Jadi, buat sekarang, dia tetap bersikap seperti biasa.
Tetap jadi teman yang selalu ada, tapi… dalam diam, dia mulai menyimpan perasaan.

Setelah sekian lama hanya memperhatikan dari jauh, akhirnya Rizfan dan Risa mulai lebih sering ngobrol berdua, walaupun awalnya masih sebatas candaan ringan atau sekadar nanya tugas.

Hari itu, CS mereka lagi kumpul di kelas saat jam kosong. Beberapa orang asik main game, yang lain ngobrol santai.

Risa duduk di kursinya sambil nonton video di HP, sementara Rizfan yang duduk di seberangnya pura-pura gak peduli, padahal sesekali dia melirik.

“Lo nonton apa?” Rizfan akhirnya nanya, mencoba mencairkan suasana.

“Drama. Bagus banget ceritanya,” jawab Risa sambil nunjukin layarnya.

Rizfan ngintip sebentar, terus senyum tipis. “Drama gitu seru ya?”

“Ya serulah! Nih liat aja.” Risa langsung ngegeser sedikit HP-nya biar Rizfan bisa nonton juga.

Tanpa sadar, mereka jadi fokus nonton bareng di layar kecil itu. Padahal biasanya Rizfan gak terlalu suka drama, tapi kali ini dia malah duduk diam dan ngikutin alur ceritanya.

Dari sini, mereka mulai lebih sering ngobrol tentang hal-hal kecil yang sebelumnya gak pernah mereka bahas.

Hingga beberapa hari kemudian, pas di kantin, Risa keliatan sibuk nyari sesuatu di tasnya.

“Kenapa?” tanya Rizfan yang kebetulan duduk di seberangnya.

“Gue lupa bawa sendok, padahal gue beli bubur.”

Tanpa banyak omong, Rizfan langsung berdiri dan pergi ke kasir buat ambil sendok plastik. Pas dia balik, dia langsung naro sendok itu di depan Risa tanpa ngomong apa-apa.

Risa kaget, terus ketawa kecil. “Lo kenapa baik banget sih?”

“Biar lo bisa makan,” jawab Rizfan santai, padahal dalam hati dia ngerasa aneh sendiri karena tiba-tiba perhatian banget.

Risa ngeliatin dia sebentar, lalu senyum. “Makasih ya.”

Momen-momen kecil kayak gini yang akhirnya bikin Risa juga mulai sadar… kalau mungkin, dia juga mulai memperhatikan Rizfan lebih dari sekadar teman.

Meskipun sering ngobrol, mereka tetap bersikap biasa aja di depan teman-teman CS mereka.

Tapi, tanpa mereka sadari, ada sesuatu yang berubah.
Risa mulai lebih sering nyari sosok Rizfan di kelas. Kalau dia lagi duduk sendiri, dia bakal otomatis ngajak ngobrol.
Rizfan juga makin peka. Dia tau kapan Risa lagi badmood, kapan Risa butuh bantuan, dan kapan Risa cuma butuh seseorang buat dengerin ceritanya.

Mereka belum saling mengungkapkan perasaan.

Tapi, di antara interaksi-interaksi kecil itu, baik Risa maupun Rizfan sadar… ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan.

Setelah sekian lama saling memperhatikan dan menyimpan perasaan masing-masing, akhirnya ada satu momen yang cukup jelas menunjukkan kalau hubungan mereka lebih dari sekadar teman.

Hari itu, setelah pulang sekolah, hujan tiba-tiba turun deras. Beberapa teman mereka udah duluan pulang, tapi Risa masih di depan gerbang sekolah, nunggu hujan agak reda.

Rizfan yang baru keluar kelas ngeliat Risa masih berdiri di sana. Dia sempat ragu, tapi akhirnya jalan mendekat.

“Lo nunggu siapa?” tanyanya sambil membuka jaketnya sedikit karena udara dingin.

“Gak nunggu siapa-siapa. Cuma nunggu hujan agak reda biar bisa jalan ke halte,” jawab Risa sambil melirik ke langit.

