Aku nggak terlalu menanggapi Nayara dan malah melirik ke Zayn dan Fadlan, dua cowok yang juga satu kelompok denganku. Mereka tampak santai, tidak terlalu peduli dengan susunan kelompok ini.
Pak Aryo memberi aba-aba untuk mulai berjalan. Kami pun mulai masuk lebih dalam ke museum, mengikuti jalur yang sudah ditentukan. Ada banyak artefak dan benda bersejarah yang dipajang, dan masing-masing kelompok mulai berdiskusi satu sama lain.
Aku melirik sekilas ke arah Rafen yang berjalan di belakang bersama Zayn dan Fadlan. Dia terlihat diam saja, tapi aku merasa sesekali dia melirik ke arahku.
Aku menarik napas pelan.
Ini bakal jadi eksplorasi museum yang panjang.
Setelah pembagian selesai, guru sejarah memberikan instruksi. “Kalian akan menjelajahi museum dalam kelompok masing-masing. Ada beberapa benda bersejarah yang perlu kalian catat dan diskusikan. Nanti, setiap kelompok akan diminta untuk mempresentasikan temuan mereka.”
Setelah mendapat tugas masing-masing, kelompok mulai bergerak masuk ke dalam museum, siap untuk menjelajahi berbagai koleksi bersejarah yang ada.
Kelompok Hana terdiri dari Hana, Ika, Rafen, Zayn, Fadlan, dan Nayara. Mereka berjalan bersama melewati lorong pertama yang dipenuhi pajangan benda-benda bersejarah.
“Jadi, tugas kita ini ngapain sih sebenarnya?” tanya Nayara sambil menatap daftar tugas yang diberikan oleh guru sejarah.
Zayn, yang sejak tadi membaca lembar tugas, menjawab, “Kita harus mencatat minimal lima benda bersejarah yang menarik perhatian, terus kita bahas bareng nanti.”
“Ya udah, kita cari yang paling menarik aja,” kata Fadlan, berjalan lebih dulu ke depan.
Hana berjalan di samping Ika, sesekali melirik ke arah Rafen yang berjalan beberapa langkah di depannya. Ia masih merasa sedikit canggung karena berada satu kelompok dengannya.
Mereka sampai di sebuah pajangan besar yang berisi beberapa benda kuno, termasuk keris dan beberapa peralatan perang zaman dulu.
“Ini kelihatan menarik,” kata Rafen sambil menunjuk sebuah keris berukir yang tampak tua namun masih terawat dengan baik.
Ika mengangguk setuju. “Iya, ini keris dari abad ke-18. Ada keterangannya di sini.”
Hana membaca keterangan di bawah pajangan itu. “Dulu ini digunakan oleh para prajurit kerajaan. Katanya, beberapa keris dipercaya memiliki kekuatan mistis.”
“Kalian percaya mistis-mistis gitu?” tanya Nayara dengan nada bercanda.
Fadlan tertawa kecil. “Kalau buat cerita serem sih menarik.”
Rafen, yang sejak tadi diam, tiba-tiba berbicara. “Sebenarnya, di keluarga kakekku ada satu keris peninggalan juga. Katanya sih turun-temurun.”
Hana sedikit terkejut mendengar Rafen berbagi cerita, mengingat biasanya ia tidak banyak bicara.
Zayn menulis sesuatu di buku catatannya. “Oke, kita catat yang ini. Sekarang cari benda lain.”
Mereka melanjutkan eksplorasi ke bagian lain museum, di mana terdapat diorama kehidupan masyarakat zaman dulu.
“Ini kayaknya menarik juga,” kata Hana sambil menunjuk diorama yang menampilkan masyarakat kerajaan sedang berdagang.
Zayn mencatat lagi, sementara Nayara sibuk berfoto dengan latar belakang pajangan.
Saat mereka berpindah ke ruangan lain, Hana sempat merasa langkahnya melambat, menyadari Rafen berjalan di sebelahnya.
“Kamu suka sejarah?” tanya Rafen tiba-tiba.
ESTÁS LEYENDO
Part Of Class
Novela JuvenilSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 21
Comenzar desde el principio
