Tawa kecil terdengar dari beberapa siswa lain. Rafen hanya melirik Gavin sekilas, lalu kembali fokus bernyanyi.

Suasana bus semakin meriah dengan candaan-candaan kecil. Walaupun sebagian sudah mulai mengantuk karena perjalanan malam, momen ini tetap terasa spesial dan penuh kesan.

Setelah lagu Cinta dan Rahasia berakhir, suasana di dalam bus perlahan menjadi lebih tenang. Beberapa masih tertawa kecil, membahas betapa pasnya lagu itu dinyanyikan oleh Rafen dan Hana.

Namun, bukan berarti semua langsung diam. Beberapa siswa di bagian belakang masih semangat karaokean, memilih lagu-lagu dari NDX A.K.A untuk menggantikan suasana mellow sebelumnya. Suara mereka yang setengah bercanda membuat beberapa orang ikut bernyanyi, sementara yang lain hanya menikmati suasana.

Hana menyandarkan kepalanya ke kursi, merasa sedikit lelah tapi juga senang dengan perjalanan hari ini. Ika yang duduk di sebelahnya juga mulai terlihat mengantuk, meskipun sesekali masih ikut bersenandung kecil.

Sementara itu, di barisan belakang, Gavin masih menggoda Rafen. "Bro, suara lo tadi dalem banget, kayak lagi nyanyiin lagu buat seseorang, ya?" katanya dengan nada menyindir.

Rafen hanya mendengus kecil, memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh. Ia hanya menatap ke luar jendela, membiarkan pikirannya mengembara dalam kesunyian malam.

Perjalanan masih panjang, tapi suasana dalam bus ini terasa begitu akrab seolah semua kisah dan rahasia perlahan mulai terungkap satu per satu.

Di dalam bus yang melaju menembus malam, suasana perlahan mulai mereda. Beberapa siswa sudah tertidur, kelelahan setelah seharian beraktivitas. Kepala mereka bersandar pada jendela atau bahu teman di sebelahnya, terayun lembut mengikuti irama perjalanan.

Namun, tidak semua terlelap. Beberapa masih terjaga, menikmati waktu yang tersisa sebelum tiba di sekolah. Hana, yang duduk di dekat jendela, hanya menyandarkan kepala tanpa benar-benar memejamkan mata. Ika di sebelahnya masih sibuk dengan ponselnya, sesekali tersenyum kecil saat membaca obrolan di grup.

Di kursi seberang, Gavin dan Fathur masih asyik bermain game di ponsel mereka, sesekali saling mengejek ketika salah satu dari mereka kalah. Rizfan tampak fokus menonton permainan mereka, sementara Risa di sampingnya hanya menyender dengan mata yang mulai sayu, seperti menahan kantuk.

Sementara itu, Rafen duduk di kursi belakang bersama Abi dan Zayn. Ia menatap ke luar jendela, tampak diam dalam pikirannya sendiri. Namun, sesekali ia melirik ke arah depan, tepat ke kursi di mana Hana duduk. Tatapannya tidak lama, tapi cukup untuk membuat Abi dan Zayn saling pandang dengan senyum penuh arti.

Abi berdehem pelan, menyenggol lengan Rafen. "Masih kepikiran, bro?" tanyanya setengah berbisik.

Rafen hanya mendesis pelan, enggan menjawab. Zayn tertawa kecil, lalu kembali fokus ke ponselnya. "Udah, jangan denial, Fen. Kalau mau ngomong, ngomong aja," godanya.

Rafen menghela napas, memilih diam dan kembali menatap jendela.

Di bagian depan bus, suara game, gumaman kecil, dan sesekali bisikan masih terdengar di antara mereka yang belum terlelap. Namun, seiring waktu berlalu, satu per satu akhirnya mulai menyerah pada kantuk, membiarkan bus yang melaju tenang membawa mereka kembali pulang.

Perjalanan semakin larut. Udara di dalam bus terasa lebih dingin, membuat beberapa siswa menarik jaket atau menyelipkan tangan ke dalam saku. Suara-suara kecil yang tadi masih terdengar perlahan menghilang seiring semakin banyak yang terlelap.

Gavin dan Fathur akhirnya menyerah setelah beberapa ronde bermain game, menutup ponsel mereka dan merebahkan kepala ke sandaran kursi. Rizfan yang duduk di dekat mereka hanya tersenyum kecil melihat keduanya kelelahan. Risa, yang sejak tadi diam, kini benar-benar tertidur dengan kepala miring ke arah Rizfan. Lelaki itu hanya melirik sebentar sebelum kembali bersandar, membiarkan suasana tetap tenang.

