Namun, di balik kata-kata itu, Ika merasa bingung. Ia tak tahu apakah ia siap untuk menjalin hubungan lebih dari sekadar teman dengan Reno, sementara Reno tampak lebih berharap.

Sementara itu, di kelas, teman-teman mulai memperhatikan perubahan sikap Ika dan Reno. Mereka mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tak biasa di antara mereka berdua. Risa, yang tahu betul tentang perasaan Ika dan Reno, merasa cemas. "Kalian baik-baik aja?" tanyanya pada Ika dan Reno yang tampak agak terpisah.

Ika hanya mengangguk. "Kita cuma butuh waktu, kok."
Risa mengernyitkan dahi. "Jangan terlalu banyak mikir. Kadang, kalian cuma perlu ngambil langkah kecil aja."

Di saat yang sama, suasana semakin tegang dengan gosip yang terus berkembang. Teman-teman mulai lebih banyak memperhatikan Hana dan Ryan, dan beberapa bahkan penasaran dengan hubungan mereka. Namun, Hana dan Ryan tetap mencoba menjaga jarak dari perhatian teman-teman yang semakin banyak bertanya.

Pada suatu pagi, saat Hana dan Ryan duduk berdekatan di kantin, Rafen yang melihat itu merasa semakin cemas. Ia tahu bahwa hubungan mereka bukanlah sesuatu yang mudah, dan ia merasa bingung dengan perasaan yang mulai tumbuh di dalam dirinya.

Kembali ke rumah, Hana merasakan perasaan campur aduk. Ia merasa cemas dengan apa yang terjadi di sekolah, terutama dengan perasaan yang mulai berkembang antara dirinya dan Ryan.

Namun, ia juga tahu bahwa ia belum siap untuk sepenuhnya membuka diri pada hubungan ini. Ia memutuskan untuk memberi waktu pada dirinya sendiri.

Hari-hari di sekolah semakin penuh dengan ketegangan, terutama setelah gosip tentang Hana dan Ryan makin beredar. Meskipun mereka berusaha untuk tetap menjaga hubungan biasa, perhatian teman-teman mulai semakin mengganggu. Hana merasa semua mata tertuju padanya setiap kali ia berbicara dengan Ryan, membuatnya semakin bingung.

Suatu pagi, ketika Hana sedang duduk di bangkunya, Ika tiba-tiba menghampirinya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

"Ada apa, Ika?" tanya Hana, masih merasakan kecanggungan dari pembicaraan mereka sebelumnya.

Ika memutar bola matanya. "Gosip di sekolah ini semakin menjadi, ya? Aku rasa kamu perlu siap-siap kalau ada yang tanya langsung."

Hana mengangguk pelan, merasa sedikit tertekan. "Aku nggak tahu harus gimana, Ik."
Ika tersenyum tipis. "Gak apa-apa, Hana. Kalau kamu butuh waktu, ambil aja. Jangan terburu-buru."

Mendengar kata-kata Ika membuat Hana sedikit merasa lebih tenang, meskipun hatinya masih ragu. Ia ingin memberi Ryan jawaban yang tepat, tetapi bagaimana kalau jawabannya membuat semuanya semakin rumit?

Malam yang Mengganggu
Malam hari, Hana duduk di kamarnya sambil memikirkan keputusan yang harus ia buat. Pikirannya terus berputar antara rasa cemas dan rasa ingin menjaga kedekatannya dengan Ryan. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Ryan.

Hana: "Aku butuh waktu lebih lama. Aku nggak bisa jawab sekarang. Maaf."

Beberapa menit berlalu, dan Ryan akhirnya membalas.
Ryan: "Gak masalah. Aku ngerti kok. Aku akan tunggu, Hana."

Hana merasa sedikit lega, meskipun ia tahu bahwa perasaan Ryan tidak akan semudah itu dilupakan. Tetapi, itu adalah keputusan yang harus ia buat untuk saat ini.

                              💫💫💫

Keesokan harinya, suasana di kelas semakin panas. Ada bisik-bisik dan tatapan tajam dari teman-teman yang penasaran dengan hubungan Hana dan Ryan. Bahkan beberapa teman sekelas, seperti Nayara dan Gavin, mulai mendekati mereka untuk mengorek lebih banyak informasi.

"Nggak nyangka deh, Hana, kamu bisa bikin gempar gini," Nayara berkomentar dengan senyum usil.

Gavin menambahkan, "Aku nggak tahu kalau kalian bener-bener serius."
Hana hanya tersenyum canggung. "Gak usah banyak dibahas, deh. Kita tetap teman kan?"

Namun, hatinya sedikit berdesir karena merasa semakin tertekan dengan perhatian yang terus datang.

Sementara itu, di sisi lain, Ika dan Reno semakin menjauh. Ika yang merasa bingung dengan sikap Reno yang semakin obsesif, mencoba menghindar dengan cara yang lebih hati-hati. Setiap kali mereka berinteraksi, ada rasa canggung yang tak bisa disembunyikan.

Suatu siang, saat mereka berdua duduk bersama di luar kelas, Reno memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya sekali lagi.

"Ika, aku serius sama kamu. Aku nggak mau kamu ragu. Aku suka kamu," ujar Reno dengan suara yang lebih serius daripada biasanya.

Ika menatapnya dengan bingung. "Reno, aku nggak tahu harus bilang apa. Aku... belum siap."
Reno tampak kecewa, meskipun ia berusaha untuk tetap tersenyum. "Gak apa-apa, Ika. Aku cuma pengen kamu tahu perasaanku."

Ika mengangguk pelan, mencoba menghindari pembicaraan lebih lanjut. Ia merasa bingung dengan perasaan Reno yang begitu kuat, sementara dirinya tidak merasa siap untuk menjalin hubungan lebih jauh.

Sore hari, Hana kembali ke rumah dan merenung. Ia masih merasa bingung dengan perasaannya terhadap Ryan dan semua yang terjadi di sekolah. Namun, di dalam hatinya, ia mulai merasa sedikit lebih jelas. Ia tidak ingin mengecewakan Ryan, tapi ia juga tidak ingin terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Akhirnya, Hana memutuskan untuk berbicara dengan Ryan secara langsung. Ia ingin memastikan bahwa keputusan yang ia buat nanti bukan karena tekanan atau keinginan orang lain, tapi karena dirinya sendiri.

                              🌷🌷🌷

"Terkadang, perasaan datang tanpa kita minta, dalam bentuk yang tidak terduga. Dalam kebingungan dan keraguan, kita berusaha untuk menemukan jawaban yang tepat, meski tak selalu mudah. Ada kalanya, kita harus belajar menerima kenyataan bahwa tak semua hal bisa dikendalikan, dan mungkin, jalan terbaik adalah mengikuti alur yang telah ditentukan hati." ~star

                                ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

Part Of ClassWhere stories live. Discover now