Rafen mengangkat bahu tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Nggak kenapa-kenapa," jawabnya singkat.

"Serius? Bukannya gara-gara sesuatu yang baru-baru ini kejadian?" Gavin mengangkat alis, seolah sedang menyinggung sesuatu yang spesifik.

Rafen hanya mendesah pelan dan akhirnya memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Udahlah, nggak penting," katanya sebelum menyandarkan kepalanya ke meja.

Di sisi lain kelas, Abi dan Rama sedang membahas rencana mereka untuk akhir pekan.

"Kayaknya minggu ini bakal ada event di mall, lo mau ikut nggak?" tanya Rama sambil membuka aplikasi di ponselnya.

Abi mengangguk. "Boleh juga. Tapi pastiin dulu siapa aja yang ikut. Kalau ramean, lebih seru."

Percakapan di kelas semakin beragam, masing-masing kelompok sibuk dengan topik mereka sendiri. Kelas tetap hidup dengan interaksi, meski beberapa orang memiliki rahasia yang belum terungkap.

Saat kelas masih dipenuhi obrolan seru, tiba-tiba sebuah kabar baru menyebar dengan cepat.

"Eh, lo udah denger belum? Risa sama Rizfan jadian!" seru seseorang dari sudut kelas, membuat hampir semua orang langsung menoleh.

Nayara yang sedang mengobrol dengan Ika langsung menepuk meja. "Hah?! Serius? Kapan? Kok bisa?!" tanyanya heboh.

Risa yang duduk di bangkunya langsung menutup wajah dengan kedua tangannya, pipinya memerah. Sementara itu, Rizfan yang duduk tak jauh darinya hanya tertawa kecil sambil mengusap tengkuknya, terlihat agak canggung dengan perhatian yang tiba-tiba tertuju pada mereka.

Abi yang duduk di dekat Rizfan langsung menepuk bahunya. "Wih, gila sih, lo diem-diem tapi tiba-tiba bawa kejutan. Coba ceritain, lo nembaknya gimana?" tanyanya dengan nada menggoda.

Rizfan hanya terkekeh. "Ya... biasa aja sih. Gak ada yang gimana-gimana. Udah lama deket, terus akhirnya jadian aja," jawabnya santai.

"Biasa apaan?! Itu Risa sampe malu gitu, jelas ada sesuatu yang spesial," celetuk Nayara, masih berusaha mengorek informasi.

Ika menatap Risa sambil tersenyum. "Udah deh, kalian pasti gemes banget kan? Tapi serius, selamat ya. Semoga langgeng!" katanya.

Risa akhirnya menurunkan tangannya dan berusaha menenangkan diri. "Aduh, kenapa harus sampai sekelas tahu sih..." keluhnya, tapi nada suaranya terdengar tidak benar-benar kesal.

Sementara itu, beberapa siswa lain mulai menggoda mereka. "Coba-coba, ayo pegangan tangan di depan kita!" seru salah satu teman mereka, membuat Risa dan Rizfan semakin salah tingkah.

Rizfan akhirnya menghela napas dan tersenyum kecil sebelum akhirnya menggenggam tangan Risa dengan santai. "Tuh, puas?" katanya dengan nada bercanda.

Seketika, kelas pecah dengan sorakan dan tepuk tangan.

"WOOOO! PASANGAN BARU NIH!"

"JADI KITA KALO NGUMPUL HARUS ADA COUPLE SEAT BUAT MEREKA DONG!"

Hana yang duduk agak jauh hanya bisa tersenyum melihat kehebohan itu. Di satu sisi, ia merasa senang untuk Risa, tapi di sisi lain, pikirannya melayang ke hubungannya sendiri dengan Ryan. Apakah suatu saat nanti mereka juga akan mengalami momen seperti ini di depan teman-teman?

Sementara itu, Ryan yang duduk tidak jauh darinya melirik ke arah Hana, seolah bisa menebak isi pikirannya. Namun, alih-alih mengatakan sesuatu, ia hanya tersenyum tipis dan kembali fokus pada layar ponselnya, membiarkan Hana dengan pikirannya sendiri.

Setelah olahraga selesai, para siswa mulai kembali ke kelas dengan wajah yang masih sedikit berkeringat. Beberapa langsung mengambil air minum, sementara yang lain sibuk mengelap keringat dengan handuk kecil.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now