Di kursi depan mereka, Ika mulai menyandarkan kepalanya ke jendela, matanya sudah setengah tertutup. Hana juga tampak semakin mengantuk, sesekali mengusap matanya yang mulai terasa berat.

Sementara itu, di bagian belakang bus, Rafen masih belum tidur. Ia masih melihat keluar jendela, matanya menatap gelapnya jalanan dengan pikiran yang sulit ditebak. Sesekali Abi dan Zayn menguap, lalu akhirnya ikut tertidur, meninggalkan Rafen seorang diri dalam pikirannya.

Bus terus melaju, menembus jalanan kota yang semakin lengang. Lampu-lampu jalan berpendar di kaca jendela, sesekali menciptakan bayangan samar di wajah mereka yang tertidur.

Hingga akhirnya, setelah perjalanan yang cukup panjang, bus mulai melambat saat memasuki area sekolah. Suara decitan rem perlahan membangunkan beberapa siswa yang masih setengah sadar.

"Udah nyampe," suara sopir bus terdengar pelan.

Satu per satu siswa mulai menggeliat, merapikan posisi duduk mereka. Beberapa masih mengusap mata, berusaha menghilangkan kantuk yang tersisa. Hana membuka matanya perlahan, menoleh ke samping melihat Ika yang masih tertidur.

"Gih, bangun," bisiknya sambil menyenggol lengan Ika.

Ika bergumam pelan sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dengan wajah setengah sadar. "Hah? Udah sampe?" tanyanya dengan suara serak.

Beberapa siswa lainnya juga mulai bergegas mengambil barang-barang mereka. Rizfan perlahan membangunkan Risa yang masih bersandar di bahunya, sementara Gavin dan Fathur hanya saling pandang dengan wajah mengantuk.

Di bagian belakang, Rafen akhirnya berdiri, mengambil tasnya tanpa berkata apa-apa. Abi dan Zayn menguap lebar sebelum ikut turun dari bus.

Satu per satu mereka turun, merasakan udara malam yang lebih segar setelah berjam-jam di dalam bus. Beberapa ada yang masih mengobrol pelan, yang lain hanya diam, masih lelah.

Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, mereka akhirnya berjalan keluar dari area sekolah, siap untuk pulang ke rumah masing-masing.

Saat bis tiba di halaman sekolah, para siswa mulai berhamburan keluar dengan langkah yang lelah. Beberapa dari mereka masih sibuk merapikan barang, sementara yang lain sudah bergegas pulang.

Hana mengambil tasnya dan berdiri dari kursi. Ia melihat ke arah teman-temannya yang juga bersiap pulang.

"Na, kamu pulang sama siapa?" tanya Ika sambil menguap kecil, matanya terlihat mengantuk.

Hana tersenyum kecil. "Mamah masih di luar kota, jadi aku pulang bareng Ryan," jawabnya santai.

Beberapa teman mereka menoleh, tapi sebelum ada yang sempat menggoda, Hana sudah melambaikan tangan. "Aku duluan ya, hati-hati di jalan semuanya!"

Setelah berpamitan, Hana langsung berjalan ke arah mobil yang sudah terparkir tidak jauh dari bis. Ryan sudah menunggu di kursi pengemudi, dan begitu melihat Hana datang, ia membuka pintu mobil dari dalam.

"Udah siap?" tanyanya sambil menoleh ke Hana.

Hana mengangguk dan masuk ke dalam mobil, meletakkan tasnya di pangkuan. Ryan lalu menyalakan mesin, memutar balik mobil dengan tenang, dan mulai melaju ke arah rumah Hana.

Dari kejauhan, lampu jalan menerangi perjalanan malam mereka yang terasa sunyi, menyisakan obrolan ringan di dalam mobil yang melaju perlahan.

                          🌷🌷🌷🌷🌷

"Kebersamaan adalah momen berharga yang tak terlupakan. Perhatian kecil dapat memberi rasa nyaman, sementara asumsi yang terburu-buru bisa menyesatkan. Menghargai privasi teman adalah bentuk kepedulian, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain adalah bukti kedewasaan." ~Random

                                ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

               💫HAPPY READING GUYS 💫
      

Part Of ClassDonde viven las historias. Descúbrelo ahora