Di luar kelas, Ryan berbicara dengan lebih hati-hati. "Hana, aku tahu kalau ini mungkin bikin kamu canggung. Tapi aku cuma pengen kita lebih sering ngobrol. Aku nggak mau bikin kamu merasa terbebani atau dicurigai."
Hana menunduk sejenak, mencerna kata-kata Ryan. "Aku tahu, Ryan. Aku cuma takut kalau kita jadi terlalu terlihat, gitu. Teman-teman bisa jadi berpikir yang aneh-aneh."
Ryan mengangguk pelan. "Aku ngerti. Tapi, yang penting buat aku adalah kamu. Aku nggak peduli apa kata orang, asal kamu nyaman."
Hana merasa hatinya sedikit lebih ringan mendengar itu, meskipun ada perasaan campur aduk yang masih mengganjal di dalam dirinya.
Kehidupan Hana dan Ryan di sekolah kini penuh dengan ketegangan dan kecanggungan, namun keduanya berusaha menjaga agar tidak ada yang tahu tentang hubungan mereka yang berkembang pelan-pelan. Mereka lebih sering berbicara secara pribadi, mencoba menjaga jarak dari teman-teman mereka yang mulai curiga.
Di sisi lain, Ika semakin merasa terasingkan dari Reno. Meskipun mereka masih sering berbicara, ada jarak yang semakin terasa antara keduanya. Ika merasa bingung dengan perasaannya, sementara Reno tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.
Di sisi lain, Risa dan Rizfan semakin dekat, dan hubungan mereka semakin terbuka di hadapan teman-teman mereka. Banyak yang mulai menyadari bahwa mereka sudah lebih dari sekadar teman, dan beberapa bahkan mulai menggoda mereka.
Suatu siang, saat mereka berdua sedang duduk di bangku luar kelas, Rizfan berbicara dengan Risa dengan wajah serius.
"Risa, aku seneng banget bisa dekat sama kamu. Aku tahu, kita baru aja mulai, tapi aku serius sama kamu."
Risa terdiam sesaat, terkejut dengan keterusterangan Rizfan. "Rizfan, aku juga seneng kok, cuma... kita nggak perlu buru-buru, ya?"
Rizfan mengangguk, meskipun sedikit kecewa. "Gak apa-apa, aku ngerti. Kita jalanin aja pelan-pelan."
Setelah berita hubungan Risa dan Rizfan tersebar, hampir semua teman sekelas mereka mulai menganggap keduanya sebagai pasangan resmi, meskipun mereka sendiri tidak terlalu terbuka tentang itu.
Suatu pagi sebelum pelajaran dimulai, Rizfan datang ke kelas dengan ekspresi santai seperti biasa. Risa sedang duduk di bangkunya, sibuk dengan ponselnya. Rizfan berjalan ke arah Risa tanpa ragu dan menyodorkan botol minum ke mejanya.
"Minum dulu, jangan sampai dehidrasi," katanya sambil duduk di bangku sebelah Risa.
Risa mengangkat alisnya, menatap Rizfan dengan tatapan bingung. "Kenapa tiba-tiba perhatian banget?" tanyanya, mengambil botol itu tapi tidak langsung meminumnya.
Rizfan hanya mengangkat bahu. "Ya biasa aja. Kemarin kamu bilang kepala kamu pusing pas pulang, jadi sekarang aku bawain air."
Ucapan Rizfan terdengar santai, tapi teman-teman di sekitar mereka langsung berseru heboh.
"Waduh, udah mulai perhatian banget nih!" seru salah satu teman mereka.
"Rizfan, kapan traktirannya? Udah sah kan kalian?" tambah yang lain dengan nada menggoda.
Risa hanya menghela napas, lalu membuka botol minum itu dan mulai meminumnya tanpa menanggapi godaan teman-temannya. Sementara itu, Rizfan malah tersenyum kecil, tampak menikmati bagaimana reaksi teman-temannya terhadap hubungan mereka.
"Nggak ada traktiran, kalian kebanyakan bacot," kata Risa dengan nada datar, tapi pipinya sedikit bersemu merah.
Namun, teman-temannya tidak menyerah begitu saja. Mereka malah semakin menggoda dengan berbagai komentar kocak.
"Kalau nggak mau traktiran, yaudah deh, minimal kita jadi saksi peresmian hubungan kalian," kata salah satu teman mereka sambil tertawa.
"Halah, saksi apaan. Udah ah, pelajaran mau mulai," jawab Risa, mencoba mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Class
Fiksi RemajaSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 31
Mulai dari awal
