Attention || 🦊 8

Mulai dari awal
                                    

"Kalian pikir gue mainan? Yang bisa di jadiin buat dare seenaknya?!"

"S- sorry Ra, kita-"

Perkataan Jeno terputus. Ia merasa sangat tidak enak dengan hati gadis itu. Suara Aera bahkan sampai bergetar. Pasti hatinya amat sangat sakit.

"Sorry? Lo bilang sorry!" Aera memejamkan matanya yang sudah terasa sangat perih karena air mata yang mencelos tanpa permisi.

"Karena gue bukan cewek pecundang. Kalian semua bilang ke Renjun. Kalau ada-"

Aera menjeda perkataannya sambil menepuk-nepuk dadanya pelan. Rasanya sangat sesak.

"Bilang ke Renjun kalau ada seseorang yang nantangin dia balapan motor besok malem, oke?" Aera memutuskan hal yang amat gila.

Jaemin, Haechan, Jisung, Chenle, dan Jeno tercengang.

"Tapi Ra!" seru mereka berlima.

Aera menggeleng patah-patah. "Gak ada tapi-tapian. Kalian jangan remehin gue! Gue bukan cewek yang bakal lari dari kenyataan kok. Anggep aja tantangan gue ini impas, biar Renjun gak usah jalanin dare yang bego itu!"

Setelah mengucapkan itu Aera langsung berlari. Membuat ke lima pemuda itu saling pandang.

"Lo yakin tu cewek bisa balapan motor?" tanya Jaemin pada Haechan.

Haechan menunduk, mendadak hatinya benar-benar merasa bersalah karena telah ngawur mengucapkan dare pada Renjun seenak pantatnya.

"Gue yakin, Renjun pasti bakal nolak ajakan tu cewek. Secara Renjun tu gengsi lah kalau balapan sama cewek. Dia bukan cowok pecundang." Itu Jeno yang berkomentar.

Chenle memijat dahinya yang lebar. "Gue yakin tu cewek pasti bisa. Dia sama keras kepalanya kayak Renjun."

Jisung menunduk sedih. "Tapi kasian Nuna Aera gak sih?" Berucap polos sembari menampakkan wajah sedihnya.

"Bilang aja ke Renjun, besok pas kalian BBQ an siang-siang. Ada orang yang nantangin dia balapan." Chenle ber usul.

"Secara Renjun orangnya peka sama air muka. Dan diantara kita yang bisa banget drama tu Haechan. Gimana?" Jeno menambahi usulan.

Haechan menghela napas panjang. "Oke, gue bakal tanggungjawab. Dan buat besok pas balapan kalau ada apa-apa yang gak kita inginkan jangan khawatir. Gue bakal siapin jasa rumah sakit bokap gue."

"Gue ajak relasi dari sekolah lain juga, biar tambah rame." Jaemin menambahi.

"Sip! Kalau gitu gue ntar otw Shanghai dulu buat acara keluarga. Besok sore gue balik. Gue kepo sama balapan mereka." Chenle mengakhiri percakapan mereka berlima.

✥✥✥

Aera berjalan gontai memasuki teras rumahnya. Ia baru saja menukar pinjaman motor yang ia sewa seharga 30 ribu won demi balapan dengan Renjun. Dan mengakhiri dare sialan itu. Uang sakunya sudah habis karena keputusan yang ia ambil tanpa pikir panjang. Setidaknya setelah ini ia tidak akan lagi memiliki hubungan dengan pemuda bernama Huang Renjun. Kebencian Aera semakin memuncak.

Perlahan Aera menaiki teras rumah. Kepalanya menunduk dengan otak yang penuh dengan teriakan Renjun yang terngiang-ngiang tadi di kawasan balap.

Krieeett...

Aera membuka knop pintu dengan pelan. Sudah tidak terkunci, itu artinya kak Karina sudah pulang. Meski begitu suasana rumah sudah sangat sepi. Mungkin wanita itu sudah terlelap karena kelelahan.

Melanjutkan jalannya, Aera merasa sangat haus. Ia perlahan membuka jaket kulitnya memasukkannya di keranjang baju habis pakai. Setelahnya ia berjalan ke dapur untuk mengambil sebotol mineral dingin.

Gluk!

Gluk!

Gluk!

Lega rasanya, tenggorokan yang semula kering tercekat mendadak seperti di aliri kesejukan yang sangat melegakan. Aera mendesah pelan. Setelah itu menaruh botol yang sudah tandas setengah itu kembali ke dalam kulkas. Perlahan menutup pintu kulkas dan berjalan menuju kamarnya.

Entah mengapa lampu-lampu belum di hidupkan. Aera merasa aneh, biasanya Karina selalu menghidupkan semua lampu kala ia sudah pulang. Ini semua lampu masih dalam keadaan mati. Jadilah Aera menghidupkan tiap-tiap space yang ia lewati. Ruang tamu, ruang tengah, dapur. Ia melanjutkan langkahnya menuju ke dalam kamar. Aera mengerutkan kening mendapati kamar Karina yang setengah terbuka.

Ahh!

Fuck!

Eummhhh!

Ahhh!

Mata Aera melebar sempurna. Seketika kakinya lemas seperti jelly. Matanya kembali panas menahan tangis. Kedua tangannya mengepal di sisi kanan dan kiri.

Bruk!

Aera jatuh begitu saja, terjerembab di depan lantai kamar Karina. Membuat sejoli yang sedang bercinta itu menghentikan aktivitas nya. Kedua mata mereka membola karena seorang gadis memergoki kegiatan panas itu. Cepat-cepat saling menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

"Kak Karina!" seru Aera setengah menjerit sambil berdiri dari posisi terjatuhnya.

Tangisnya yang barusan reda kini kembali lagi. Liquid bening menetes dari pelupuk matanya.

Karina menatap Aera dengan pilu. Wanita yang ternyata sudah tidak suci itu menggeleng. Menangkupkan kedua tangan sambil mendekati sang adik dengan langkah gontai karena sudah lemas oleh kegiatan bercinta.

"Yoon Aera, Kak Karina bisa jelasin semua."

Aera frustasi, kepalanya menggeleng patah-patah.

To be continue!

Spam komen kalian sangat berarti buat aku 🥹🫵

Lanjut gak nih? Konflik kian memanas!

Tinggalkan jejak juseyoooo 🌝

NC NCT DREAM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang