Hana sedikit terkejut tapi berusaha tetap santai. “Lumayan. Aku suka kalau ada cerita di balik benda-benda bersejarah.”

Rafen mengangguk. “Sama. Makanya aku ikut tim ini.”

Percakapan itu cukup singkat, tapi Hana merasa ada sedikit kehangatan dalam interaksi mereka.

Mereka terus melanjutkan eksplorasi, mencatat benda-benda yang menarik hingga akhirnya kelompok mereka menyelesaikan tugasnya.

Saat kelompok Hana tengah mengamati salah satu koleksi di museum, tiba-tiba Hana tersandung sedikit ke belakang. Refleks, Rafen langsung menangkap lengannya dan menahannya agar tidak jatuh.

Namun, dari sudut lain, Nayara yang baru saja berbalik melihat kejadian itu langsung bereaksi heboh tanpa filter.

"WOY! KALIAN NIH NGAPAIN?!"

Suara Nayara menggelegar di dalam ruangan museum yang tadinya tenang. Beberapa siswa dari kelompok lain langsung menoleh, bahkan guru sejarah mereka ikut melangkah mendekat dengan dahi berkerut.

Hana yang terkejut setengah mati langsung melepaskan diri dari pegangan Rafen dengan cepat, sementara Rafen cuma menghela napas panjang, seakan sudah menduga bakal ada drama.

"Astaga, Nay! Gak usah teriak juga kali!" Ika menepuk bahu Nayara, berusaha menenangkan.

Zayn yang melihat kejadian itu malah menahan tawa. "Santai, Nay, bukan adegan sinetron kok."

Fadlan ikut menimpali sambil melirik Hana dan Rafen bergantian. "Tapi kalau jadi sinetron, seru juga sih."

Hana yang wajahnya sudah merah padam buru-buru menjawab, "Bukan apa-apa, sumpah! Aku cuma hampir jatuh, terus Rafen nolongin."

Guru sejarah yang baru saja sampai langsung melihat mereka dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa ribut-ribut lagi ini?"

Rafen tetap tenang, "Gak ada apa-apa, Bu. Hana tadi hampir jatuh, saya cuma refleks nolongin."

Sang guru menghela napas, "Lain kali gak usah sampai heboh begitu. Kita lagi di museum, bukan di tengah lapangan upacara."

Siswa-siswa lain masih bisik-bisik sambil senyum-senyum penuh arti, sementara Hana berusaha mengalihkan pandangan ke mana saja selain ke arah Rafen. Rafen sendiri cuma melirik sekilas ke arah Hana, lalu kembali fokus ke koleksi museum seolah tidak terjadi apa-apa.

Saat suasana di kelompok Hana mulai mereda, tiba-tiba dari sisi lain museum terdengar keributan lain kali ini dari kelompok 2.

"WOY, WOY! GUE GAK SALAH LIHAT, KAN?!" suara Abi tiba-tiba terdengar nyaring.

Anisa yang ada di sebelahnya langsung menoleh dengan ekspresi penasaran, "Kenapa sih lu, Bi? Kok teriak?"

Melva juga melirik ke arah yang sama, dan begitu melihat pemandangan di depannya, dia langsung tersenyum penuh arti.

"Hadeh, pantesan...," Melva terkekeh.

Ternyata, Risa dan Rizfan sedang berdiri berdekatan di depan salah satu koleksi museum. Sangat dekat.

"Eh, kalian lagi ngapain?!" Anisa langsung nyodorin wajahnya ke arah Risa dengan tatapan penuh curiga.

Risa yang baru sadar kalau dia dan Rizfan terlalu dekat langsung melangkah mundur dengan wajah panik. "Ngg nggak, serius deh, ini bukan apa-apa!"

Rizfan cuma nyengir santai. "Kita tadi cuma lagi baca deskripsi koleksi ini, sumpah."

Abi memelototi mereka dengan ekspresi dramatis, "DEKET BANGET WOY! MAU BELAJAR APA MAU PACARAN?!"

Risa langsung reflek memukul lengan Abi, "APAAAAN SIH?! NGGAK ADA APA-APA!"

Abi yang dari tadi diam akhirnya ikut nimbrung, "Btw, Rizfan lu kayaknya emang gak keberatan deketan sama Risa, ya?"

Rizfan mengangkat bahu, lalu tersenyum santai. "Kenapa juga harus keberatan?"

Risa langsung menatapnya tajam. "RIZ, JANGAN JAWAB KAYAK GITU, WOY!"

Semua orang langsung ngakak, sementara Risa hanya bisa menutup wajahnya dengan tangan, menahan malu.

Dari kejauhan, Hana dan Ika yang mendengar keributan itu cuma bisa saling pandang.

"Giliran kelompok mereka yang ribut, ya?" Ika terkekeh.
Hana menghela napas sambil tersenyum tipis, "Untung Nayara tadi gak sekencang Dirga suaranya."

"Iya, kalau enggak, kita udah disuruh keluar museum kali," Fadlan menimpali sambil tertawa kecil.

Guru sejarah hanya bisa menggelengkan kepala melihat dua kelompok yang sama-sama heboh. "Anak-anak, tolong ya, kita ini di museum, bukan di pasar malam!"

Semuanya langsung pura-pura fokus lagi pada eksplorasi museum, walaupun bisik-bisik dan cekikikan masih terdengar di sana-sini.

                                🌷🌷🌷

"Kadang, hal yang paling tak terduga justru datang dari momen yang sederhana. Sebuah kebetulan bisa jadi pertanda, atau hanya sekadar angin lalu yang tak perlu dipikirkan terlalu dalam. Namun, perasaan? Ah, perasaan selalu punya cara untuk menyusup tanpa disadari, entah dalam diam atau dalam riuhnya tawa."

                               ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

              💫HAPPY READING GUYS 💫

Part Of ClassDonde viven las historias. Descúbrelo ahora