Suatu hari, saat pulang sekolah, Ika dan Reno kebetulan bertemu di depan gerbang. Ika yang berjalan lebih cepat dengan wajah yang sedikit cemberut, sepertinya sedang berpikir keras tentang sesuatu. Reno, yang biasanya bisa menebak suasana hati Ika, merasa ada yang tidak beres.
"Eh, Ika... kamu baik-baik aja?" tanya Reno, mencoba membuka percakapan.
Ika menoleh, sedikit terkejut. "Iya, kenapa?" jawabnya sambil menyembunyikan ekspresi yang agak terganggu.
Reno merasa ada jarak antara mereka yang tak seperti biasanya. "Kayaknya kamu lagi nggak enak hati, deh."
Ika menghela napas, "Nggak apa-apa kok, Reno." Namun, nada suaranya tidak meyakinkan.
Reno merasa bingung. "Jangan terlalu keras sama diri sendiri, Ika."
Ika diam, lalu tersenyum tipis. "Aku cuma butuh waktu buat beberapa hal."
Reno mengangguk, merasa sedikit tersisih, tapi ia tetap mencoba untuk sabar. "Aku paham kok, Ika."
Namun, meskipun ada jarak yang semakin terasa, keduanya masih berusaha menjaga pertemanan mereka.
Kembali ke kelas, suasana sudah mulai ramai. Kali ini, bukan hanya soal hubungan pacaran, tetapi ada kejadian lain yang memicu kehebohan yaitu tentang Hana dan Ryan yang semakin dekat, meskipun mereka mencoba untuk tidak terlalu menonjolkan hubungan mereka di depan teman-teman. Beberapa teman mulai curiga, dan gosip-gosip kecil mulai tersebar.
Nayara, yang selalu penasaran, berusaha mencari tahu lebih banyak. "Eh, kalian pernah lihat sih, Hana dan Ryan sering berdua? Kayaknya ada yang aneh nih," katanya dengan suara pelan, tapi cukup keras agar beberapa teman mendengarnya.
Ika, yang mendengar percakapan itu, hanya bisa mengernyitkan dahi. Ia merasa agak canggung dengan situasi ini, karena di satu sisi, ia tahu Hana dan Ryan memang dekat, tapi di sisi lain, ia juga merasa ada sesuatu yang ingin disembunyikan.
Beberapa hari setelah gosip tentang Hana dan Ryan beredar, suasana kelas semakin heboh. Nayara semakin menggali informasi, sementara teman-teman lain mulai memberi komentar. Rafen yang duduk di sebelah Hana, merasa tak nyaman dengan gosip yang mulai beredar.
"Gimana sih, Hana?" Rafen mencoba berbicara dengan hati-hati, meskipun ia merasa risih dengan keadaan itu.
Hana hanya tersenyum kaku. "Aku nggak tahu, Rafen... Biarin aja, deh."
"Tapi kamu nggak merasa aneh gitu, ya?" tanya Rafen, mencoba mencari tahu lebih banyak.
Hana menggelengkan kepala. "Mungkin mereka cuma penasaran aja, nggak lebih."
Namun, meskipun Hana mengatakan itu, ia merasa sedikit cemas dengan reaksi teman-temannya yang terus mengawasi. Sementara itu, Ryan yang kebetulan lewat melihat suasana tersebut dan merasakan kecanggungan yang semakin jelas. Ia memutuskan untuk memberi Hana sedikit ruang.
✨✨✨
Kembali ke Ika dan Reno, hubungan mereka mulai memasuki fase yang canggung. Ika merasa bahwa Reno semakin memperhatikan dirinya dengan cara yang berbeda. Beberapa kali, mereka saling berbicara, tetapi Ika merasa ada jarak yang lebih jauh daripada sebelumnya.
Suatu saat, Ika dan Reno berjalan bersama di koridor sekolah. Mereka tidak berbicara banyak, hanya sesekali tersenyum. Ika merasa sedikit terbebani dengan perhatian yang diberikan Reno.
"Ada apa, Ika? Kok kamu kelihatan bingung?" tanya Reno, mencoba membaca ekspresi Ika yang lebih serius.
Ika menghela napas panjang. "Aku cuma butuh waktu, Reno... Aku nggak yakin sama perasaan ini."
Reno merasa kecewa, meskipun ia mencoba untuk memahami. "Ika, aku cuma nggak mau kamu merasa tertekan. Aku cuma pengen kamu nyaman."
Ika tersenyum, tapi senyum itu terasa dipaksakan. "Aku tahu, Reno... Terima kasih."
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 30
Start from the beginning
