Rizfan hanya tertawa kecil, lalu kembali ke bangkunya sebelum guru masuk. Tapi sebelum itu, ia berbisik pelan ke Risa.
"Kamu lucu kalau lagi malu gitu."
Risa melirik tajam ke arahnya. "Diam, sebelum aku batal minum air yang kamu kasih."
Rizfan hanya terkekeh pelan sebelum kembali ke bangkunya.
Meskipun Risa biasanya cuek dengan komentar teman-temannya, lama-kelamaan ia merasa risih juga karena kehebohan yang terus-menerus muncul.
Saat jam istirahat, Risa duduk sendirian di kelas sambil memainkan ponselnya. Rizfan datang lagi dan duduk di depannya, memperhatikan wajah Risa yang terlihat sedikit kesal.
"Kenapa? Kesal karena teman-teman?" tanya Rizfan.
Risa menghela napas. "Mereka tuh bawel banget. Aku tahu kita dekat, tapi mereka tuh kayak berlebihan aja."
Rizfan tersenyum tipis. "Ya udah, kalau kamu risih, aku bisa jaga jarak dikit."
Risa menatap Rizfan, lalu menggeleng pelan. "Nggak perlu juga sih, cuma... ya, jangan kasih mereka alasan buat ngomong lebih banyak lagi."
Rizfan mengangguk. "Oke, aku bakal lebih santai. Tapi kalau ada yang ganggu kamu, bilang aja."
Risa tersenyum kecil. "Iya, makasih."
Meskipun mereka berdua tidak secara resmi mengakui hubungan mereka di depan teman-temannya, satu kelas sudah bisa melihat bahwa ada sesuatu di antara mereka. Dan meskipun ada rasa canggung di hati Risa, ia tidak bisa memungkiri bahwa perhatian Rizfan membuatnya merasa nyaman.
Suatu hari, setelah jam istirahat hampir selesai, Risa berjalan kembali ke kelas sendirian. Ia melewati lorong sekolah dan tanpa sengaja melihat sesuatu yang membuat langkahnya terhenti.
Di depan kelas sebelah, Rizfan sedang berbicara dengan seorang cewek dari kelas lain. Cewek itu tampak tertawa dan berbicara dengan akrab, bahkan sesekali menyentuh lengan Rizfan dengan gaya bercanda.
Jantung Risa berdebar aneh. Ia merasa tidak nyaman melihat pemandangan itu, tetapi tidak tahu kenapa. Biasanya, ia tidak peduli dengan siapa Rizfan berbicara. Namun, kali ini, ada rasa yang berbeda seperti ada yang mencubit hatinya pelan.
"Kenapa aku ngerasa begini?" batinnya.
Saat Rizfan menoleh ke arahnya, Risa langsung berpaling dan berpura-pura tidak melihat apa pun. Ia kembali ke kelas dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
Sepanjang pelajaran, pikirannya dipenuhi oleh kejadian tadi. Ia mencoba mengabaikannya, tetapi bayangan Rizfan bersama cewek lain terus muncul di kepalanya.
Apa aku cemburu?
Setelah pulang sekolah, Risa tidak langsung pergi. Ia duduk di bangku taman sekolah, membiarkan angin sore menyentuh wajahnya. Tak lama kemudian, Rizfan muncul dan duduk di sampingnya.
"Kamu kenapa? Dari tadi keliatan diem banget," tanya Rizfan sambil menyandarkan punggung ke bangku.
Risa menghela napas. "Nggak kenapa-kenapa."
Rizfan menatapnya curiga, tetapi tidak mendesak. "Kalau ada yang ganggu pikiran kamu, cerita aja. Aku dengerin."
Untuk pertama kalinya, Risa ingin mengaku bahwa ia merasa aneh melihat Rizfan bersama cewek lain. Tetapi, bibirnya tetap terkatup rapat.
Ia hanya bisa menatap lurus ke depan dan berkata, "Aku juga nggak ngerti apa yang lagi aku rasain."
Rizfan mengangkat alis. "Kalau gitu, pelan-pelan aja. Nggak usah dipaksa ngerti sekarang."
Risa menoleh ke arahnya dan untuk sesaat, ia menyadari betapa tenangnya ia setiap kali ada di dekat Rizfan.
Dan saat itu juga, ia mulai mengerti sesuatu yang sebelumnya tidak ia sadari.
Sore itu, Risa duduk sendirian di bangku taman sekolah, memainkan ujung jilbabnya dengan gelisah. Matanya sesekali melirik ke arah Rizfan yang sedang tertawa bersama teman-temannya di kejauhan.
Biasanya, ia tidak terlalu peduli dengan hal seperti ini. Rizfan memang orang yang mudah bergaul dan akrab dengan siapa saja. Tapi entah kenapa, kali ini ada sesuatu yang terasa berbeda. Ada sedikit rasa tidak nyaman yang mengganggu pikirannya.
"Apa aku… mulai terbiasa dengan perhatian dia?" gumamnya pelan, hampir tidak percaya dengan pikirannya sendiri.
Saat itu juga, seolah semesta ingin memberinya jawaban, Rizfan menoleh ke arahnya. Tatapan mereka bertemu sesaat, cukup lama untuk membuat jantung Risa berdetak lebih cepat. Rizfan tersenyum tipis, lalu melanjutkan obrolannya dengan teman-temannya seolah tak terjadi apa-apa.
Risa menghela napas panjang, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang mulai muncul di hatinya.
"Mungkin aku cuma terlalu banyak mikir," ucapnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu ada sesuatu yang mulai berubah. Sesuatu yang belum siap ia akui.
🌷🌷🌷
"Kadang, kita baru menyadari pentingnya seseorang saat mereka mulai menjauh. Tapi apakah perasaan itu benar, atau hanya ketakutan akan kehilangan?" ~raa
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
VOCÊ ESTÁ LENDO
Part Of Class
Ficção AdolescenteSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 31
Começar do início
