Begitu sampai di rumah, Hana langsung menuju kamarnya, meletakkan tas, lalu mengambil ponselnya yang baterainya sudah hampir habis. Ia segera menyambungkannya ke charger di meja dekat tempat tidur. Tanpa berpikir banyak, ia meninggalkan ponselnya begitu saja dan keluar kamar untuk membantu ibunya.

Di dapur, ibunya sedang sibuk memasak makan malam. Hana langsung mengambil inisiatif membantu, mulai dari memotong sayur hingga menyiapkan meja makan. Setelah itu, ia juga membantu menjaga Rania dan Raina yang sedang asyik bermain di ruang tengah.

“Rania, Raina, jangan lari-lari terus. Capek, kan?” tegur Hana sambil tersenyum, tapi kedua adiknya malah tertawa dan makin semangat berlarian.

Mamah, yang melihat Hana sibuk mengurus anak kembar itu, hanya tersenyum. “Kamu nggak capek habis dari luar?”

Hana menggeleng. “Nggak terlalu. Lagian, besok kan udah mulai belajar full, jadi sekalian habisin waktu sebelum nggak bisa santai lagi.”

Mamah tertawa kecil. “Ya udah, setelah ini langsung istirahat aja.”

Hana menghabiskan waktunya dengan keluarga tanpa menyadari bahwa ponselnya terus bergetar dengan beberapa notifikasi yang masuk. Karena berada di kamar, suara notifikasi itu sama sekali tidak terdengar olehnya.

Waktu berjalan cepat. Setelah makan malam dan memastikan adik-adiknya tidur, Hana akhirnya kembali ke kamarnya sekitar pukul 20.00 .

Ia meregangkan tubuhnya sebentar, lalu menjatuhkan diri ke kasur dengan rasa lega. Hari ini cukup panjang, tapi setidaknya ia merasa puas. Baru setelah itu, ia teringat ponselnya yang masih terhubung ke charger.

Ketika ia mengambilnya dan menyalakan layar, beberapa notifikasi langsung muncul di layarnya. Ada pesan masuk dari beberapa grup dan juga notifikasi Instagram.

Salah satunya dari Ryan.

Saat mengambil ponselnya, Hana melihat layar penuh dengan notifikasi. Grup kelas, grup kecilnya bersama Ika, Risa, dan Anissa, serta beberapa pesan dari teman-temannya. Ia menggeser layar dan menemukan notifikasi dari Instagram ada permintaan pertemanan yang belum ia konfirmasi.

Barulah ia teringat, sejak pulang dari tempat latihan vokal tadi, ia belum sempat membuka Instagram sama sekali.

Ryan ternyata sudah mengirim permintaan pertemanan sejak beberapa jam lalu, tetapi karena sibuk membantu ibunya dan menjaga adik-adiknya, Hana belum sempat menerimanya.

Ia baru saja akan mengonfirmasi saat matanya menangkap salah satu pesan masuk di DM.

Dari Ryan.

Hana mengernyit. Padahal aku belum konfirmasi, kok dia bisa DM?
Dengan sedikit rasa penasaran, ia membuka pesannya.

Saat Hana membuka DM dari Ryan, ia melihat pesan pertama yang dikirim sekitar dua jam lalu.

Ryan:
"Hana, kamu udah sampai rumah, kan?"

Hana sedikit terkejut. Ia memang belum membalas atau memberi tahu Ryan bahwa ia sudah pulang.

Pesan berikutnya dikirim beberapa menit setelah yang pertama:

Ryan:
"Tadi aku kepikiran satu hal. Kamu pernah coba nyanyi sambil diiringi gitar langsung? Bukan rekaman, tapi live gitu?"

Hana membaca pesan itu dengan alis terangkat. Ia memang suka bernyanyi, tapi selama ini hanya sebatas latihan biasa.

Pesan terakhir yang baru dikirim beberapa menit lalu berbunyi:

Ryan:
"Oh iya, kalau kamu sibuk, nggak apa-apa dibalas nanti aja. Aku cuma kepikiran aja tadi. Btw, makasih udah nemenin makan juga. Sering-sering aja kalau lagi butuh tempat buat nyantai."

Hana menatap pesan-pesan itu dengan perasaan campur aduk. Ia tak menyangka Ryan akan secepat ini menghubunginya. Setelah berpikir sebentar, ia akhirnya mengonfirmasi permintaan pertemanan Ryan sebelum mulai mengetik balasan.

Hana menatap pesan dari Ryan sejenak sebelum akhirnya mengonfirmasi permintaan pertemanannya di Instagram. Setelah itu, ia mulai mengetik balasan.

Hana:
"Iya, aku udah sampai rumah dari tadi, tapi baru sempat buka HP sekarang. Maaf ya, tadi nggak langsung konfirmasi IG-nya, aku sibuk bantuin di rumah."

Tak lama setelah pesannya terkirim, tanda "sedang mengetik..." muncul di layar. Ryan membalas dengan cepat.

Ryan:
"Santai aja, aku juga tadi cuma iseng nanya, kok. Hehe."

Hana tersenyum kecil sebelum melanjutkan membaca pesan sebelumnya.

Hana:
"Aku belum pernah nyoba nyanyi live diiringi gitar langsung. Selama ini paling latihan sendiri atau pakai instrumental dari HP. Emang kenapa?"

Ryan butuh waktu lebih lama untuk membalas kali ini. Seolah ia sedang mempertimbangkan jawabannya.

Ryan:
"Nggak apa-apa, cuma kepikiran aja. Kayaknya suara kamu bakal lebih bagus kalau ada iringan gitar yang langsung ngikutin feel nyanyinya. Mungkin kapan-kapan bisa coba?"

Hana berpikir sejenak. Tawaran itu terdengar menarik, dan Ryan memang jago main gitar.

Hana:
"Boleh juga, sih. Kalau ada waktu luang, aku nggak keberatan nyoba."

Di sisi lain, Ryan menatap layar ponselnya dengan senyum kecil. Ia sebenarnya hanya ingin punya lebih banyak waktu bersama Hana, tapi ia juga tahu kalau perasaannya mulai berubah.

Sementara itu, Hana hanya merasa bahwa Ryan adalah salah satu teman terbaik yang bisa membuatnya nyaman. Tanpa menyadari bahwa mungkin, bagi Ryan, hubungan ini mulai terasa berbeda.
                        
                              ✨✨✨

Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
             

         💫HAPPY READING GUYS 💫
        

Part Of ClassDonde viven las historias. Descúbrelo ahora