Hana menunduk malu, tapi tetap mengangguk. "Iya."
Dan di saat itu juga, hubungan mereka akhirnya bukan lagi rahasia.

Setelah Hana dan Ryan kembali ke kelas, suasana menjadi lebih riuh. Sorakan dan godaan semakin menjadi-jadi begitu mereka berdua masuk bersama.

"Woi woi, akhirnya mereka balik juga!"
"Udah resmi nih? Fix ya?"
"Gak ada lagi drama diem-dieman, ya!"

Ika langsung mendekati Hana dengan tatapan penuh arti. "Jadi… kalian beneran jadian?" tanyanya setengah berbisik, meskipun semua orang di kelas sudah penasaran dengan jawabannya.

Hana, yang biasanya bisa mengendalikan ekspresinya, justru kini salah tingkah. Ia hanya bisa menunduk, tetapi ekspresi wajahnya sudah menjawab semuanya.

Ryan, di sisi lain, terlihat jauh lebih santai. Ia malah tersenyum dan mengangkat bahu. "Ya, kurang lebih begitu."

Jawaban itu sukses membuat kelas semakin heboh.

"Fix jadian! Fix!"
"Gak nyangka Hana bisa luluh juga!"
"Ryan, lo menang banyak!"

Anissa dan Risa langsung menarik Hana ke tempat duduknya, meninggalkan Ryan yang masih harus menghadapi teman-teman yang terus menggoda.

"Jadi, serius nih? Kapan mulai deket?" tanya Anissa dengan penuh antusias.

Hana hanya bisa menghela napas dan tersenyum kecil. "Udah lama deket, tapi baru sekarang… ya, gitu."

Ika tertawa kecil. "Berarti bener dong kecurigaan kita? Cuma kalian aja yang masih malu-malu."
Hana ingin membantah, tetapi ia tahu itu sia-sia. Pada akhirnya, ia hanya bisa menerima semua godaan ini dengan pasrah.

Di tengah semua kehebohan, Rafen duduk di tempatnya dengan ekspresi sulit ditebak. Tidak seperti yang lain, ia tidak ikut bersorak atau berkomentar. Matanya hanya menatap sekilas ke arah Hana dan Ryan, lalu kembali fokus pada bukunya.

Dirga, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan reaksi itu dan mengangkat alis. "Bro, lo gak apa-apa?"

Rafen menutup bukunya pelan, lalu menggeleng. "Gak ada apa-apa."

Namun, dari caranya menggenggam bukunya dengan erat, jelas ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap Rafen. "Lo yakin? Soalnya sejak tadi lo diem banget."

Rafen tidak menjawab, tetapi ekspresinya tetap sama. Ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa mengganjal, sesuatu yang bahkan ia sendiri enggan untuk mengakuinya.

Setelah pengakuan mereka, hubungan Hana dan Ryan menjadi topik panas di sekolah. Setiap kali mereka lewat bersama, pasti ada saja yang iseng menggoda atau sekadar melirik penuh arti.

Hari itu, di dalam kelas Hana, suasana kembali ramai saat ia baru saja duduk. Ika dan Risa langsung mendekatinya dengan ekspresi jahil.

"Jadi gini, Mbak Hana," kata Ika, menirukan gaya wartawan. "Rasanya gimana setelah resmi go public? Wah, wah, wah!"

Risa tertawa dan menimpali, "Fix banget, sih. Jadi sekarang kita bisa bebas manggil Ryan ‘pacar Hana’ di depan umum?"

Hana mendesah panjang. "Astaga, kalian lebay banget."

Tapi sebelum Hana bisa membalas lebih jauh, tiba-tiba suasana kelas kembali heboh.

"EH, EH, EH! LIHAT NIH!" seru salah satu teman mereka sambil menunjuk ke depan kelas.

Semua orang langsung menoleh.

Ternyata… Rizfan baru saja masuk kelas Risa dan langsung memanggilnya dengan suara santai tapi jelas:

Part Of ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang