Hana terkejut. "Hah? Duet?"

Rafen yang sejak tadi diam hanya menaikkan alis, tampak sedikit kaget tapi tidak langsung menolak.

“Ayo dong, coba sekali aja!” seru seseorang dari belakang.

Tanpa mereka sadari, ini bisa jadi awal dari sesuatu yang baru atau malah membangkitkan kembali sesuatu yang lama terpendam.

"Oke," kata Rafen santai. "Aku request lagu, ‘Cinta Terbaik’."

Saat intro lagu "Cinta Terbaik" mulai dimainkan, semua langsung terdiam, menanti duet ini dengan penuh antusias.

Hana mengambil napas dalam, merasa sedikit gugup karena sekarang semua perhatian tertuju padanya dan Rafen.

Saat mereka mulai bernyanyi, suasana bus berubah drastis.

"Ku tersadar... ku tak selalu bisa
Jadi yang terbaik untukmu..."

Rafen menyanyikan bagiannya dengan penuh ketenangan, suaranya terdengar stabil. Hana yang awalnya ragu, akhirnya mulai terbawa suasana dan bernyanyi dengan lebih percaya diri. Saat reff, Rafen menatap Hana lebih lama, membuat Hana semakin gugup.

"Berikan aku kesempatan...
Tuk menjadi yang terbaik untukmu~"

Di kursi depan, Ika diam-diam mengangkat HP-nya, mulai merekam video mereka berdua. Beberapa siswa mulai ikut bernyanyi pelan, ada yang saling berbisik, bahkan ada yang diam-diam tersenyum menggoda. Saat lagu hampir selesai, suasana bus tetap hening, seolah semua terbawa perasaan oleh duet mereka.

Begitu lagu berakhir, bus langsung riuh. Ada yang bertepuk tangan keras, ada yang menggoda Hana dan Rafen. Risa tertawa. "Wah, ini duet kebanggaan bus kita!"

Sementara itu, Hana hanya bisa menunduk malu, sementara Rafen tetap santai, sesekali tersenyum kecil.

Di sisi lain, Ika masih memegang HP-nya, menatap video yang baru direkam. Ia tersenyum kecil, berpikir apakah akan mengunggah video ini ke Story atau menyimpannya untuk sesuatu nanti.

Perjalanan studi tour masih panjang, dan siapa tahu apa yang akan terjadi sepanjang hari ini.

Di dalam mobil yang membawa siswa-siswi lain dalam perjalanan studi tour, suasana lebih santai dibanding di bus utama. Ryan duduk di jok belakang bersama Rama, teman dekat Anisa. Sejak awal perjalanan, mereka hanya ngobrol ringan sampai akhirnya topik mulai beralih ke sesuatu yang lebih pribadi.

"Bro, lo keliatan diem aja dari tadi. Gak ada semangat, kenapa?" tanya Rama sambil memainkan botol minumnya.

Ryan menatap jendela, menghela napas pelan sebelum akhirnya membuka suara. "Gue kepikiran seseorang."

Rama menaikkan alis. "Seseorang? Wah, jangan bilang lo jatuh cinta."

Ryan tersenyum tipis. "Mungkin... lebih ke perasaan yang makin kuat sih. Gue gak tahu ini jatuh cinta atau bukan, tapi sejak pertama kali ketemu dia, gue selalu ngerasa nyaman."

Rama mulai tertarik. "Siapa emang? Gak usah malu, bro. Gue gak bakal bilang siapa-siapa."

Ryan menoleh sebentar ke Rama sebelum kembali menatap keluar jendela. "Hana."

Rama langsung terbelalak. "Hah? Hana? Serius?"

Ryan mengangguk pelan. "Gue udah suka sama dia dari pertama kali ketemu di... ah, lo tau lah tempat itu. Awalnya gue pikir cuma kagum biasa, tapi makin lama gue makin sadar kalau perasaan ini lebih dari sekadar kagum."

Rama mengangguk paham, tangannya diam-diam menyalakan perekam suara di HP-nya. Ia pura-pura santai sambil tetap mendengar curhatan Ryan.

"Gue bisa lihat dia orangnya baik banget, tulus. Dia selalu peduli sama orang lain, meskipun kadang dia sendiri keliatan capek. Gue sering perhatiin dia diem-diem, dan tiap kali gue lihat dia ketawa, gue ngerasa tenang. Tapi..." Ryan berhenti sejenak, menghela napas.

Rama menyipitkan mata. "Tapi apa?"

