Suasana kelas mulai ramai. Beberapa teman membicarakan calon favorit mereka, ada juga yang dengan santai mencoret-coret kertas suara sebelum dimasukkan ke dalam kotak. Aku hanya diam, menggenggam kertas suara di tanganku, sambil melirik 2 nomor urut di papan tulis.
Dalam hati aku bertanya-tanya, Apa alasan dia mencalonkan diri? Apakah dia benar-benar ingin memimpin, atau ada hal lain yang mendorongnya?
Di sebelahku, teman sebangkuku yang selalu tenang mulai menulis angkanya sendiri di kertas suara. Aku melirik sekilas, dan dia tersenyum kecil, lalu berbisik, “Kamu pilih siapa?”
Aku sedikit panik namun, mencoba terlihat santai. Padahal, kepalaku penuh dengan keraguan. Aku memandangi kertas itu, lalu mengambil keputusan. Bukannya mencoblos nomor urut 2 yaitu teman SMP-ku, aku justru menulis no urut 1 yaitu teman sebangkuku.
Bukan karena aku meragukan kemampuan temanku yang tiba-tiba mencalonkan diri, tapi aku merasa teman sebangkuku ini lebih cocok. Dia tidak mencalonkan diri, tapi aku tahu dia benar-benar peduli dengan kelas. Diam-diam aku merasa yakin, dia adalah orang yang akan membawa perubahan dengan caranya sendiri.
Akhirnya setelah 15 menit kita mulai menghitung perolehan suara terbanyak dan berakhir dengan suara perolehan terbanyak no 2 yah filling ku bener kan? Rafen yang jadi ketua kelas nya dan teman sebangku ku yang jadi wakilnya. Kelas langsung heboh, semua mata tertuju ke Rafen, yang ternyata menang suara terbanyak. Tapi bukannya senang atau kaget, dia malah terlihat bengong sejenak.
"Hah? Aku yang menang jadi ketua kelas?" tanyanya dengan wajah polos, seperti baru sadar dia ikut pemilihan.
"Iya, Rafen, kamu ketua kelas!" seru salah satu teman yang duduk di depan nya.
Dia menggaruk kepala sambil berpikir keras. "Tapi... kenapa ya? Aku kan nggak pernah ngomong apa-apa soal mau jadi ketua kelas?"
Seluruh kelas langsung tertawa. Salah satu temanku nyeletuk, "Justru itu, Fen! Mungkin karena kamu nggak bikin drama!"
Aku yang duduk di barisan depan di dekat pintu kelas cuma bisa geleng-geleng kepala. Sementara itu, teman sebangkuku yang terpilih jadi wakil terlihat pucat. "Aku nggak tahu harus ngapain kalau dia gitu terus," bisiknya ke aku, panik.
Rafen akhirnya berdiri dengan gaya yang entah kenapa terlihat kayak orang habis bangun tidur. Dia menatap teman-teman dengan wajah serius, tapi ucapannya bikin semua orang ketawa lagi. "Oke, temen-temen... Kalau aku jadi ketua, tolong jangan kasih tugas berat, ya. Aku gampang lupa."
Kelas meledak dengan tawa. Aku ikut tersenyum sambil berpikir, ini pasti bakal jadi tahun yang menarik. Dengan Rafen yang begitu tapi baik hati, mungkin kelas ini justru bakal lebih seru dari yang aku bayangkan.
Aku udah bisa ngerasain kalau tahun ini bakal penuh drama. Terutama karena ada Rafen dan circlenya yang biasanya membuat heboh. Si anak paskib yang kelihatan serius dan disiplin, tapi entah kenapa selalu punya cara untuk bikin semua orang tertawa, atau bahkan kesel.
Contohnya pas pelajaran. Dia duduk di belakang, tapi ternyata lagi sibuk scrolling di HP-nya. Semua orang udah pada tau, tapi nggak ada yang berani ngomong apa-apa. Rafen itu tipikal orang yang, meskipun nge-game dan scrolling, dia bisa tau kapan harus berhenti, kayak pas dia ngedenger suara guru mendekat. Dia langsung meletakkan HP-nya dengan gaya santai, sambil bilang, "Lagi ngitungin strategi, Bu."
Tapi bukan cuma soal keren di paskib. Rafen tuh punya sisi usil yang nggak bisa dilawan.
Aku inget banget, saat aku makan cemilan, dia sempat sempatnya bikin emosiku naik hanya gara gara terlalu usil. Tau tau begitu aku bener bener udah teriak sampai beberapa teman ngelirik ke arah kami.
Rafen tuh kayak misteri, kadang dia serius banget, tapi sering juga dia bikin momen yang nggak pernah kita duga. Entah dia sengaja, atau memang udah jadi kebiasaannya. Tapi yang jelas, tahun ini nggak bakal pernah sepi kalau ada dia dan circle nya itu.
Tapi, di sisi lain, sering banget dia ngebuat momen yang bener-bener nggak pernah kita duga. Entah dia sengaja bikin suasana jadi lebih ringan, atau memang kebiasaannya yang sering banget ngerubah suasana tanpa disangka. Ada kalanya dia ngomong sesuatu yang bikin kita ketawa terbahak-bahak, kayak ga ada beban. Tapi di waktu lain, dia bisa langsung berubah jadi orang yang serius, bahkan kayak punya pikiran-pikiran yang jauh lebih dalam daripada yang kita kira.
Itulah yang bikin Rafen tuh beda. Meskipun kadang kita nggak ngerti apa yang ada di kepalanya, tapi keberadaannya selalu bawa energi yang bikin hidup lebih hidup ya walaupun sedikit nyusahin kelas. Semua orang yang ada di circle-nya mulai terbiasa dengan cara dia yang kadang membuat orang orang panik dengan nya itu. Mereka udah ngerti, kalo dia tuh nggak akan pernah bosenin, selalu ada hal baru yang bikin kita kaget dan ketawa. Tapi, pada akhirnya, kita semua tahu, kalo tanpa dia, tahun ini pasti nggak bakal serame ini.
Anak anak circle-nya Rafen juga nggak kalah menarik. Masing-masing dari mereka punya warna dan karakter yang bikin dinamika kelompok jadi seru. Ada Abi, yang selalu punya solusi kreatif buat segala masalah, tapi kadang suka bingung sama keanehan Rafen. Dan masih banyak lagi hal lain lagi disaat saat semua bersama walaupun kadang rasanya sedikit nyusahin, tapi kalau saja tetap seperti ini susah rasanya untuk memulai semester pertama di kelas 11 ini.
✨✨✨
Hii guyss hehe gimana ceritanya?? Seruu gaa?? Yaa aku mulai nulis lagii and klo ada kesalahan kalimat silahkan di komentar 😽 bantu support aku lagii yaahhh thankyou guyss.... JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SUPPORT YAAA
Tunggu kelanjutannya yahh
💫HAPPY READING GUYS 💫
ESTÁS LEYENDO
Part Of Class
Novela JuvenilSilahkan follow sebelum membaca yaa Kehidupan di masa putih abu-abu adalah masa dimana hal baru dimulai, perjalanan yang tak terduga membuat kita tak sadar bahwa selama ini hanya tersisa 1 tahun untuk melanjutkan ke tingkat kelas terakhir. Kelas s...
Part 1
Comenzar desde el principio
