Ryan: "Sayang, nanti istirahat kedua aku jemput ya. Ada sesuatu yang mau aku kasih."
Hana menatap layar ponselnya dengan penasaran sebelum membalas.
Hana: "Apa lagi? Kok tiba-tiba?"
Ryan: "Rahasia, pokoknya tunggu aja, ya."
Hana menghela napas kecil, tapi senyum tetap terukir di wajahnya. Sebelum ia sempat membalas lagi, tiba-tiba pengumuman dari pengeras suara berbunyi, menarik perhatian semua siswa.
"Perhatian untuk seluruh siswa, dalam rangka acara peringatan sekolah, akan diadakan lomba fashion show antar kelas. Setiap kelas wajib mengirimkan satu pasangan sebagai perwakilan. Detail lebih lanjut akan disampaikan oleh wali kelas masing-masing."
Kelas langsung riuh dengan suara bisik-bisik. Beberapa siswa tampak antusias, sementara yang lain justru mengeluh karena tidak ingin ikut.
Ika langsung menoleh ke arah Hana dengan tatapan penuh arti. "Hana, kayaknya kamu cocok buat ini, deh."
Hana membelalakkan mata. "Hah? Kenapa aku?"
Risa ikut tersenyum jahil. "Iya, iya. Apalagi kalau pasangannya Ryan. Pasti seru!"
Hana langsung menggeleng cepat. "Eh, jangan asal tunjuk dong!"
Tapi sebelum Hana bisa menolak lebih jauh, wali kelas mereka masuk ke dalam ruangan dan mulai membahas detail lomba tersebut. Hana merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Apakah ini pertanda sesuatu yang baru akan terjadi?
Pagi itu, setelah absen, wali kelas Hana—seorang pria paruh baya dengan kemeja rapi—berdiri di depan kelas sambil menatap daftar yang ada di tangannya.
"Baik, kita butuh perwakilan untuk lomba fashion show. Ada yang mau mengajukan diri?" tanyanya dengan suara tegas.
Ruangan langsung hening. Siswa-siswi hanya saling melirik, berharap bukan mereka yang dipilih. Namun, suasana berubah saat salah satu teman sekelas Hana tiba-tiba berseru, "Pak, Hana cocok tuh buat ikut!"
Hana yang sedang sibuk menulis di bukunya langsung mendongak dengan kaget. "Hah? Kok aku?"
Tanpa memberi kesempatan Hana untuk menolak, Risa ikut menimpali dengan nada menggoda. "Iya pak, Hana kan udah ada pasangannya juga. Tinggal cari cara biar Ryan bisa ikut!"
Teman-teman lain langsung bersorak setuju.
Wali kelas hanya mengangguk sambil tersenyum. "Baik, kalau Hana setuju, tinggal cari pasangannya. Karena ini lomba berpasangan, saya akan bicara dengan wali kelas lain untuk mengizinkan perwakilan dari kelas lain jika diperlukan."
Hana semakin panik. "Pak, saya nggak—"
Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, salah satu teman sekelasnya sudah membuka grup chat dan mengetik cepat:
"RYAN, LO HARUS JADI PASANGANNYA HANA!"
Ryan yang saat itu sedang mendengarkan guru menjelaskan materi tiba-tiba merasakan ponselnya bergetar di saku. Saat ia mengintip layar, matanya membelalak.
"WOI, RYAN! KELAS LO HARUS IZININ LO BUAT LOMBA SAMA HANA!"
Ryan menghela napas dan membalas:
"Hah? Kok tiba-tiba?"
Tak lama kemudian, wali kelasnya datang dengan wajah serius. "Ryan, ada permintaan dari kelas sebelah. Katanya kamu diusulkan untuk ikut lomba fashion show mewakili kelas mereka."
Seketika, teman-teman sekelasnya bersorak.
"Wah, lo terkenal juga, bro!"
"Fix, Hana pasti seneng banget nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 36
Mulai dari awal