"Gue takut kalau gue bilang ke dia, dia bakal keberatan. Gue gak mau bikin dia gak nyaman, apalagi kalau ternyata perasaannya gak sama."

Rama mengangguk pelan, tapi dalam hatinya, dia udah punya rencana lain. Tanpa Ryan sadari, suaranya sudah terekam jelas di HP Rama.

Setelah beberapa menit ngobrol, Rama tersenyum jahil sambil mengetik sesuatu di HP-nya. Dia langsung mengirim rekaman suara itu ke Anisa lewat chat.

"Anisa, dengerin ini. Ryan baru aja curhat sesuatu yang menarik, hehe."

Sementara itu, Ryan masih gak sadar kalau rahasianya sudah bocor ke orang lain.

Di dalam mobil, Ryan masih fokus menyetir, sementara Rama duduk di sebelahnya dengan wajah datar, seperti menahan tawa. Ryan mulai curiga dengan sikap temannya yang tiba-tiba diam setelah merekam suara tadi.

"Lo kenapa diem aja, Ma?" Ryan melirik ke samping, tangannya tetap menggenggam setir.

Rama masih menahan senyum, tapi akhirnya menghela napas. "Gak apa-apa, bro. Gue cuma... kagum aja sama lo."

Ryan mengernyit. "Kagum? Maksud lo?"

Rama mengangkat bahu santai. "Lo bisa tahan perasaan lo selama ini, gak gampang. Kalau gue jadi lo, mungkin udah dari dulu gue tembak Hana."

Ryan terkekeh kecil, tapi sorot matanya tetap serius. "Ya, kalau gue yakin dia bakal nerima, mungkin gue juga udah lama bilang, Ma. Tapi Hana... dia orangnya terlalu baik, gue takut malah bikin dia gak nyaman."

Rama menoleh ke arah jendela, menyembunyikan ekspresi isengnya. Diam-diam, ia sudah mengirim rekaman suara Ryan ke Anisa lewat chat.

Sementara itu, di dalam bus, suasana masih ramai dengan obrolan dan canda tawa. Anisa yang duduk di belakang guru pendamping, membuka chat dari Rama dan langsung kaget saat mendengar rekaman suara Ryan.

Mata Anisa membesar, ia spontan menoleh ke samping, memastikan Risa tidak memperhatikan. Risa masih sibuk scroll TikTok, tidak sadar apa yang terjadi.

Anisa: "SERIOUSLY?! Ryan suka sama Hana?! Wah, ini harus dikonfirmasi!"

Ika yang duduk di depan merasa ada yang aneh dari ekspresi Anisa. Ia menoleh ke belakang dan berbisik, "Lo kenapa, Nis? Kok kayak kaget banget?"

Anisa melirik ke kanan-kiri, memastikan tidak ada yang mendengar, lalu membalas pelan, "Gue bakal kasih tau lo nanti pas kita sampai di museum. Ini... sesuatu yang gede banget."

Ika makin penasaran, tapi ia menahan diri. "Oke, gue tunggu."

Sementara itu, Risa masih asyik dengan HP-nya tanpa sadar bahwa ada rahasia besar yang baru saja masuk ke dalam genggaman Anisa.

Bus berhenti perlahan di depan gerbang museum. Suasana di dalam masih ramai ada yang sibuk dengan ponselnya, ada yang mengobrol, sementara beberapa siswa sudah berdiri di lorong bus, siap turun.

Ika melirik Anisa, seolah bertanya "Sekarang atau nanti?" soal rekaman suara Ryan. Anisa menggeleng pelan, memberi isyarat untuk menunda. Sementara itu, Hana sibuk merapikan tasnya, tak menyadari ada sesuatu yang tengah dirahasiakan darinya.

Di luar, Pak Aryo mengingatkan, "Jangan berpencar. Masuk museum dengan tertib." Guru pendamping mulai membagikan tiket.

Ryan turun lebih dulu, matanya sekilas mencari sosok Hana. Rafen turun belakangan dengan langkah santai, kedua tangannya di saku.

Hana menatap bangunan museum di depannya. "Bagus juga," gumamnya. Ika mengangguk sambil mengeluarkan ponsel. "Lumayan buat konten."

Di tengah riuhnya siswa yang mulai masuk, Ika dan Anisa masih menyimpan rahasia mereka.
 

                                🌷🌷🌷

"Di antara sejarah yang tersimpan di museum ini, ada satu rahasia lain yang masih belum terungkap." -Secret

                               ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

         💫HAPPY READING GUYS 💫
      

Part Of ClassWo Geschichten leben. Entdecke jetzt