Senin - Sehari Sebelum Keputusan Hana
Hari itu, Hana tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang berubah. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa mulai hari ini, ia dan Ryan sudah menjalin hubungan tanpa ada satu pun orang yang tahu.
Ia tidak memberi tahu Ika, Risa, atau Anissa. Bahkan di sekolah, ia dan Ryan berusaha untuk tetap seperti biasa, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa hubungan mereka telah berubah.
Saat jam istirahat, Ryan tidak menghampiri Hana seperti yang biasa ia lakukan. Begitu pun Hana, ia tetap bersama Ika dan Risa, berpura-pura tidak ada yang terjadi. Namun, sesekali, pandangan mereka bertemu secara diam-diam. Hanya mereka yang tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar teman di antara mereka sekarang.
Sementara itu, Rama menjadi satu-satunya orang yang menyadari ada sesuatu yang aneh. Saat jam kosong setelah istirahat, ia mendekati Ryan di lapangan dan bertanya dengan nada menggoda, "Eh, lo kenapa sih keliatan lebih santai dari biasanya? Jangan-jangan...?"
Ryan hanya tersenyum kecil. "Gak ada apa-apa," jawabnya singkat.
Namun, Rama tidak bodoh. Ia tahu temannya itu pasti sedang menyembunyikan sesuatu.
Selasa - Hari Keputusan Hana
Hari itu, Hana sudah bertekad untuk memberi jawaban resmi pada Ryan. Meskipun mereka diam-diam sudah menjalin hubungan, ia ingin tetap memberikan kepastian dengan kata-kata.
Saat jam pulang sekolah, Hana menghampiri Ryan yang sedang duduk di bangku taman sekolah, menunggunya seperti biasa.
"Ryan," panggil Hana pelan.
Ryan menoleh, ekspresinya tenang tapi sedikit gugup. "Iya?"
Hana menghela napas, lalu duduk di sampingnya. Tangannya mengepal di atas rok seragamnya, berusaha menahan gugup.
"Aku udah mikir-mikir," katanya pelan. "Aku... mau mencoba. Tapi pelan-pelan aja, ya?"
Ryan menatap Hana, lalu tersenyum lebar. Ada kelegaan di matanya, seolah ia baru saja mendengar jawaban yang paling ia harapkan.
"Tentu," jawabnya singkat, tapi penuh arti.
Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka berdua hanya duduk di sana, menikmati momen tenang setelah sebuah keputusan besar diambil.
Setelah menerima Ryan secara diam-diam, Hana mulai merasakan perubahan dalam interaksi mereka. Meski tidak ada yang tahu, ada perasaan berbeda yang membuatnya lebih hati-hati dalam bersikap.
Saat pagi hari di sekolah, Hana memasuki kelas seperti biasa. Pandangannya sekilas bertemu dengan Ryan yang sudah duduk di tempatnya. Dulu, mereka akan bertukar sapaan ringan atau bercanda tanpa beban. Tapi sekarang, Hana merasa ada sesuatu yang menahannya.
Ryan juga tampak ragu. Biasanya, dia akan langsung menegur atau melontarkan komentar santai, tapi kali ini dia hanya memberikan anggukan kecil yang cepat dihindari oleh Hana.
"Kok malah jadi kaku gini, sih?" pikir Hana dalam hati.
Duduk di bangkunya, Hana mencoba berinteraksi seperti biasa dengan teman-temannya. Ia ikut tertawa saat Nayara mulai usil mengganggu Abi, ikut mengomentari cerita Ika, dan sesekali menimpali candaan Risa. Namun, di tengah semua itu, ia sadar bahwa Ryan juga ada di dekatnya, dan itu membuatnya lebih berhati-hati dalam bersikap.
Saat jam pelajaran dimulai, Hana berusaha tetap fokus. Tapi ada momen-momen kecil di mana ia tanpa sadar melirik ke arah Ryan. Ketika Ryan balas menatap, Hana langsung pura-pura membaca buku.
Ryan tersenyum kecil melihat kelakuan Hana, tapi ia juga tidak mau terlalu mencolok. Jadi, ia membiarkan semuanya berjalan seperti biasa, seolah tidak ada yang berubah.
Sepanjang hari, Hana berusaha untuk tidak terlalu sering berinteraksi dengan Ryan di depan teman-teman mereka. Jika dulu mereka bisa berbincang tanpa ragu, kini Hana menjaga jarak agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Saat jam istirahat, Nayara mengajak beberapa teman untuk ke kantin. Hana ikut bersama Ika, Risa, dan Anissa, tapi Ryan memilih tetap di kelas. Biasanya, Ryan juga ikut jika suasana sedang santai, tapi kali ini ia lebih memilih diam.
Ketika Hana kembali ke kelas setelah membeli jajanan, Ryan hanya meliriknya sekilas sebelum kembali fokus ke ponselnya. Hana tahu Ryan pasti ingin bicara, tapi tidak bisa melakukannya dengan bebas.
Nayara yang jeli langsung berseru, "Loh, kok Ryan diem aja? Biasanya kalau Hana baru balik ke kelas, ada aja yang dikomentarin."
Hana langsung terdiam, sementara Ryan hanya tertawa kecil, pura-pura tidak mempermasalahkan. "Lagi malas ngomong aja," jawabnya santai.
Hana lega, tapi juga merasa sedikit aneh. Dulu, jika Ryan memang ingin bicara dengannya, dia tidak akan segan-segan. Sekarang, semuanya terasa berbeda.
Saat di sekolah, Hana dan Ryan seperti menjaga batas agar tidak ada yang curiga. Namun, situasi berubah ketika mereka sudah di rumah masing-masing.
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 28
Start from the beginning
