Setelah beberapa detik menatap langit-langit, Hana akhirnya meraih handphone di samping bantal.
“Ngecek sebentar aja, terus tidur,” batinnya.
Saat membuka layar, notifikasi dari grup kecilnya langsung terlihat. Ia membukanya tanpa banyak berpikir.
Ika: Tadi seru juga ya acara di sekolah, tapi panas banget!
Risa: Iya, aku sampai keringetan parah. Tapi tadi Rafen keren pas main gitar, kan?
Hana terdiam sejenak, membaca ulang pesan Risa.
Anissa: Lumayan lah, nggak malu-maluin.
Ika: Btw, Hana mana? Kok diem aja?
Hana tersentak sedikit. Ia memang jarang aktif di grup, tapi tetap saja merasa harus membalas sesuatu.
Hana: Baru pulang, capek banget. Aku mau tidur duluan, ya.
Tak lama, beberapa balasan masuk.
Ika: Oke, istirahat ya!
Risa: Jangan lupa mimpiin Rafen~
Hana mendengus kecil lalu meletakkan handphone-nya ke samping. Ia menarik selimut dan memejamkan mata.
“Besok aja mikirin semuanya,” pikirnya, sebelum akhirnya tertidur.
Setelah tertidur sekitar 40 menit, Hana terbangun dengan tubuh yang masih terasa sedikit berat. Ia menggeliat pelan sebelum menoleh ke arah jam dinding di kamarnya.
14.30
Mata Hana membulat seketika.
"Astaga, aku belum sholat Zuhur!"
Dengan panik, ia langsung bangkit dari tempat tidur. Tanpa membuang waktu, ia segera menuju kamar mandi untuk mengambil wudu, berharap masih sempat menunaikan sholat sebelum waktu Ashar tiba.
Setelah berwudu, ia mengenakan mukena dengan cepat, lalu berdiri di atas sajadah. Tarikan napasnya masih sedikit terburu-buru saat ia mulai mengangkat takbir, berusaha menenangkan diri dan fokus dalam sholatnya.
Selesai sholat, Hana menangkupkan tangan di depan wajah, berdoa sebentar sebelum akhirnya menghela napas lega.
"Hampir aja kelewat," gumamnya pelan.
Ia duduk sejenak di atas sajadah, mengusap wajahnya yang masih terasa sedikit mengantuk. Namun, sebelum ia sempat kembali berbaring, suara langkah kaki kecil terdengar mendekat, diikuti ketukan pelan di pintu kamarnya.
Rania: "Kak Hana, udah bangun?"
Raina: "Katanya mau main sama kita!"
Hana menoleh ke arah pintu dan menghela napas kecil. Udara kamar yang masih sejuk karena AC membuatnya malas beranjak. Namun, ia tahu adik-adiknya pasti akan terus menunggu kalau ia tidak segera keluar.
Dengan sedikit enggan, ia akhirnya bangkit dan membuka pintu, mendapati dua adiknya yang langsung menyambutnya dengan penuh semangat.
Hana: "Main bentar aja, ya."
Rania dan Raina langsung tersenyum lebar. Mereka menarik tangan Hana menuju ruang tengah, di mana beberapa mainan sudah berserakan. Hana ikut bermain sebentar, menemani mereka menyusun balok dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kecil yang diajukan adik-adiknya.
Setelah beberapa menit berlalu, ia akhirnya bangkit.
Hana: "Udah ya, Kakak mau ke kamar lagi. Nanti kita main lagi kalau Kakak udah segar."
Rania dan Raina hanya mengangguk, masih sibuk dengan mainan mereka. Hana tersenyum kecil sebelum kembali ke kamarnya.
Begitu masuk kamar, ia langsung merebahkan diri di kasur dan meraih ponselnya. Saat membuka layar, beberapa notifikasi langsung muncul. Ia tidak langsung membalas, hanya sekadar scrolling beberapa chat yang masuk.
YOU ARE READING
Part Of Class
Teen FictionSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 3
Start from the beginning
