Hana terdiam sejenak, berpikir keras. Dia merasa terjepit antara dua dunia—dunia yang masih dirahasiakan, dengan dunia teman-temannya yang sudah mulai menduga-duga. Meskipun begitu, Hana tahu bahwa hari ini sudah berbeda. Hubungan mereka mulai terbuka sedikit demi sedikit, meskipun belum sepenuhnya jelas bagaimana kedepannya.

"Oke, ayo kita balik," Hana akhirnya setuju, berusaha mengumpulkan keberanian. Mereka berdua berjalan pelan kembali menuju sekolah, saling berbicara ringan, meskipun perasaan cemas dan berat masih menyelimuti Hana.

Setibanya di depan kelas, mereka berhenti sejenak. Hana menatap pintu kelas yang sudah mulai ramai dengan suara teman-teman yang bersiap untuk pulang. Rasa khawatir kembali datang, dan Hana tahu bahwa ada banyak pertanyaan yang akan muncul begitu ia memasuki kelas.

Ryan melihatnya, lalu memberi senyuman kecil. "Kalau kamu butuh waktu, aku tungguin di luar. Aku nggak mau paksa kamu."
Hana mengangguk pelan, berterima kasih atas pengertian Ryan. "Aku coba, ya..."

Dengan langkah pelan, Hana membuka pintu kelas dan masuk kembali ke dalam. Ketika ia melangkah, semua mata langsung tertuju padanya, beberapa teman-temannya tampak menyeringai dan berbisik-bisik. Namun, Hana berusaha mengabaikan tatapan itu dan langsung menuju ke mejanya.

"Hana, kamu kemana aja?" tanya Ika dengan nada penasaran.

Hana hanya mengangguk kecil, berusaha memberi jawaban singkat, “Ke luar sebentar. Aku nggak enak, jadi keluar dulu."

Namun, dalam hatinya, Hana merasa cemas. Ia tahu bahwa keberadaannya di luar kelas cukup lama dan teman-temannya pasti sudah curiga. Beberapa saat setelah itu, Arga dan Gavin, yang berada di dekat Hana, mulai berbicara tentang kejadian di kelas tadi.

"Eh, Hana, lo nggak usah sok malu deh," kata Arga dengan nada menggoda. "Gue tahu tuh, lo pasti ada hubungan sama Ryan kan?"

Hana kaget mendengar pertanyaan itu. Hatinya berdebar kencang, meskipun ia mencoba menyembunyikan perasaan itu. "Nggak ada apa-apa kok," jawabnya cepat, mencoba menghindari pembicaraan lebih lanjut.

Namun, wajah Rafen yang duduk di bangku belakang tiba-tiba menghadap Hana. Dia hanya diam, tetapi tatapannya agak tajam dan penuh pertanyaan. Hana tidak bisa menahan rasa cemas yang muncul begitu melihat Rafen menatapnya seperti itu.

Teman-temannya mulai mengerubungi Hana, bertanya lebih banyak, sementara Hana berusaha mencari jalan keluar dari situasi yang semakin canggung. Saat itu, dia merasa seolah-olah dunia sekitar mulai mendesaknya. Apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Ryan? Apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi semua pertanyaan dan pandangan orang lain?

Setelah hari yang penuh dengan ketegangan dan kebingungannya, Hana akhirnya sampai di rumah. Begitu melangkah masuk, ia langsung merasa kelelahan, baik fisik maupun emosional. Hari ini terasa sangat berat—dimulai dari kejadian di kelas, sampai perasaan campur aduk yang terus mengganggunya.

Tanpa pikir panjang, Hana langsung menuju kamarnya dan berbaring di tempat tidur. Ia tidak peduli dengan notifikasi yang memenuhi layar handphone-nya. Hari ini, ia ingin melupakan semuanya. Tidak ingin membuka pesan-pesan itu, apalagi menghadapi pertanyaan atau tanggapan yang datang dari teman-temannya. Ia merasa lelah secara emosional, dan pikirannya seperti terus berputar.

Ponsel Hana tergeletak di meja samping tempat tidur, dengan layar yang terus menyala karena ada banyak pesan yang masuk. Dari grup WhatsApp teman-temannya, chat dari Ryan yang khawatir, hingga pesan dari Rama yang semakin penasaran tentang kepergiannya tadi. Tapi Hana hanya menutup matanya, berharap untuk sejenak bisa merasakan kedamaian tanpa semua pertanyaan itu.

Sementara Hana terlelap, di luar kamar, suasana rumahnya tampak normal, namun ada sedikit ketegangan. Mamah Hana merasa cemas karena Hana tidak keluar kamar sejak tiba di rumah. Beberapa kali mamahnya mengetuk pintu, memanggilnya, tapi Hana hanya menjawab dengan suara pelan dari dalam kamar. Hana tidak ingin berbicara dengan siapa pun dulu, merasa lelah dengan semua yang terjadi.

