Setelah keluar dari kelas, Hana dan Ryan berjalan beriringan menuju kantin. Suasana di sekitar mereka tampak lebih ceria, dengan teman-teman yang sibuk berkumpul di sana-sini. Hana merasa sedikit lebih ringan, tidak ada lagi perasaan canggung yang menghinggapi dirinya. Mungkin memang benar, saat hubungan itu sudah diungkapkan, semuanya terasa lebih mudah.
"Makasih ya, Ryan," kata Hana sambil tersenyum, "Aku merasa lebih lega setelah semua ini."
Ryan menoleh, dengan senyum yang selalu membuat hati Hana berdebar. "Sama-sama, Hana. Aku juga senang kalau kamu merasa nyaman."
Mereka akhirnya sampai di kantin dan memilih meja di pojok yang agak sepi. Hana memesan minuman dan beberapa makanan ringan, sementara Ryan memilih untuk duduk lebih dulu.
Sesaat kemudian, Ryan membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. "Ini kejutan yang aku bilang tadi pagi," ujarnya sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru muda dengan pita putih.
Hana terkejut dan memandang kotak itu dengan penuh rasa penasaran. "Ini... buat aku?" tanyanya, tidak percaya.
"Iya," jawab Ryan sambil tersenyum, "Aku tahu kamu suka hal-hal simpel, jadi aku pilih yang ini."
Hana perlahan membuka kotak tersebut, dan di dalamnya terdapat gelang kecil dengan liontin berbentuk hati. Gelang itu terlihat sederhana namun sangat elegan, dengan warna perak yang berkilau di bawah cahaya kantin.
"Ryan... ini cantik banget," kata Hana, sedikit terharu. Ia tidak menyangka bahwa Ryan akan memberinya sesuatu yang begitu manis.
Ryan tertawa pelan. "Aku senang kamu suka. Itu buat kamu supaya selalu ingat, kalau aku ada di sini."
Hana menatapnya, merasa hangat di dalam hati. Ia belum pernah merasa seperti ini sebelumnya, selalu ada seseorang yang benar-benar peduli dan ingin membuatnya merasa spesial.
Tak lama kemudian, mereka pun mulai menikmati makanan yang mereka pesan. Suasana di kantin tidak begitu ramai, membuat mereka bisa berbicara lebih leluasa.
"Jadi, besok ada rencana apa?" tanya Ryan, sambil menikmati makanannya.
Hana mengernyitkan dahi, "Besok? Aku nggak tahu. Mungkin pergi ke mall, atau... mungkin ke taman. Aku pengen banget rasanya keluar sebentar dari rutinitas sekolah."
Ryan tersenyum lebar. "Taman? Itu ide bagus. Kita bisa santai di sana, ngobrol-ngobrol, mungkin bawa makanan kecil juga."
Hana menyetujui dengan anggukan. "Sounds fun. Kita rencanakan nanti."
Sementara itu, beberapa teman mereka yang sedang duduk di meja sebelah mulai berbisik-bisik, menyadari kedekatan Hana dan Ryan yang semakin jelas. Ika, yang tidak bisa menahan diri, akhirnya berkata dengan suara pelan, "Kalian makin kelihatan cocok aja, deh. Aku jadi iri."
Risa, yang duduk di samping Ika, ikut menambahkan, "Iya, nih. Semoga hubungan kalian bertahan lama ya. Kita semua mendukung."
Hana tersenyum, merasa lebih diterima dengan semua dukungan itu. Ia tidak perlu lagi merasa ragu atau canggung. Kehadiran Ryan membuat segala sesuatunya terasa lebih baik, dan ia merasa bersyukur bisa memilikinya di sisinya.
Setelah selesai makan, Hana dan Ryan keluar dari kantin dan berjalan kembali ke kelas. Tiba-tiba, Hana merasa lebih optimis tentang apa yang akan datang. Mungkin ini adalah awal dari banyak momen indah yang akan mereka jalani bersama.
Setelah kembali ke kelas, Hana duduk di bangkunya sambil memainkan ujung pulpen di tangannya. Suasana kelas masih ramai dengan obrolan ringan sebelum pelajaran dimulai. Ryan, yang duduk di kelasnya sendiri, sempat mengirim pesan singkat.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 36
Start from the beginning
