Dan untuk pertama kalinya sejak siang tadi, Hana merasa sedikit lebih tenang.
Malam itu, setelah semua aktivitas selesai, Hana berbaring di tempat tidurnya sambil menatap layar ponsel. Hatinya masih terasa aneh setelah kejadian hari ini. Ia membuka aplikasi chat dan melihat bahwa Ryan baru saja online.
Tidak butuh waktu lama, sebuah pesan masuk.
Ryan: "Udah di rumah?"
Hana tersenyum tipis. Entah kenapa, membaca pesan singkat dari Ryan membuatnya merasa sedikit lebih nyaman.
Hana: "Udah, dari tadi juga."
Ryan: "Capek?"
Hana: "Dikit. Kamu?"
Ryan: "Biasa aja sih. Tapi aku kepikiran sesuatu."
Hana mengerutkan keningnya.
Hana: "Apa?"
Ryan: "Gimana kalau ada yang curiga sama kita?"
Hana menggigit bibirnya, memikirkan pertanyaan itu. Sejujurnya, ia juga punya kekhawatiran yang sama. Sejak tadi di sekolah, ia berusaha menjaga jarak agar tidak ada yang sadar bahwa mereka sekarang punya hubungan berbeda.
Hana: "Makanya kita harus hati-hati."
Ryan: "Iya, tapi aku gak suka kalau harus jaga jarak terus. Rasanya aneh."
Hana memahami perasaan itu, tapi ia juga tidak ingin orang-orang mulai bertanya-tanya.
Hana: "Sabar dulu ya, pelan-pelan aja."
Ryan: "Aku sih oke aja. Yang penting kita tetap bisa komunikasi."
Hana tersenyum kecil.
Hana: "Iya, kita tetap komunikasi. Lagian, kalau di rumah kita bisa chat atau telepon."
Ryan mengetik cukup lama sebelum akhirnya mengirim pesan.
Ryan: "Aku masih belum percaya sih... Kamu beneran nerima aku?"
Hana terdiam. Jujur, ia juga belum sepenuhnya terbiasa dengan perasaannya sendiri. Tapi kalau ditanya apakah ia menyesal, jawabannya tidak.
Hana: "Iya. Aku udah milih kamu."
Setelah itu, tidak ada balasan dari Ryan selama beberapa menit. Hana menggenggam ponselnya, bertanya-tanya apakah pesannya terlalu berlebihan.
Tiba-tiba, panggilan masuk dari Ryan muncul di layar. Hana membeku sejenak sebelum akhirnya menggeser tombol hijau.
"Halo?" suara Ryan terdengar lebih lembut dari biasanya.
"Kenapa nelpon?" tanya Hana, sedikit canggung.
Ryan menghela napas pelan sebelum menjawab.
"Gak tau. Aku cuma pengen denger suara kamu."
Hana menahan napasnya, merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
"Kamu ini kenapa sih," katanya sambil tertawa kecil, berusaha menutupi kegugupannya.
Ryan juga ikut tertawa.
"Gak apa-apa. Udah, tidur sana. Besok jangan kesiangan."
Hana menggumamkan jawaban sebelum akhirnya mereka menutup telepon. Ia menatap layar ponselnya yang kini gelap, lalu tersenyum kecil sebelum menarik selimut.
Hubungan ini memang baru dimulai, dan ia masih harus membiasakan diri. Tapi satu hal yang pasti ia memilih Ryan, dan untuk saat ini, itu sudah cukup.
Keesokan harinya, Hana bangun lebih awal dari biasanya. Setelah bersiap, ia melihat ponselnya dan menemukan pesan dari Ryan.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 29
Start from the beginning
