Semua siswa mulai sibuk dengan buku dan kalkulator mereka. Meski ada yang masih mengeluh dalam hati, mereka tetap berusaha mengerjakan soal dengan baik.

Oke! Aku lanjutkan dengan Nayara yang mulai usil di tengah pelajaran pertama.

---

Saat suasana kelas mulai tenang, dengan sebagian besar siswa sibuk mencatat atau mengerjakan latihan soal, tiba-tiba Nayara yang duduk di barisan tengah mulai beraksi. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Hana yang serius mencatat, lalu menyenggol Ika yang duduk di sampingnya.

"Ih, Hana, kenapa sih mukanya kayak orang habis kencan?" bisik Nayara dengan suara pelan tapi cukup terdengar oleh beberapa orang di sekitar mereka.
Hana yang sedang menulis langsung berhenti, alisnya berkerut. "Hah? Apaan sih, Nay?"

Ika yang sudah menduga keusilan Nayara hanya terkikik pelan sambil menutupi mulutnya.

"Jangan pura-pura, deh. Aku denger-denger kamu kemarin pulang bareng seseorang," lanjut Nayara dengan nada menggoda. "Eh, atau jangan-jangan kamu dianterin pakai mobil pribadi?"

Hana hampir tersedak udara mendengar itu. Ia melirik Ika yang jelas-jelas menahan tawa, lalu buru-buru membalas, "Enggak ada yang aneh, kok! Cuma dianterin aja. Daripada aku pulang sendirian malem-malem?"

"Tapi seseorang itu bukan orang biasa, kan?" Nayara makin menggoda, matanya berbinar usil. "Wah, bisa-bisa besok-besok ada yang resmi jadian nih."

Beberapa siswa yang mendengar ikut menoleh ke arah mereka dengan tatapan penasaran. Hana bisa merasakan panas di wajahnya. Ia buru-buru menunduk, berpura-pura sibuk menulis agar Nayara tidak semakin menggoda.

"Nayara, kalau mau gosip, jangan di jam pelajaran," suara tegas dari depan kelas tiba-tiba terdengar.

Semuanya langsung menoleh ke arah Rafen yang baru saja berbicara. Ia duduk dengan santai, tapi sorot matanya terlihat tajam, membuat Nayara mengerucutkan bibirnya.

"Aduh, si Rafen ini, padahal baru mau seru-seruan," keluh Nayara pelan, tapi akhirnya memilih diam.

Hana menghela napas lega, sementara Ika hanya tersenyum penuh arti. Walaupun gangguan Nayara sudah berhenti, Hana tahu ini belum selesai. Pasti nanti di jam istirahat mereka akan membahasnya lagi.

Saat bel berbunyi menandakan jam istirahat, siswa-siswi langsung bergerak meninggalkan kelas. Beberapa pergi ke kantin, sementara yang lain tetap di kelas untuk mengobrol. Seperti yang sudah diduga Hana, begitu ia duduk kembali setelah merapikan bukunya, Ika, Risa, dan Nayara langsung mengerubunginya.

"Oke, sekarang gak ada alasan buat ngeles, Han. Jelasin semuanya!" Nayara menuntut dengan wajah penuh semangat.

Hana yang sedang menutup botol minumnya menatap mereka dengan pasrah. "Ya ampun, Nay, itu tuh gak ada yang spesial! Aku cuma dianterin pulang karena rumahku jauh dan gak ada siapa-siapa di rumah. Lagian udah malam, masa aku pulang sendirian?"

"Tapi, Han," Ika menyikut lengannya pelan sambil terkikik. "Ryan itu bukan sekadar orang biasa. Maksudnya, dia yang nawarin buat nganterin kamu, kan?"

Hana terdiam sejenak. Memang benar, Ryan yang menawarkan diri. Tapi itu bukan berarti ada sesuatu yang lebih dari itu, kan?

Risa yang sejak tadi hanya mendengar, akhirnya ikut bersuara. "Jujur, Han, dari dulu Ryan emang perhatian banget sama kamu. Apalagi pas kemarin di mall, dia bener-bener kayak jaga kamu banget. Masa kamu gak sadar?"

Hana membuka mulutnya untuk membantah, tapi tidak ada kata yang keluar. Ia sendiri mulai ragu dengan perasaannya.

Tiba-tiba, Nayara bertepuk tangan. "Yaudah, gampang! Kalau gak ada rasa, berani gak kamu jaga jarak sama dia mulai besok?"

Part Of ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang