Seisi kelas langsung heboh. Beberapa bahkan menyoraki Ryan, sementara Nayara berseru, “GAS! GAK BOLEH BOHONG!”
Ryan sempat terdiam. Ekspresi santainya sedikit berubah, tapi ia tetap berusaha terlihat tenang. Pandangannya bertemu dengan Hana sebentar sebelum akhirnya mengalihkan tatapan ke tempat lain.
“Ada,” jawab Ryan akhirnya, singkat tapi cukup untuk membuat suasana makin panas.
Sontak semua langsung berseru kegirangan. Nayara sampai bertepuk tangan keras. “WOY! SIAPA?! KASIH CLUE DONG!”
Ryan hanya terkekeh tanpa menjawab lebih lanjut, membiarkan semua orang semakin penasaran.
Sementara itu, Hana yang awalnya merasa percaya diri, kini justru jadi salah tingkah sendiri. Apalagi saat Ryan kembali menatapnya dengan senyum penuh arti.
Suasana makin panas, tapi permainan belum selesai. Apa Hana bakal nekat menggali lebih dalam, atau justru orang lain yang bakal menyudutkan Ryan lebih jauh?
Hana yang semula penasaran, merasa sedikit terbakar dengan jawaban Ryan yang singkat itu. Semua orang di sekitar mulai menggoda, dan beberapa bahkan menebak-nebak siapa yang dimaksud Ryan. Ada yang menyebut nama ini, ada yang menyebut nama itu, tapi tak ada yang benar-benar tahu.
Tapi tiba-tiba, di tengah riuhnya suasana kelas, Ryan melontarkan kata-kata yang bikin seluruh ruangan jadi hening sejenak.
“Kenapa nggak kamu aja, Hana?” Ryan tiba-tiba menyahut dengan nada santai, namun dengan senyum yang agak misterius.
Hana langsung terdiam, pipinya memerah seketika. Semua mata langsung tertuju padanya, dan ada yang mulai menyeringai. Risa dan Ika juga langsung menatap Hana dengan ekspresi yang penuh rasa ingin tahu, sementara Nayara dan yang lainnya menunggu reaksi Hana.
“Ryan… apaan sih?” Hana berusaha menanggapi dengan suara cemas, mencoba menyembunyikan rasa malu yang mulai merembes.
Tapi Ryan hanya tertawa pelan. "Tanya aja, siapa tahu jawabannya bikin kamu kaget."
Semua orang tertawa, ada yang mulai ngejek, ada yang diam-diam menunggu jawaban dari Hana.
Hana pun terdiam beberapa detik. Pikirannya berputar cepat, tak tahu harus berkata apa. Tapi akhirnya, dengan sedikit rasa gugup dan keberanian, ia membalas.
"Eh, iya sih, siapa tahu ya…," jawab Hana, mencoba tetap santai meski hatinya berdebar kencang.
Tapi Ryan nggak berhenti di situ. “Ya udah, kalau gitu, aku kasih clue deh. Ada orang yang, hmm, sering bikin kamu cemas, tapi malah nggak bisa lepas dari pikirannya.”
Semua kembali terdiam. Hana bisa merasakan tatapan Ryan yang semakin tajam, seolah menyiratkan sesuatu lebih dalam, yang mungkin belum pernah ia sadari.
Nayara, yang dari tadi nungguin momen ini, langsung menyahut dengan mulut lebar. "Ayo, Hana! Jangan diem aja, jawab dong! Kalian makin seru nih, kayaknya ada yang belum selesai."
Hana merasa dunia seakan berhenti berputar. Apakah itu berarti Ryan benar-benar menganggapnya lebih dari sekadar teman? Ia pun bingung, apakah ia harus menjawab dengan jujur atau membiarkannya jadi permainan semata.
Dengan keheningan yang cukup lama, Hana akhirnya membuka mulut dengan suara pelan, “Ah, yaudah… Gak usah dipikirin deh.” Dia tersenyum kecut, tapi hati tetap berdebar tak karuan.
Tapi semua orang tahu, mereka baru saja memulai sesuatu yang jauh lebih besar.
Setelah kejadian di kelas yang makin seru dan penuh ketegangan, bel tanda pulang sekolah akhirnya berbunyi. Semua orang mulai bergegas keluar, namun suasana masih terasa sedikit canggung, terutama bagi Hana dan Ryan. Mereka berdua sempat bertemu pandang sebentar, dan Hana bisa merasakan ada sesuatu yang belum terselesaikan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 27
Mulai dari awal