Rizfan diem sebentar, terus tanpa basa-basi dia ngelepas jaketnya dan langsung nutupin kepala Risa pakai jaket itu.

Risa kaget, “Eh, lo ngapain?”
“Pake aja, biar gak basah. Gue anterin ke halte,” kata Rizfan santai, padahal dalam hati dia deg-degan.

Risa terdiam sebentar, terus akhirnya nurut. Mereka jalan bareng ke halte dengan sedikit canggung, tapi gak ada yang berani ngomongin perasaan mereka.

Pas udah sampai di halte, Risa ngelepas jaket Rizfan dan balikin ke dia.

“Thanks ya,” katanya pelan.

Rizfan cuma ngangguk sambil nyoba bertingkah biasa.

Tapi sebelum mereka berpisah, Risa tiba-tiba ngomong, “Eh, besok kalo kita telat bareng, anterin ke halte lagi ya?”
Rizfan sempat bengong, tapi terus ketawa kecil. “Terserah lo aja.”

Mereka berdua saling tatap sebentar, lalu sama-sama senyum.

Mungkin mereka belum jadian.
Mungkin mereka masih akan pura-pura biasa di depan teman-teman mereka.

Tapi satu hal yang pasti setelah hari ini, mereka sama-sama tau bahwa ada sesuatu yang spesial di antara mereka.

Di parkiran, Reno sudah bersiap dengan motornya, sementara Ika masih sibuk merapikan jilbabnya sebelum memakai helm.

"Jangan kelamaan, nanti malah kehujanan lagi," ucap Reno santai sambil menyalakan mesin motornya.

Ika meliriknya sekilas. "Sabar napa, gue baru mau pake helm juga," ujarnya sambil memastikan jilbabnya tetap rapi di balik helmnya.

Reno hanya terkekeh kecil. Setelah Ika siap, mereka pun berangkat bersama.
Di perjalanan, seperti biasa, obrolan mereka mengalir santai. Kadang tentang pelajaran, kadang tentang teman-teman mereka.

Tapi, dalam hati, mereka sama-sama sadar kalau kebersamaan mereka ini mulai terasa lebih dari sekadar teman biasa.

Di gerbang sekolah, Ryan sudah menunggu Hana yang baru keluar dari kelas. Begitu melihatnya, dia langsung menghampiri.

"Lo udah beneran kuat jalan?" tanyanya sambil melirik tangan Hana yang masih diperban.

Hana mengangguk kecil. "Udah mendingan kok, santai aja."

Ryan masih terlihat ragu, tapi akhirnya hanya menghela napas. "Yaudah, pulang bareng gue aja. Gue udah janji buat nganterin lo," katanya sambil berjalan lebih dulu.

Hana tersenyum tipis dan mengikutinya. Sebelum naik ke motornya Ryan, Hana memastikan jilbabnya tetap rapi, lalu mengenakan helm yang diberikan Ryan.

Perjalanan mereka terasa nyaman, tanpa banyak bicara, tapi juga nggak terasa canggung.
Mereka hanya menikmati kebersamaan yang terasa semakin akrab dari hari ke hari.

Sementara itu, Anisa memilih untuk pulang sendiri. Bukan karena nggak ada yang bisa diajak, tapi lebih karena dia memang suka menikmati perjalanan pulangnya sendirian.

Langkahnya santai melewati trotoar yang masih sedikit basah karena sisa hujan. Sesekali, dia mengecek ponselnya, melihat chat dari grup teman-temannya yang masih ribut bercanda seperti biasa.

Anisa tersenyum kecil. Meski dia pulang sendiri hari ini, dia tetap merasa tenang.

Mungkin, suatu hari nanti, akan ada seseorang yang menawarinya untuk pulang bareng juga. Tapi untuk sekarang, dia masih nyaman dengan kesendiriannya.

                           ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

         💫HAPPY READING GUYS 💫
      

Part Of ClassWhere stories live. Discover now