Zayan: "Fix sih, mereka jalan berdua dari tadi."
Abi menahan tawa, sementara Fathur hanya mengangkat alis. Namun, Gavin yang memang paling sewok di antara mereka langsung mulai memanas-manasi.
Gavin: "Rafen, coba lihat baik-baik deh. Kayaknya ada yang udah kecolongan nih~"
Rafen yang sejak tadi diam hanya menghela napas, menatap pemandangan itu tanpa ekspresi.
Abi: "Gak ada komentar, Fen?"
Rafen tetap diam, tetapi genggamannya di botol minuman sedikit mengencang. Ia menatap punggung Ryan dan Hana yang semakin menjauh, lalu berdiri tanpa mengatakan apa-apa.
Fathur: "Udah lah, biarin aja. Mungkin memang bukan urusan kita?"
Gavin: "Atau justru ini urusan yang harus diperhatikan lebih lanjut?" ucapnya sambil melirik Rafen dengan senyum licik.
Rafen menghela napas lagi, lalu memasukkan tangannya ke saku.
Rafen: "Santai aja."
Tapi meskipun kata-katanya terdengar tenang, ada sesuatu di matanya yang menunjukkan sebaliknya.
Setelah sampai di area parkiran, Ika menahan senyum jahilnya. Ia membuka galeri dan memilih tiga foto yang baru saja ia ambil secara diam-diam.
Foto pertama menunjukkan Hana dan Ryan berjalan berdampingan, terlihat asyik mengobrol tanpa sadar jarak mereka begitu dekat. Foto kedua menangkap momen Hana tertawa sambil menatap Ryan, sementara Ryan menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Dan yang paling epik Ryan meraih kantong belanja dari tangan Hana, seolah ingin membantunya membawakan barang.
Ika langsung membuka WhatsApp, membuat grup baru, dan menambahkan mereka berdelapan. Setelah mengetik nama grup dengan penuh kepuasan, ia mengirim ketiga foto itu tanpa ragu.
Nama grup: Kapal Berlayar ⛵
Begitu foto terkirim, notifikasi langsung bermunculan.
Ika: "Kalian harus lihat ini. No debat, ini bukti nyata."
Risa: "GILAA!! KALIAN LIHAT GAK? FOTONYA BUKAN EDITAN!!"
Rizfan: "Fix, ini kapal udah lepas jangkar! HAHAHA!"
Rama: "Ryan, Hana... kalian sadar gak sih kalau dari tadi aura kalian beda?"
Anissa: "Tiga foto, tiga bukti tak terbantahkan."
Reno: "Jangan lupa dokumentasi lengkap buat episode berikutnya!"
Ryan: "Seriusan, Ika?"
Hana: "IKA!!! APA-APAAN INI?! 😭"
Ryan mengusap wajahnya pelan, membaca pesan-pesan yang semakin ramai di grup. Ia menghela nafas, lalu mengetik balasan singkat.
Ryan: "Kalian pada gabut banget ya?"
Tapi tentu saja, bagi yang lain, ini baru awal dari candaan panjang mereka.
Saat tiba di depan bus, suasana masih dipenuhi dengan tawa dan candaan dari grup baru mereka. Hana menoleh ke arah belanjaannya yang cukup banyak dan berpikir sejenak. Sebelum ia sempat mengambil semua tasnya, Ryan lebih dulu meraih beberapa kantong belanjaan yang paling besar.
Ryan: "Ini aku bawa aja ke mobil, biar gak ribet di bus."
Hana: "Eh, tapi—"
Ryan: "Udah, biar gampang. Lagian mobilku juga kosong."
Hana hanya bisa mengangguk pasrah. Ia tahu berdebat dengan Ryan soal ini tidak akan ada gunanya. Di sisi lain, Ika, Risa, dan Anissa sibuk memasukkan belanjaan mereka ke rak kecil dalam bus. Setelah memastikan barang mereka tersusun rapi, Ika menoleh dan melihat Ryan berjalan ke arah mobilnya dengan membawa barang-barang Hana.
Ika: "Fix, pelayanan premium. Udah bawa barang, udah nemenin seharian, kira-kira apalagi ya, Nis?" bisiknya pada Anissa.
Anissa: "Ciee, bener-bener ya, padahal Hana tadi bilang cuma ‘teman’ biasa."
Sementara itu, Reno dan Rizfan sudah berdiri tak jauh dari mereka, mendengar obrolan jahil itu.
Rizfan: "Eh, sebelum balik, kita foto dulu, dong. Mumpung masih di sini."
Rama: "Setuju, momen langka harus diabadikan."
Semua langsung setuju dengan ide tersebut. Mereka berkumpul di depan bus, mencari posisi yang pas untuk foto. Namun, saat mereka sibuk mengatur formasi, seseorang yang tidak mereka sangka tiba-tiba berjalan mendekat.
Raven: "Sini, biar aku yang fotoin."
Suasana sempat hening sejenak. Beberapa dari mereka saling pandang, terutama Hana, yang tanpa sadar menggigit bibirnya pelan. Namun, tak ada yang menolak. Raven memang tidak banyak terlibat dalam kebersamaan mereka hari ini, tapi tetap saja, ia bagian dari teman sekelas mereka.
Ika: "Oke, mantan fotografer sekolah, tunjukkan skill-mu!"
Raven hanya mendengus kecil dan mengambil ponsel dari tangan Rizfan. Ia mundur beberapa langkah, mengatur sudut pandang, lalu bersiap mengambil gambar.
Raven: "Siap? Satu... dua... tigaa!"
Beberapa pose langsung mereka buat, mulai dari yang rapi sampai yang penuh candaan. Bahkan di foto terakhir, Ika dan Anissa dengan jahilnya menggoda Hana dan Ryan dengan berdiri di belakang mereka sambil membentuk simbol hati dengan tangan.
Setelah sesi foto selesai, mereka tertawa bersama, puas dengan hasilnya. Raven menyerahkan kembali ponsel itu tanpa banyak bicara, lalu berjalan menjauh, kembali ke tempat teman-temannya berada.
Malam itu, perjalanan pulang ke sekolah terasa lebih hangat. Meskipun mereka berasal dari kelas yang berbeda, pengalaman hari ini membuat mereka lebih dekat dari sebelumnya. Bus mulai bergerak, dan mobil Ryan pun mengikuti dari belakang. Malam di kota tampak indah, tapi yang lebih berharga dari semuanya adalah kenangan yang baru saja mereka ciptakan.
Mungkin, perjalanan ini bukan sekadar tentang museum atau mall. Tapi tentang perasaan yang mulai menemukan jalannya sendiri.
🌷🌷🌷🌷
"Sebuah perjalanan yang awalnya hanya sekadar kunjungan ke museum dan belanja di mall, tanpa disadari berubah menjadi momen penuh kehangatan, candaan, dan tanda-tanda bahwa hubungan di antara mereka mulai berkembang ke arah yang lebih dari sekadar teman." ~Reminder
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
💫HAPPY READING GUYS 💫
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 24
Start from the beginning
