Sementara itu, Hana dan yang lain memperhatikan interaksi mereka dengan penasaran. Mereka melihat bagaimana ekspresi Ika mulai berubah pipinya sedikit memerah, dan ia mulai memainkan ujung hijabnya, tanda khas kalau dia lagi salting.

"Kok tiba-tiba datang?" tanya Ika dengan sedikit canggung.

"Iseng aja. Udah lama nggak ngobrol sama kamu," jawab cowok itu dengan senyum yang masih sama.

Risa dan Anissa saling bertukar pandang, lalu menahan tawa. Hana juga tersenyum kecil melihat Ika yang jelas-jelas mulai kikuk.

Tapi momen itu tidak berlangsung lama. Karena upacara bendera hampir dimulai.

Setelah upacara bendera selesai, Hana langsung berjalan ke koridor kelas sambil membuka botol minumnya. Panasnya cuaca pagi ini membuat tenggorokannya terasa kering. Ia meneguk air mineral pelan-pelan, menikmati kesegaran yang mengalir di tenggorokannya.

Baru saja ia menurunkan botol dari bibirnya, langkah seseorang mendekat. Rafen.

Situasi mendadak terasa canggung. Hana menelan ludah, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, seseorang lagi tiba-tiba muncul dari arah lain teman lama Ika dari kelas sebelah.

Hana dan Ika saling berpandangan dengan ekspresi terkejut. Ika terkejut melihat Hana berdiri bersama Rafen, sementara Hana juga sama kagetnya melihat Ika yang datang bersama temannya. Seolah ada dua momen mengejutkan yang bertumpuk dalam satu waktu.

Namun, momen itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum Rafen tiba-tiba mengulurkan tangan dan memegang pergelangan tangan Hana.

"Ikut gue," katanya dengan nada yang sulit ditebak.

Hana, yang masih belum sepenuhnya memahami situasi, hanya bisa menurut. Ia membiarkan dirinya dibawa pergi oleh Rafen, meninggalkan Ika dan temannya yang masih menatap dengan kebingungan.

Mereka akhirnya sampai di kantin. Rafen memilih tempat yang agak sepi, menjauh dari keramaian siswa lain.Hana menatap Rafen dengan ragu. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati cowok itu.

Rafen menghela napas, menundukkan kepalanya sesaat sebelum berbicara. "Gue tuh gampang banget emosian," katanya pelan. "Kadang kalau ngobrol sama orang di rumah, kalau mereka ngomong hal yang nggak gue suka, gue langsung marah."

Hana tetap diam, membiarkan Rafen melanjutkan.

"Nggak cuma itu, kalau disuruh bantu-bantu juga, kadang gue kesel sendiri. Ya, gue tahu gue harusnya nurut, tapi… gue nggak suka disuruh-suruh gitu aja." Rafen menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit kantin. "Mungkin karena itu juga, orang tua gue lebih fokus ke adik gue. Mereka lebih perhatian ke dia daripada ke gue."

Hana mengangguk pelan. Ia bisa melihat bagaimana ekspresi Rafen sedikit berubah saat membicarakan keluarganya. Ada rasa kesal dan kecewa yang tersirat di sana.

"Jadi lo ngerasa mereka nggak peduli sama lo?" tanya Hana akhirnya.

Rafen terdiam sejenak sebelum mengangkat bahu. "Nggak tahu. Mereka tetap ngasih apa yang gue butuhin, tapi rasanya beda aja. Kayak… mereka lebih sayang ke adik gue."

Hana mengerti perasaan itu, meskipun ia sendiri belum pernah mengalami hal yang sama. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi ia takut kata-katanya malah terdengar seperti menghakimi atau memberi nasihat yang tidak dibutuhkan. Jadi, ia hanya memilih untuk mendengarkan.

Setelah menceritakan isi hatinya, Rafen akhirnya menghela napas panjang. "Ya udahlah," katanya, seolah mencoba menepis perasaan yang tadi ia ungkapkan.

Hana hanya mengangguk kecil, tidak ingin memaksanya bicara lebih jauh.

Tiba-tiba, Rafen merogoh sakunya dan mengeluarkan dua permen lollipop. Ia menyerahkan salah satunya pada Hana. "Nih, buat lo."

Hana menatap permen itu sebentar sebelum menerimanya. "Kenapa tiba-tiba ngasih permen?"

Rafen membuka pembungkus permen miliknya dan memasukkannya ke dalam mulut. "Biar adil. Gue nggak mau jadi satu-satunya yang makan permen."

Hana terkekeh pelan dan ikut membuka permen lollipop-nya. "Makasih."

Mereka menghabiskan beberapa menit lagi di kantin sebelum akhirnya kembali ke kelas. Hari itu berlalu tanpa gangguan, dan pembelajaran berjalan seperti biasa hingga bel pulang berbunyi.

Setelah pulang sekolah, Hana berjalan kaki menuju rumah. Di sepanjang jalan, ia mampir membeli beberapa jajanan. Sesampainya di rumah, ia langsung beristirahat sebentar di kamarnya sebelum akhirnya mandi. Setelah itu, ia kembali ke kamar, menikmati waktu luangnya setelah seharian beraktivitas.

                               ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

         💫HAPPY READING GUYS 💫
        

Part Of ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang