Hana tersentak dari lamunannya. Ia segera menggeleng dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Eh, nggak kok! Aku nggak apa-apa."
Ika menyipitkan matanya curiga. "Beneran?"
Risa mencondongkan tubuhnya ke depan. "Jangan-jangan kamu lagi mikirin sesuatu?"
Hana tertawa kecil, berusaha terlihat biasa saja. "Nggak kok, sumpah. Aku cuma lagi... bingung aja."
Anisa masih menatapnya dengan sedikit khawatir. "Kalau ada yang gangguin pikiranmu, cerita aja, Han. Jangan dipendem sendiri."
Hana tersenyum tipis. "Iya, aku tahu. Tapi ini nggak ada apa-apa, kok."
Meskipun masih curiga, mereka akhirnya mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Namun, Hana sendiri masih merasa sedikit gelisah. Ajakan teman-temannya ke pantai dan pesan dari Ryan...
Kenapa rasanya hari ulang tahunnya kali ini terasa lebih rumit dari biasanya?
Setelah menghabiskan beberapa jam memikirkan ajakan teman-temannya, Hana akhirnya mengambil keputusan. Saat bel pulang hampir berbunyi, ia menoleh ke arah Ika, Risa, dan Anisa yang masih berkumpul di dekatnya.
Hana: "Aku ikut ke pantai."
Ika yang sedang merapikan tasnya langsung menoleh dengan wajah berbinar. "Serius?"
Risa tersenyum lebar. "Akhirnya! Kirain kamu bakal nolak."
Anisa: "Yeay, bakal seru banget nih!"
Hana hanya tersenyum kecil. Dia tidak ingin mengecewakan teman-temannya, lagipula, mungkin ini adalah cara terbaik untuk menikmati waktunya.
Namun, tanpa ia sadari, ucapan itu terdengar oleh seseorang yang kebetulan baru saja berjalan melewati mereka.
Rafen.
Langkahnya sedikit melambat saat mendengar Hana berkata bahwa ia akan pergi ke pantai. Namun, ia tidak berhenti, hanya berjalan melewati mereka dengan ekspresi datarnya seperti biasa.
Hana yang tidak menyadari keberadaannya tetap fokus pada teman-temannya. Sementara itu, Rafen melangkah keluar kelas, pikirannya sedikit terganggu.
Jadi, Hana pergi ke pantai? Dengan mereka?
Tanpa alasan yang jelas, ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa mengganjal.
✨✨✨
Di rumah Hana, sore hari
Setelah sampai di rumah, Hana segera masuk dan meletakkan tasnya di kursi dekat ruang tamu. Suasana rumah terasa cukup tenang, hanya terdengar suara televisi yang menyala di ruang keluarga.
Saat ia berjalan menuju kamarnya, suara ibunya terdengar dari dapur. "Hana, kamu udah pulang?"
Hana: "Iya, Ma."
Ibunya keluar dari dapur dengan celemek masih terikat di pinggangnya. "Kamu kelihatan capek. Udah makan belum?"
Hana tersenyum tipis sambil menggeleng. "Belum, nanti aja, deh. Aku mau istirahat sebentar."
Ibunya mengangguk. "Oke, tapi jangan sampai lupa makan, ya."
Hana masuk ke kamarnya dan langsung menjatuhkan diri ke tempat tidur. Tubuhnya terasa lelah setelah seharian di sekolah, ditambah lagi pikirannya yang cukup penuh sejak tadi.
Dia membuka ponselnya dan melihat notifikasi yang belum sempat dibaca. Salah satunya dari Ryan.
Ryan: "Hana, jadi besok ada waktu? Aku mau kasih sesuatu."
Hana menghela napas pelan. Ia belum membalas pesan itu sejak tadi.
Sebelum mengetik balasan, notifikasi lain muncul dari grup chat teman-temannya.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 7
Start from the beginning
