Ia tidak tahu apakah Ryan melihatnya atau tidak, tapi kejadian kemarin sore tiba-tiba terlintas di pikirannya. Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, bel masuk berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai.

Saat Hana baru saja membuka bukunya, tiba-tiba sebuah bayangan muncul di hadapannya.

Rafen berdiri di depan mejanya, menatapnya dengan ekspresi datar seperti biasa. Hana, yang tidak menyangka kedatangannya, langsung terkejut dan refleks menutup bukunya.

“Eh? Rafen?” Hana mengerjap, bingung.

Ika, yang duduk di sebelahnya, juga ikut menoleh, tapi memilih diam dan mengamati situasi.

Rafen tidak langsung berbicara. Ia hanya menatap Hana sebentar sebelum akhirnya membuka mulut. “Kamu ikut ekskul musik?” tanyanya, suaranya terdengar santai tapi ada nada penasaran di dalamnya.

Hana semakin bingung dengan pertanyaan itu. “Nggak Kenapa?”

“Ryan.”

Satu kata itu cukup untuk membuat Hana tersadar. Jadi, dia tahu aku ketemu Ryan kemarin?

Rafen lalu menyandarkan satu tangannya di meja Hana, ekspresinya masih sulit ditebak. “Dia kemarin bilang ketemu kamu di tempat latihan vokal.”

Hana terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. “Iya Aku emang latihan vokal kemarin, terus nggak sengaja ketemu Ryan di sana.”

Rafen sedikit mengangkat alisnya. “Jadi kamu suka nyanyi?”

Hana menatapnya ragu-ragu. Ia tidak menyangka Rafen akan menanyakan hal itu. “Iya, aku suka.”

Rafen mengangguk pelan, lalu tatapannya sedikit berubah, seolah ia sedang mempertimbangkan sesuatu. “Aku nggak nyangka,” gumamnya.

“Hah?”

Rafen menggeleng. “Nggak, cuma penasaran aja.”

Hana masih belum sepenuhnya paham dengan sikapnya. “Kenapa penasaran?”

Alih-alih menjawab, Rafen justru mendudukkan dirinya di kursi kosong di depan Hana, bersikap seolah mereka sering mengobrol sebelumnya. “Nggak nyangka kamu bisa akrab sama Ryan,” ucapnya datar.

Hana tidak tahu harus merespons bagaimana. “Ryan orangnya asyik diajak ngobrol, jadi ya, kami temenan aja.”

Rafen menatap Hana dengan mata sedikit menyipit, lalu tiba-tiba menarik sudut bibirnya tipis nyaris seperti senyum. “Oh gitu.”

Hana semakin bingung dengan ekspresinya. Dia kenapa, sih?

Sebelum Hana sempat bertanya lagi, guru tiba-tiba masuk ke kelas. Rafen langsung berdiri, kembali ke tempat duduknya tanpa mengatakan apa-apa lagi, meninggalkan Hana yang masih bertanya-tanya tentang maksud kedatangannya barusan.

Begitu bel istirahat berbunyi, Hana baru saja hendak membuka bekalnya ketika sosok yang sama kembali muncul di hadapannya.

“Keluar sebentar.”

Hana mendongak, dan matanya langsung bertemu dengan tatapan Rafen.

“Hah?” Ia hampir tersedak air minumnya sendiri.

Rafen tidak menjelaskan lebih lanjut, hanya menatapnya seperti menunggu jawaban. Ika, yang duduk di samping Hana, ikut melihat ke arah mereka dengan ekspresi penasaran.

“Kenapa?” tanya Hana, masih bingung.

“Ngobrol bentar.”

Hana melirik ke arah Ika dan teman-temannya, seolah meminta arahan, tapi mereka hanya memberi tatapan penuh tanda tanya. Tidak punya alasan untuk menolak, Hana akhirnya mengangguk pelan dan bangkit dari kursinya.

Part Of ClassWhere stories live. Discover now