Ryan: "Udah bangun?"
Ryan: "Jangan lupa sarapan."

Hana tersenyum tipis sebelum mengetik balasan.

Hana: "Udah. Kamu juga jangan lupa sarapan."

Hari ini adalah hari Senin, dan Hana kembali harus berhadapan dengan suasana sekolah yang penuh dengan teman-temannya. Sejujurnya, ia masih agak canggung dengan hubungannya yang baru ini, terutama karena mereka harus tetap bertindak biasa agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Saat sampai di kelas, Hana duduk di bangkunya seperti biasa. Ika datang dan langsung menjatuhkan diri ke kursi sebelahnya.

"Pagi, Han! Kayaknya hari ini bakal capek deh, ada jadwal olahraga," kata Ika sambil menguap.

"Iya, semoga aja nggak terlalu panas," balas Hana, berusaha mengalihkan pikirannya.

Saat itulah, Ryan masuk ke dalam kelas bersama beberapa temannya. Tatapan mereka sempat bertemu, tapi Hana buru-buru mengalihkan pandangannya. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.

Namun, Nayara yang memang selalu jahil tampaknya menangkap sesuatu.

"Eh, eh, Hana kenapa sih? Kok kaku banget? Jangan-jangan lagi nyembunyiin sesuatu?" godanya sambil menyenggol lengan Hana.

Hana langsung menggeleng. "Nggak ada apa-apa kok," katanya dengan ekspresi setenang mungkin.

Tapi Nayara tetap menatapnya penuh selidik. "Hmm... oke deh, tapi feeling aku bilang ada sesuatu di antara kamu sama seseorang," katanya sambil tertawa kecil.

Hana hanya bisa berharap Nayara tidak terlalu memperhatikan detail kecil yang bisa membocorkan hubungannya dengan Ryan.

Hari itu, mereka menjalani pelajaran seperti biasa. Saat jam istirahat, Hana dan teman-temannya pergi ke kantin. Sementara itu, Ryan tetap bersama teman-temannya, sesekali melirik ke arah Hana dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Saat kembali ke kelas, Ryan akhirnya mendekati Hana ketika tidak ada orang yang terlalu memperhatikan.

"Jangan tegang gitu. Nanti malah ketahuan beneran," katanya dengan suara pelan.

Hana menoleh cepat, sedikit terkejut. "Aku nggak tegang kok," bantahnya, meski sebenarnya ia memang gugup.

Ryan hanya tersenyum kecil sebelum kembali ke tempat duduknya. Hana menghela napas panjang, menyadari bahwa menyembunyikan hubungan mereka ternyata lebih sulit dari yang ia bayangkan.

Dan hari ini baru saja dimulai.

Saat Hana masih berusaha menyesuaikan diri dengan situasi barunya, di sudut lain kelas, Nayara, Ika, Risa, dan Anissa sedang membicarakan sesuatu dengan ekspresi penuh semangat.

"Eh, kalian sadar nggak sih? Kayaknya belakangan ini suasana kelas mulai seru lagi," kata Nayara sambil mengunyah permen karet.

"Maksudnya?" tanya Risa penasaran.

"Ya, kemarin ada truth or dare yang bikin heboh, terus sekarang banyak yang mulai kepo sama hubungan beberapa orang," Nayara melirik ke arah Hana sekilas, tapi tidak mengatakan apapun lebih lanjut.

Ika menggeleng sambil tertawa. "Kamu selalu suka gosip, Nay. Coba aja fokus ke tugas-tugas, pasti nilai kamu naik," canda Ika.

Nayara mendengus. "Duh, tugas mah bisa belakangan. Yang penting tuh, kita tahu perkembangan terbaru di kelas ini. Apalagi soal anak-anak yang tiba-tiba jadi lebih aneh dari biasanya," katanya penuh arti.

Sementara itu, di bagian lain kelas, Rafen sedang duduk di bangkunya, sibuk dengan ponselnya. Gavin duduk di depannya, mengetuk meja dengan jarinya.

"Eh, Raf, kamu kenapa sih? Belakangan kayak lebih diem," tanya Gavin.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now