Bu Ratna akhirnya berdeham, mencoba menenangkan kelas. "Baik, baik, cukup. Sejarah memang membahas masa lalu, tapi kita fokus ke materi yang benar, bukan masalah pribadi kalian."

Meskipun tawa mulai mereda, suasana kelas tetap penuh dengan senyum-senyum jahil. Namun, tidak bisa dipungkiri, pelajaran sejarah hari itu terasa lebih menyenangkan dari biasanya.

Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 12.20 tepat.

Saat bel istirahat kedua berbunyi, siswa-siswa mulai keluar dari kelas untuk makan atau sekadar berjalan-jalan di sekitar sekolah. Hana, Ika, Risa, dan Anissa masih duduk di tempat mereka, mengobrol santai tentang pelajaran tadi.

Namun, belum lama mereka berbincang, sosok yang sudah mereka duga muncul di pintu kelas Reno.

"Ika," panggilnya pelan, tetapi cukup jelas untuk menarik perhatian beberapa siswa di sekitar.

Hana, Risa, dan Anissa otomatis melirik ke arah Reno, lalu ke Ika. Risa dan Anissa langsung memasang ekspresi jahil.

Ika, yang sedang membuka bungkus snack, menoleh dan mendapati Reno berdiri di sana dengan tatapan serius. "Eh, apa?" tanyanya agak gugup.

Reno mengangkat tangan, menggaruk tengkuknya sebentar. "Ngobrol bentar, yuk."

Anissa langsung berdeham pelan, menahan tawa. Risa menepuk bahu Ika pelan sambil berbisik, "Fix nih, ada yang mau nembak."

Ika hanya melirik tajam ke arah Risa sebelum berdiri dari tempat duduknya. "Oke, sebentar."

Saat mereka berjalan keluar kelas, Hana dan yang lainnya saling pandang.

"Gimana kalau kita intip?" usul Anissa, separuh bercanda.

Hana menggeleng dengan senyum kecil. "Udah, biarin aja. Nanti juga Ika cerita sendiri."

Risa tertawa pelan. "Iya, iya. Tapi aku penasaran sih."

Sementara itu, Ika dan Reno berjalan menuju area koridor yang lebih sepi. Reno tampak lebih serius dari biasanya, tidak ada candaan seperti pagi tadi.

"Ada apa?" tanya Ika, mencoba menghilangkan kecanggungan.

Reno menghela napas sebentar sebelum menjawab, "Aku mau ngomong serius."

Ika menunggu Reno melanjutkan.

Reno akhirnya menatap Ika dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Aku udah bilang tadi pagi kalau aku pengen kita lebih dekat lagi. Tapi sebenarnya... aku nggak cuma mau jadi teman biasa."

Ika mengerjap, kaget dengan pernyataan itu. "Maksud kamu?"

Reno tersenyum kecil, meski ada sedikit ketegangan di wajahnya. "Aku suka sama kamu, Ka."

Jantung Ika berdetak lebih cepat. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Semua ini datang begitu tiba-tiba.

Di kejauhan, tanpa disadari oleh mereka berdua, Rafen yang sedang berjalan melewati koridor sempat melihat mereka. Pandangannya sekilas berhenti pada Ika dan Reno, tetapi ia tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Setelah beberapa detik, ia kembali melangkah, seolah tidak terjadi apa-apa.

Setelah istirahat kedua hampir usai, Hana kembali ke kelas bersama Risa dan Anissa, sementara Ika masih berbicara dengan Reno di koridor. Mereka bertiga duduk di kursinya masing-masing, bersiap untuk pelajaran selanjutnya.

Namun, sebelum bel berbunyi, seseorang mendekati meja Hana dengan langkah santai. Rafen.

Hana, yang sedang membereskan bukunya, mendongak ketika melihat Rafen berdiri di dekatnya. Ia sempat bingung, karena jarang sekali Rafen menghampirinya langsung seperti ini.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now