Di seberang sana, Rafen terdiam beberapa detik sebelum menjawab, “Oh. Sendirian?”
“Iya.”
Lagi-lagi ada jeda. Kali ini sedikit lebih lama. Hingga akhirnya, dengan suara datar, Rafen berkata, “Yaudah.”
Hana merasa ada sesuatu dalam nada suaranya, tapi ia tidak mau berpikir terlalu jauh. “Maaf ya, lain kali mungkin.”
“Hm.”
Tanpa berkata apa-apa lagi, panggilan itu terputus.
Hana menatap ponselnya sebentar, lalu menghela napas. Dia kenapa, sih?
Tapi ia tak mau terlalu memikirkan itu sekarang. Ia segera memasang earphone, memainkan lagu favoritnya, dan beranjak keluar rumah untuk menikmati sore yang ingin ia habiskan sendirian.
Hana menarik napas dalam-dalam begitu udara sore yang sejuk menyentuh wajahnya. Langit mulai menampakkan semburat oranye, menandakan bahwa senja sebentar lagi tiba. Ia memasang earphone, lalu mulai melangkah perlahan sebelum akhirnya meningkatkan kecepatan larinya.
Jalanan kota terasa lebih lengang dibanding siang tadi, hanya beberapa kendaraan melintas dengan kecepatan sedang. Beberapa orang terlihat duduk-duduk di bangku taman, menikmati suasana sore. Ada juga yang bersepeda atau sekadar berjalan santai.
Saat melewati area sekitar taman kota, Hana melihat beberapa anak kecil yang bermain bola dengan riang. Gelak tawa mereka terdengar samar di telinganya, bercampur dengan suara musik dari earphone-nya. Ia tersenyum kecil, merasa sedikit lebih rileks.
Kakinya terus melangkah, melewati trotoar yang dinaungi pepohonan rindang. Angin sore berhembus lembut, sesekali membuat anak rambutnya berantakan. Tapi ia tidak peduli. Ini adalah momen yang ia butuhkan—waktu untuk dirinya sendiri.
Sesekali, ia menurunkan kecepatannya, berjalan sejenak untuk mengatur napas. Hana meneguk sedikit air dari botol yang ia bawa, lalu kembali berlari dengan ritme yang lebih stabil.
Meskipun sendirian, ia merasa cukup nyaman. Tidak ada yang mengganggunya. Tidak ada suara obrolan yang harus ia ikuti. Hanya ada suara musik, langkah kakinya yang berpadu dengan ritme jantungnya, dan suasana kota yang mulai tenggelam dalam cahaya senja.
Malam Hari
Hana baru saja selesai lari sore dan langsung masuk ke rumah dengan napas yang masih sedikit tersengal. Kakinya terasa lelah, dan tubuhnya dipenuhi keringat. Tanpa berpikir panjang, ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah mandi, ia mengenakan piyama dan mengeringkan rambutnya dengan handuk. Rasa kantuk mulai menyerangnya, tapi ia masih sempat mengambil ponselnya yang tergeletak di meja. Belum sempat membuka layar, matanya terasa semakin berat.
Hana merebahkan diri di tempat tidur, berniat hanya beristirahat sebentar. Namun, tanpa sadar, matanya benar-benar tertutup dan tubuhnya tenggelam dalam kelelahan. Ia tertidur begitu saja, melewatkan waktu salat Magrib dan Isya.
💫💫💫
Di Rumah Ika
Sementara itu, di rumah Ika, suasana jauh lebih sibuk. Ia tengah duduk di lantai kamar dengan laptop terbuka di depannya. Di sebelahnya, ponselnya terus bergetar, menampilkan percakapan di grup baru yang baru saja ia buat bersama Anisa dan Risa.
Grup itu diberi nama “Misi Spesial Hana”, dan isinya hanya mereka bertiga.
Ika: Besok harus lancar ya, jangan sampai Hana curiga!
Anisa: Tenang, aku udah siapin beberapa ide biar dia nggak curiga. Tapi, kita rayainnya di mana?
Risa: Di pantai, kan? Sesuai rencana awal?
Ika: Iya, kita bilang aja healing biasa. Terus nanti kita kasih kejutan di sana!
Anisa: Setuju! Tapi kita harus pastiin Hana datang. Aku takut dia tiba-tiba nolak lagi kayak kemarin.
Ika: Jangan khawatir, dia udah konfirmasi bakal ikut. Sekarang tinggal gimana caranya biar dia nggak curiga ada sesuatu yang kita rencanakan buat dia.
Risa: Oke, aku bakal bertindak natural besok. Pura-pura nggak tahu apa-apa.
Ika tersenyum puas melihat percakapan mereka. Ia menutup laptopnya dan meregangkan tubuh. “Besok pasti seru,” gumamnya pelan.
Di sisi lain, Hana masih tertidur pulas di kamarnya, tak menyadari bahwa sebuah kejutan sedang dipersiapkan untuknya.
Ika: Eh, gimana kalau kita ajak Ryan juga? Dia kan cukup dekat sama Hana. Kayaknya bakal seru kalau dia ikut.
Anisa: Hmm… boleh sih, tapi aku kepikiran sesuatu. Gimana kalau tiba-tiba malah si Rafen yang muncul?
Risa: Nah, itu dia! Rafen tuh kadang suka muncul tiba-tiba. Apalagi kalau ada Ryan di sekitar Hana. Aku agak was-was juga sih.
Ika: Iya, aku juga kepikiran itu. Takutnya kalau mereka berdua ada di satu tempat, suasananya malah jadi aneh.
Anisa: Menurutku kita tetap ajak Ryan aja, tapi nggak usah terlalu kasih tahu banyak soal rencana kejutan ini. Biar kalau-kalau ada masalah, kita masih bisa atur strategi lain.
Risa: Setuju. Kita ajak Ryan, tapi jangan terlalu mencolok. Kalau Rafen tiba-tiba datang… ya udah, kita lihat aja nanti gimana.
Ika menghela napas, masih ragu, tapi akhirnya mengetik pesan singkat di ponselnya.
Ika: Oke, aku bakal coba ajak Ryan. Semoga aja nggak ada drama besok.
Ika membuka WhatsApp dan langsung mengetik pesan singkat kepada Ryan:
Ika: "Besok siang. Jangan lupa. Jangan bilang Hana."
Hanya itu. Singkat, padat, dan jelas.
Ryan, yang menerima pesan itu, langsung paham maksudnya. Ia tidak membalas dengan kata-kata, hanya memberikan emoji jempol sebagai tanda mengerti.
Setelah membaca pesan dari Ika, Ryan segera mempersiapkan kado keduanya untuk Hana. Kali ini, ia memilih one set cardigan lengkap dengan hijab pashmina—warna yang lembut dan cocok untuk Hana. Ia ingin memberikan sesuatu yang berkesan, sesuatu yang bisa digunakan Hana dalam kesehariannya.
Namun, bukan hanya itu. Ryan juga menyelipkan sebuah surat kecil di dalam kado. Surat itu berisi pesan yang ia tulis langsung dengan tangannya. Ia tidak tahu apakah Hana akan langsung menemukannya atau tidak, tetapi ia berharap Hana akan membaca pesan itu suatu hari nanti.
Setelah memastikan semuanya sudah siap, Ryan menatap kadonya sambil tersenyum kecil.
"Besok, semoga dia suka."
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
💫HAPPY READING GUYS 💫
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Class
Fiksi RemajaSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 8
Mulai dari awal
