Beberapa teman mereka juga tampak terkejut. Bukankah kemarin Gavin memutuskan keluar dari tim karena masalah dengan Rafen? Tapi sekarang mereka malah datang bareng, seperti tidak pernah ada konflik di antara mereka.
Ika, yang duduk di samping Hana, langsung berbisik pelan. "Tuh, liat! Kok bisa mereka tiba-tiba akur lagi?"
Hana menatap keduanya sekilas. Rafen berjalan ke arah bangkunya dengan ekspresi santai, sementara Gavin tampak sama sekali tidak canggung. Mereka bahkan sempat ngobrol sebentar sebelum akhirnya duduk di tempat masing-masing.
"Aneh," gumam Hana.
"Misterius banget, kan?" Ika ikut menimpali. "Kemarin masih tegang, sekarang kayak gak ada apa-apa. Pasti ada sesuatu yang terjadi, tapi gak ada yang tahu."
Hana diam, mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Namun, melihat bagaimana Rafen dan Gavin tampak biasa saja, ia pun memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Yang jelas, hari ini akan menjadi hari yang menarik.
Rafen duduk santai di bangkunya, sementara Gavin meletakkan tasnya di meja sebelum menoleh ke arah Rafen.
Gavin: "Lo sempet main tadi malem?"
Rafen: "Sempet, tapi cuma bentar. Gue capek banget, jadi cuma main beberapa match doang."
Gavin: "Halah, alasan. Padahal lo takut kalah, kan?" (menyeringai)
Rafen: (mendengus) "Ngaco. Lagian, lo masih lanjut sampe jam berapa?"
Gavin: "Jam satu lebih dikit. Si Zafran tuh ngajakin rematch terus, gak terima kalah."
Rafen: (tertawa kecil) "Udah ketebak sih. Kalo udah kalah, dia pasti maksa main terus."
Gavin: "Parah banget. Gue udah ngantuk, tapi masih aja ditarik buat tanding lagi."
Rafen: "Makanya gue cabut duluan. Udah tahu ujung-ujungnya bakal gitu."
Mereka berdua tertawa kecil, seolah tak ada ketegangan di antara mereka seperti kemarin. Beberapa teman yang sempat mendengar hanya bisa melirik heran, bingung bagaimana mereka bisa tiba-tiba akur lagi.
Tak lama kemudian, bel berbunyi, menandakan waktu untuk bersiap menuju tempat latihan.
Setelah obrolan tentang game tadi malam selesai, Gavin menepuk bahu Rafen pelan.
Gavin: "Udah, ayo latihan dulu. Sebentar lagi mulai."
Rafen: (mendengus) "Iya, iya. Valeska udah nunggu di lapangan?"
Gavin: "Kayaknya sih udah. Ntar kalau kita lama, dia ngomel lagi."
Rafen hanya mengangkat bahu, lalu bangkit dari kursinya. Mereka berdua kemudian berjalan keluar kelas menuju lapangan tempat latihan paskibra.
Sementara itu, di dalam kelas, suasana tetap seperti hari-hari biasa. Beberapa siswa asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, ada yang bercanda dengan pacar mereka, dan sebagian lainnya sibuk bermain game atau scrolling di handphone.
Di salah satu bangku dekat jendela, Risa dan Anissa sedang membahas drama terbaru.
Risa: (menyandarkan kepala ke meja) "Sumpah, lo harus nonton drama yang gue bilang kemarin! Seru banget!"
Anissa: (tertawa kecil) "Kayaknya tiap minggu lo ngomong gini. Gue gak sanggup ngikutin terus, deh."
Risa: (mengerucutkan bibir) "Tapi ini beneran bagus! Gue sampe nangis di episode kemarin."
Anissa: (menggeleng sambil tersenyum) "Kalah lo sama Hana yang demen novel."
Di bangku lain, beberapa siswa laki-laki malah membahas rencana akhir pekan mereka.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 4
Start from the beginning