Notifikasi di ponsel Hana terus bertambah banyak. Di antaranya, chat dari grup teman-teman deketnya yang berempat, yang terdiri dari Ika, Risa, dan Anissa. Mereka khawatir karena Hana menghilang begitu saja, tanpa memberi kabar setelah keluar dari kelas. Beberapa pesan dari mereka berisi pertanyaan, seperti:

"Hana, kemana aja sih? Kita cari-cari kamu seharian!"

"Kamu nggak bisa gitu, kita khawatir banget!"

"Udah makan belum? Kenapa nggak bales WA gue?"

Di samping itu, ada juga chat dari Rama yang belum sempat masuk ke SV (Space Virtual) yang mereka buat, bertanya tentang Hana:

"Hana, lo kemana? Gimana kabarnya? Gue liat lo nggak masuk ke SV tadi siang. Semua orang nyariin lo."

Namun, ada satu pesan yang terlihat sangat menarik dan membuat perasaan Hana semakin campur aduk chat dari Ryan yang masih menanyakan bagaimana perasaan Hana setelah kejadian di kelas tadi, dan apakah dia baik-baik saja:

"Hana, gue harap lo nggak kepikiran yang nggak-nggak. Gue disini kalau lo butuh ngomong. Tapi jangan terlalu keras sama diri lo sendiri."

Hana membaca pesan itu sebentar saat matanya sempat terbuka. Dia merasa cemas, tetapi juga ada kehangatan dalam pesan Ryan yang membuat hatinya sedikit lebih tenang. Namun, di sisi lain, ada juga chat dari Rafen, yang terlihat lebih dingin dan penuh pertanyaan:
"Hana, tadi lo kenapa? Kok bisa ngilang seharian gitu? Gue cuma mau pastiin lo baik-baik aja."

Senyum Hana pun akhirnya mengembang tipis saat membaca chat itu. Rafen memang tidak banyak bicara, tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Entah kenapa, Hana merasa sedikit khawatir juga tentang bagaimana perasaan Rafen, walaupun dia masih merasa ragu tentang segalanya.

Saat Hana mencoba mengabaikan ponselnya untuk sejenak, matanya tetap tertuju pada layar. Ia merasa bingung harus memilih yang mana. Setiap pesan terasa sangat berat—semua orang ingin tahu, semua orang khawatir, dan Hana merasa terjebak di tengahnya. Namun, di dalam hatinya, Hana tahu satu hal bahwa perasaan yang ia miliki untuk Ryan adalah nyata, dan meskipun segalanya terasa rumit, ia tidak bisa mengabaikan perasaan itu begitu saja. Tapi juga ada Rafen, yang sudah lama mengenalnya, yang seolah-olah sudah ada dalam hidupnya lebih lama dari siapa pun.

Tapi Hana tidak bisa memutuskan apa yang harus ia lakukan, dan sekarang, ia hanya ingin tidur. Tidur untuk meredakan pikiran yang mulai kacau ini. Tanpa membuka pesan-pesan itu lagi, Hana akhirnya memutuskan untuk benar-benar menutup mata dan mencoba tidur.

Akhir dari Sebuah Perjalanan yang Belum Terselesaikan

Hari itu, Hana merasa lebih ringan setelah membalas pesan Ryan. Meskipun perasaannya masih terombang-ambing, ia tahu bahwa tidak ada jalan pintas dalam menghadapi emosi dan hubungan yang rumit. Kehidupan di sekolah kembali seperti biasa, meskipun ada perasaan canggung yang terus mengikutinya. Hana tahu, hubungannya dengan Ryan tetaplah rahasia, dan itu membuatnya merasa sedikit tertekan, tetapi ia juga sadar bahwa terkadang, perasaan harus dihargai, meski harus berjalan perlahan.

Di tengah kebingungannya, Hana memutuskan untuk tetap fokus pada dirinya sendiri terlebih dahulu. Ia ingin menemukan keseimbangan antara perasaan yang tak bisa ia hindari dan kenyataan yang harus ia hadapi.

Malam harinya, saat semua mulai tenang, Hana kembali membuka ponselnya, mengingat pesan-pesan yang datang padanya. Kali ini, ia memutuskan untuk membiarkan dirinya merasa sedikit lebih bebas, dan tidak terlalu khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan.

                              🌷🌷🌷

"Terkadang, kita harus berhenti sejenak, memberi ruang untuk diri kita sendiri, dan membiarkan perasaan yang ada berjalan dengan caranya sendiri. Tidak semua hal harus langsung selesai, karena hidup memang tidak selalu tentang akhir, tapi tentang bagaimana kita menjalani setiap langkah yang ada." ~fav

                            ✨✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

Part Of ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang