Sementara itu, di dalam bus, beberapa siswa sudah mulai memilih tempat duduk. Rafen terlihat duduk di dekat jendela di barisan tengah, terlihat diam seperti biasanya. Beberapa temannya duduk di sekitar, tapi suasana di sana tidak terlalu ramai.

Di luar, Ryan diam-diam mengamati Hana yang naik ke dalam bus. Ia tidak berangkat sendirian di kursi penumpang mobilnya, duduk seorang temannya yang sering menemaninya nongkrong, Rama.

"Lu yakin mau nyetir sendiri, Yan?" tanya Rama sambil memainkan ponselnya.

Ryan mengangguk santai. "Santai aja. Gue cuma mau pastiin Hana aman. Lagian, kalau pakai mobil sendiri, kita lebih fleksibel."

Rama mendengus kecil. "Lu perhatian banget sih sama dia."

Ryan hanya tersenyum, tidak menjawab. Ia kembali menatap ke arah bus tempat Hana duduk, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Di sudut lain, Hana, Ika, Risa, dan Anisa berdiri bersama, mengecek ulang barang-barang yang mereka bawa.

"Aku bawa baju ganti dua, takutnya di mall nanti kepanasan," kata Risa sambil menunjukkan isi tasnya.

"Aku juga bawa camilan buat di perjalanan," tambah Anisa.

"Eh, nanti duduknya bareng ya?" Ika memastikan lagi.

"Iyalah, masa kita kepisah?" Hana tertawa kecil.

Di dekat bus, beberapa siswa laki-laki seperti Arga, Rizfan, dan Fadlan sibuk bercanda sambil menunggu giliran naik. Rafen berdiri bersama Abi, memperhatikan suasana tanpa banyak bicara.

Sementara itu, Ryan dan Rama yang membawa mobil sendiri diam-diam menunggu di parkiran. Mereka tidak ikut naik bus, tetapi tetap akan berangkat ke lokasi yang sama.

Setelah semua siswa berkumpul, guru pendamping mulai mengabsen satu per satu.

"Kalau namanya dipanggil, langsung naik bus ya," ujar salah satu guru.

Satu per satu siswa naik ke dalam bus sesuai daftar.

Hana dan Ika memilih duduk di barisan kanan paling depan, dekat dengan sopir. Dari tempat itu, mereka bisa melihat pemandangan jalan dengan jelas.

Di belakang mereka, beberapa teman lain mulai mengisi kursi. Rafen duduk di barisan kiri bersama Abi, tepat di belakang guru pendamping.

Setelah semua masuk, bus akhirnya mulai bergerak meninggalkan sekolah.

mengambil mikrofon dan mulai absen ulang untuk memastikan semua siswa hadir.

"Fadlan?"

"Hadir!"

"Anisa?"

"Hadir!"

Beberapa siswa mulai nyemil dan berbagi makanan dengan teman-teman mereka. Rizqwan, yang duduk di tengah, lebih memilih fokus main game di ponselnya daripada ikut bersuara.

Setelah absen selesai, guru pendamping tersenyum dan mengangkat mikrofon kembali.

"Biar perjalanan nggak sepi, kita nyanyi dulu yuk! Ada yang mau nyumbang suara?"

Beberapa siswa mulai bersorak, sementara yang lain diam atau pura-pura sibuk.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, guru pendamping mengambil mikrofon dan mulai bernyanyi untuk mencairkan suasana. Dua lagu berlalu, dan setelah itu Pak Aryo, wali kelas mereka, mengambil mikrofon.

"Sekarang ada yang mau nyanyi nggak?" tanyanya sambil tersenyum.

Tanpa menunggu jawaban, Pak Aryo langsung menunjuk Hana.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now