“Iya! Gue udah cek ke sana,” jawab Ika cemas. “Gimana kalau dia benar-benar pergi dari sekolah?”
Reno menggeleng. “Nggak mungkin. Pasti dia ada di suatu tempat.”
Mereka terus mencari, sampai akhirnya salah satu teman sekelas memberi tahu bahwa Ryan terlihat membawa Hana keluar dari tempat tersembunyi di sekolah.
Mendengar itu, Ika langsung berlari ke arah yang ditunjukkan, diikuti Reno di belakangnya.
Dan benar.
Dari kejauhan, mereka melihat Hana berjalan bersama Ryan. Wajah Hana masih terlihat sedih, tapi setidaknya ia sudah lebih tenang.
“Hana!” panggil Ika.
Hana menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ika dan Reno yang berlari mendekatinya.
Tanpa banyak bicara, Ika langsung menarik Hana ke dalam pelukan. “Lo nggak apa-apa, kan?”
Hana terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Gue nggak apa-apa.”
Reno menatap Ryan, lalu mengangguk kecil sebagai bentuk terima kasih.
Ryan hanya tersenyum tipis. “Jaga dia baik-baik, ya.”
Setelah itu, Ryan melangkah pergi, membiarkan Hana bersama teman-temannya.
Pulang Sekolah
Setelah bel pulang berbunyi, Hana masih duduk di bangkunya, merasa lelah secara emosional. Ia belum berniat beranjak, pikirannya masih kacau.
Di tengah kelas yang mulai sepi, Ryan menghampiri Hana. "Han, pulang bareng gue, yuk?" suaranya terdengar lembut, berbeda dari biasanya.
Hana menoleh dengan tatapan ragu. "Hah? Ngapain?"
Ryan memasukkan tangannya ke saku celana. "Gue mau ngajak lo ngobrol. Lo butuh itu."
Hana terdiam sejenak. Ia ingin menolak, tapi entah kenapa, hatinya merasa kalau bicara dengan Ryan mungkin bisa sedikit meringankan bebannya. Akhirnya, ia mengangguk pelan.
Tanpa banyak bicara lagi, mereka keluar dari sekolah dan menuju motor Ryan. Setelah Hana naik ke boncengan, Ryan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, membiarkan suasana tetap tenang tanpa terburu-buru.
Di Tempat yang Tenang
Ryan membawa Hana ke sebuah tempat yang cukup sepi sebuah taman kecil dengan bangku kayu di bawah pohon rindang. Matahari sore membuat suasana terasa lebih hangat, angin sepoi-sepoi berhembus pelan.
Hana duduk di bangku kayu, sementara Ryan bersandar di motornya, menatapnya dengan ekspresi serius. "Sekarang, lo bisa cerita kalau mau."
Hana menunduk, memainkan ujung bajunya. "Gue... ngerasa semuanya berantakan, Ry. Gue marah, kecewa, tapi gue juga nggak ngerti harus ngapain."
Ryan tetap diam, membiarkan Hana melanjutkan.
"Masalah sama Rafen tadi... sebenarnya bukan cuma itu yang bikin gue meledak. Gue juga ada masalah di rumah. Gue ngerasa kayak... kayak nggak ada yang ngerti perasaan gue." Suara Hana bergetar, matanya mulai memanas lagi.
Ryan melangkah mendekat, duduk di samping Hana. "Gue ngerti, Han. Kadang hidup kayak gitu, numpuk semuanya sampai lo ngerasa sesak sendiri."
Hana menghela napas panjang. "Gue tahu Rafen mungkin nggak maksud bikin gue kesal. Tapi gue udah terlalu capek buat ngertiin orang lain terus."
Ryan menatapnya dengan serius. "Terus, lo mau sampai kapan kayak gini? Lo bisa marah, bisa nangis, tapi jangan diem doang. Kalau lo nggak suka sesuatu, omongin. Jangan dipendem sendiri."
Hana menggigit bibirnya, menahan tangis.
Ryan melanjutkan, "Lo nggak sendirian, Han. Kalau lo butuh tempat cerita, gue di sini."
Hana akhirnya menoleh ke Ryan. Tatapannya masih penuh emosi, tapi ada sedikit kelegaan di dalamnya. "Makasih, Ryan."
Ryan mengangguk santai. "Sama-sama. Sekarang, lo udah mendingan?"
Hana menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Sedikit."
Ryan tersenyum tipis. "Bagus. Sekarang, ayo gue anter pulang."
Dengan itu, mereka kembali ke motor. Kali ini, meskipun perasaannya masih campur aduk, Hana merasa sedikit lebih ringan. Deep talk ini mungkin nggak bisa langsung menyelesaikan semuanya, tapi setidaknya, ia tahu kalau masih ada orang yang peduli padanya.
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
💫HAPPY READING GUYS 💫
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 12
Start from the beginning
