikin aku jatuh hati."
Hana merasa pipinya mulai memanas. Ia tidak menyangka Ryan bisa berbicara sejujur itu.
"Aku juga suka kamu," balas Hana pelan.
Ryan tersenyum lebih lebar. "Aku tahu."
Mereka tertawa kecil, lalu melanjutkan makan mereka sambil menikmati sore yang semakin indah.
Di kejauhan, matahari mulai tenggelam, meninggalkan langit dengan gradasi warna jingga yang begitu cantik.
Saat itu, Hana menyadari satu hal bersama Ryan, ia merasa lebih bahagia dari sebelumnya.
Hari-hari berlalu, dan Hana serta Ryan semakin menguatkan hubungan mereka. Meski di awal banyak yang memperhatikan, kini semuanya terasa lebih ringan. Mereka sudah mulai terbiasa dengan perasaan bahagia dan penuh dukungan satu sama lain. Hana tidak lagi merasa canggung, dan Ryan selalu ada untuk menyemangati di setiap langkahnya.
Ketika bel sekolah berbunyi, mereka berdua berjalan bersama keluar dari sekolah, tangan mereka terjalin dengan erat, tanpa perlu kata-kata lagi untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan. Semua terasa tepat. Mereka tahu, meski banyak rintangan yang akan datang, mereka akan menghadapinya bersama, langkah demi langkah.
🌷🌷🌷
"Kadang, kejutan terbaik datang di saat yang tak terduga. Tapi selama ada seseorang yang menemani, semua terasa lebih indah." ~herr
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 36
Start from the beginning
